Ramadan kali ini ada yang beda. Saya datang ke acara beraktivitas bersama anak-anak yatim. Mereka adalah anak-anak yatim dari sebuah perkampungan di Krukut, Jakarta Barat. Acara ini diadakan oleh Dompet Dhuafa. Mumpung bulan Ramadan, Dompet Dhuafa memanfaatkan momen berharga ini untuk meningkatkan kepekaan dan kepedulian sosial antara korporat korporasi dengan masyarakat.

Anak-anak ini ada yang sudah tidak punya ayah, ibu, atau ayah dan ibu. Ada beberapa di antara mereka yang terpaksa harus mengadu nasib sejak belia, untuk bertahan hidup. Mereka memang ceria, banyak senyum dan tertawa. Namun, di balik itu, mereka menyimpan perasaan rindu kasih sayang dari orangtua. Apalagi menjelang Hari Raya seperti sekarang.

Ramadan sebenarnya adalah momen bahagia yang ditunggu-tunggu anak yatim. Mereka harap-harap cemas menunggu saat membeli pakaian baru. Namanya juga anak-anak. Ketika anak lain bersenang-senang dengan baju baru di Hari Raya, pasti anak-anak yatim ini juga pengin. Padahal belum tentu orangtuanya punya uang lebih untuk membeli pakaian baru.
Ramadan Ceria Bersama Yatim
Dompet Dhuafa menyelenggarakan program Ramadan Ceria Bersama Yatim, selain meningkatkan kepekaan dan kepedulian sosial, juga ingin memberikan kebahagiaan kepada mereka. Aktivitas ini juga sekaligus untuk menumbuhkan dan mengembangkan nilai silaturahmi. Yang juga penting, program ini diharapkan bisa mengurangi beban keluarga yatim dalam merayakan Idulfitri.
Saya ikut hadir di acara ini. Saya bukan yatim, tapi berkesempatan ikut menyaksikan kegembiraan mereka. Jujur saja, acara ini membuat saya bernostalgia ke masa kecil dan remaja dahulu.
Dahulu, saya aktif mengisi acara bidang seni di mana-mana, untuk menghibur anak yatim. Saya rutin main teater, sebagai bagian dari program untuk anak yatim. Sekarang, ketika ikut lagi di acara seperti ini, saya senang banget.

Nonton Bareng
Ramadan Ceria Bersama Yatim ini diawali dengan nonton bareng. Anak-anak yatim ini berkumpul di Season City, Grogol, Jakarta Barat. Kami nonton Kungfu Panda 4. Kebetulan saya belum nonton film ini. Syukurlah, ketika ada program ini, sedang ada film untuk anak yang sesuai. Saya yang orang dewasa saja senang nontonnya, apalagi anak-anak dan remaja itu.
Sepanjang pemutaran film, anak-anak ini antusias. Kami tertawa bersama ketika ada adegan film yang lucu. Yang membuat saya tertawa, di akhir film, anak-anak ini bertepuk tangan, seakan-akan baru saja selesai menonton pertunjukan hidup. Padahal ini kan, film bioskop. Mereka tepuk tangan pun, nggak ada pemain yang tahu.

Belanja Pakaian
Dompet Dhuafa memberikan fasilitas belanja untuk anak-anak ini. Setelah selesai nonton film, anak-anak dibebaskan belanja di pusat perbelanjaan di mall yang sama. Mereka disediakan uang Rp500 ribu per orang, untuk membeli pakaian keperluan Hari Raya.

Banyak banget momen keseruan yang terjadi saat mereka belanja. Ada anak yang sangat senang, sehingga malah bingung mau belanja apa. Ada juga anak yang panik karena merasa waktu yang disediakan tidak terlalu panjang (mengingat kami semua nanti harus buka puasa). Namun menurut saya, waktu sekitar satu jam, cukup untuk belanja pakaian. Anak yang lain, tampak bingung menentukan pilihan. Yang lain lagi, sibuk menimbang-nimbang, mau beli kemeja semua atau campuran antara kemeja dan celana panjang. Ada juga yang sibuk berpikir mau membelikan sesuatu untuk ibunya.

Saya dan Efi (rekan saya yang juga ikut hadir di acara ini), ikut membantu anak-anak itu. Kadang saya dan Efi membantu memilih pakaian yang harganya sesuai. Sebab, uang Rp500 ribu itu sebaiknya dihabiskan semua untuk belanja, tapi tidak lebih, agar tidak perlu nambah uang sendiri. Kadang saya dan Evi juga membantu anak-anak itu menghitung jumlah total hasil belanjaan mereka, agar harganya pas atau mendekati Rp500 ribu.

Melihat keseruan itu, saya dan Efi senang sekaligus terharu. Betapa bahagia melihat orang lain bahagia. Ini adalah pemandangan langka buat kami. Tidak setiap hari kami bisa melihat binar-binar kebahagiaan di mata anak-anak yatim itu karena sedang diberi fasilitas belanja. Nilai belanja yang diberikan, mungkin tidak ada apa-apanya dibandingkan uang belanja orang-orang, tapi itu sangat berarti bagi anak-anak yatim ini.



Ketika semua anak sudah mantap dengan pilihan belanjaan dan jumlahnya pun pas dengan nilai yang diberikan, saya dan Efi ikut merasa lega. Mereka pun mengantre di kasir sambil bercanda dengan teman-temannya.

Buka Puasa Bersama
Setelah selesai belanja, kami cepat-cepat menuju tempat makan yang sudah ditentukan karena sebentar lagi waktunya berbuka puasa. Dahulu saya rutin memberikan pelatihan menulis cerita untuk anak-anak SD dan SMP. Duduk dikelilingi anak-anak seperti ini, membuat saya jadi ingat masa-masa ketika masih aktif menjadi guru ekskul writing.

Anak-anak ramai sekali, ngobrol dengan teman-temannya. Sambil menunggu azan maghrib, dua pendamping anak-anak ini bercerita pada saya. Salah satu anak laki-laki yang ada di sini, sebut saja, Adam (9 tahun), sudah yatim piatu. Ayahnya sudah meninggal sejak lama, karena sakit. Lalu, ibunya menikah lagi. Ibunya pun hamil anak kembar. Seharusnya Adam senang karena akan punya adik kembar. Sayangnya, ibunya meninggal saat melahirkan. Adik kembar Adam pun ikut meninggal. Akhirnya Adam jadi yatim piatu.
Saat ini Adam tinggal bersama paman (adik ibunya). Pamannya bekerja keras menjadi driver ojek online untuk menopang hidup mereka. Ibu pendamping mengatakan, kisah hidup Adam paling memprihatinkan dibandingkan anak lainnya. Oleh sebab itu, Adam jadi anak yang nomor satu paling diingat, ketika para pendamping ingin memberikan sesuatu.

Selepas acara, ketika anak-anak, pendamping, dan staf dari Dompet Dhuafa pulang, saya dan Efi duduk dahulu sebentar. Kami merenung. Ikut acara seperti ini, membuat kami bersyukur bisa merasakan kebahagiaan. Saya sekuat tenaga menahan diri untuk tidak terlalu emosional menyaksikan anak-anak yatim ini bergembira. Namun, Efi sampai menangis, haru campur bahagia. Terlebih, Dompet Dhuafa juga memberikan uang saku pada anak-anak yatim itu.

Saya memang bukan siapa-siapanya anak-anak itu, tapi turut mengucapkan terima kasih pada Dompet Dhuafa yang memiliki program seperti ini. Saya pun makin sadar bahwa memberi sesuatu pada orang lain, hakikatnya adalah memberikan kebahagiaan pada diri sendiri.






Leave a Reply