Masih suka mendengar berita tentang penyakit kusta? Ternyata penyakit ini masih ada dan perlu diwaspadai. Sebab, datangnya tidak terasa dan gejala awalnya tidak sakit. Meski sudah tidak sering terdengar namanya, penyakit kusta termasuk penyakit berbahaya. Penyebabnya adalah bakteri Mycobacterium leprae.
Gejala awal kusta yaitu muncul bercak pada kulit seperti panu. Ada bercak yang lebar ada juga yang kecil. Bercak yang bisa tumbuh di seluruh bagian tubuh ini tidak gatal dan tidak sakit. Lama-lama kusta bisa membuat tubuh menjadi disabilitas karena merusak jaringan tubuh.
Biasanya bagian tubuh yang mengalami kerusakan adalah jari (kulit), mata, saraf perifer, dan selaput bagian dalam hidung. Sebelum penyakit ini menyebabkan disabilitas sebaiknya segera diobati.
Pembahasan Kusta di Talkshow Ruang Publik KBR
Beberapa waktu lalu saya menyimak acara talkshow yang diselenggarakan oleh Ruang Publik KBR. Ternyata Indonesia masih menjadi negara dengan penyakit kusta tertinggi. Sebab, masyarakatnya belum sadar betul akan adanya penyakit ini.
Di samping itu, di masyarakat masih berkembang stigma bahwa penyakit kusta adalah kutukan, sehingga penderita merasa malu untuk berobat. Padahal kunci utamanya adalah segera memeriksakan diri ke dokter agar cepat mendapat pengobatan.
Acara talkshow di Ruang Publik KBR ini mengambil tema “Yuk, Cegah Disabilitas Karena Kusta”. Para narasumber acara ini adalah dr Sri Linuwih Susetyo SpKK(K), Ketua Kelompok Study Morbus Hansen (Kusta) Indonesia dan salah seorang penderita yang berhasil sembuh, yaitu salah satu anggota Kelompok Perawatan Diri (PKD) Astanajapura, Cirebon.
Lebih Jauh Tentang Kusta
Saya jadi tahu lebih banyak tentang penyakit kusta. Penularan kusta terjadi melalui percikan ludah atau dahak ketika penderita kusta meludah atau batuk. Bakteri ini bisa menginfeksi lalu akan merusak kulit, saraf, dan bagian tubuh lainnya. Apabila pengobatannya terlambat, akibatnya bisa fatal dan terjadi disabilitas.
Jika hal ini telanjur terjadi, dapat menurunkan kualitas hidup penderita. Penderita menanggung rasa malu, dijauhkan dari pergaulan, sulit mendapat pekerjaan, dan banyak aktivitas lain yang tidak bisa dilakukan.
Ketika bakteri masuk ke tubuh, akan membutuhkan waktu lebih lama untuk menyebabkan kusta. Oleh karena itu, di sinilah saat yang tepat untuk melakukan pengobatan. Begitu muncul gejala kulit bercak yang dicurigai, segeralah memeriksakan diri.
Dokter Sri Linuwih mengatakan, jika kusta menyerang bagian mata, hidung, atau siku, dapat menyebabkan kelumpuhan karena adanya gangguan pada saraf motorik. Lebih jauh lagi, apabila tidak segera mendapat menanganan, bakteri dapat menyerang otot dan tulang. Tentu hal ini lebih membahayakan lagi. Meskipun kusta sudah menyerang bagian tubuh tersebut, tidak terasa sakit. Sebab, kuman menyebabkan tubuh menjadi mati rasa.
Pencegahan penyakit kusta pada dasarnya sama dengan pencegahan penyakit lain. Intinya adalah menerapkan pola hidup bersih. Masyarakat pun perlu diberikan edukasi tentang pencegahan, penyebaran, serta pengobatan penyakit ini.
Perlu juga disampaikan bahwa kusta bukan aib, bukan penyakit kutukan. Penularan bisa terjadi karena orang sehat tertular dari penderita kusta yang belum sembuh. Menurut dr Sri Linuwih, tingkat penularan kusta sebenarnya cukup rendah. Orang dengan sistem kekebalan tubuh yang baik, tidak akan mudah tertular penyakit kusta. Oleh karena itu meningkatkan daya tahan tubuh pun sangat diperlukan.
Kusta Bisa Disembuhkan
Jika diberi penanganan yang tepat, kusta bisa sembuh. Waktu penyembuhannya memang cukup lama, yaitu 6 – 12 bulan. Namun, dengan ketekunan, kesabaran, serta penanganan yang baik, penderita kusta bisa dinyatakan sembuh total.
Pengobatan kusta pun bisa didapat secara gratis di Puskesmas. Jadi, jika ada gejala, jangan tunggu lagi. Segeralah memeriksakan diri ke dokter.
Saya jadi tahu lebih banyak tentang kusta berkat menyimak talkshow di Ruang Publik KBR ini. Pengetahuan tentang pencegahan, penularan, serta penanganan kusta, sangat penting dijadikan bekal agar terhindar dari penyakit berbahaya ini.
Leave a Reply