Masak apa hari ini? Pasti kalimat itu sering terdengar di antara kita, para ibu. Kalau nggak masak ya, beli matang. Intinya ibu punya tugas mulia dalam menyiapkan makanan untuk anak dan keluarga. Kita sebagai ibu memang sering bingung, mau masak apa? Mau menyiapkan makanan apa buat keluarga? Namun kalau diminta untuk tidak menyiapkan makanan anak pun, pasti kita kepikiran, anak makan apa kalau kita nggak menyiapkan?
Begitulah. Peran ibu dalam hal ini, nggak main-main. Di tengah kesibukannya dalam berbagai hal, seorang ibu tetap saja memikirkan anak dan keluarga. Bagaimanapun pusingnya menyusun menu, ibu pasti selalu punya cara dan jalan keluar dalam menyediakan makanan.
Foodbank of Indonesia dan Anugerah Ibu Teladan II
Foodbank of Indonesia (FOI) adalah organisasi sosial yang bertujuan membantu mengatasi kesenjangan pangan di masyarakat. Saya senang lho, ada organisasi ini. Kita semua tahu ya, di masyarakat ada ada orang yang berlebihan makanan, ada yang sebaliknya, kekurangan makanan.
Nah, FOI mendukung negara dalam mencapai kedaulatan pangan untuk mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan, serta memperbaiki nutrisi dan mempromosikan pertanian yang berkelanjutan.
FOI menyelenggarakan acara Anugerah Ibu Teladan. Program ini bagus banget, yaitu memberikan penghargaan untuk perempuan Indonesia yang telah melakukan aksi baik yang luar biasa untuk membuka akses pangan bagi anak, keluarga, dan komunitas.
Anugerah Ibu Teladan ini diselenggarakan setiap Hari Ibu dan tahun merupakan tahun kedua. Saya ikut menyimak perhelatan acaranya secara live streaming pada 22 Desember 2021 lalu.
Di acara ini hadir M. Hendro Utomo (CEO Foodbank of Indonesia), Prof. Dr. Ir. Eni Harmayani M.Sc (Dekan FTP UGM), dan Machmud SP, MSc (Direktur Pemasaran Kementerian Kelautan dan Perikanan) sebagai narasumber. Selain itu juga ada ibu-ibu hebat yang mendapatkan penghargaan Anugerah Ibu Teladan II.
Ibu adalah Garda Terdepan dalam Memberi Nutrisi Anak
Saat saya mengikuti paparan dari pada narasumber acara Anugerah Ibu Teladan II, saya baru menyadari bahwa ibu adalah garda terdepan dalam memberi nutrisi anak.
Benar juga, ya. Setiap hari, ibu yang menentukan menu makanan. Ibu juga yang mengolahnya menjadi panganan siap makan. Dari ini sudah pasti ibu juga memikirkan nutrisi yang dibutuhkan oleh anak.
Bayangkan! Dari menu yang kita hadirkan setiap hari untuk anak, dapat menentukan tumbuh kembang anak dan perkembangan otaknya. Dari hasil pemikiran ibu setiap harinya dalam memilih menu, tidak disangka, akan memberikan dampak besar pada kehidupan anak, bahka seumur hidupnya.
Ini kan, luar biasa. Peran ibu tidak bisa diremehkan. Ibulah penentu kualitas anak baik dari segi nutrisi, kecerdasan, sampai pembentukan perilaku, melalui asupan gizi. Begitu luas biasanya peran ibu, makanya seorang ibu tidak boleh bersikap masa bodoh terhadap pemilihan menu sehari-hari.
Mendengarkan ini membuat saya tertohok. Sebagai ibu, saya sering asal saja dalam memberikan makanan. Saya pernah berpikir, yang penting anak sudah kenyang. Yang penting anak sudah diberi makan. Padahal itu salah. Memberi menu pada anak itu bukan asal kenyang. Bukan anak asal sudah makan. Namun penting juga memikirkan nutrisi yang terkandung di dalam makanan yang kita siapkan.
Jadi, seorang ibu tidak boleh masa bodoh pada menu anak. Seorang ibu ibarat pencetak generasi masa depan. Apapun menu yang disiapkan, harus memenuhi kebutuhan nutrisi anak, demi hidup anak itu sendiri.
Kesenjangan itu Memprihatinkan
Seperti yang sudah disampaikan di atas, ada orang yang kelebihan makanan, ada juga yang kekurangan. Ternyata memang masih ada kesenjangan dalam hal pangan. Saya jadi ingat, dulu ada teman yang ulang tahun ke-17. Saya diundang ke pestanya. Pesta diadakan di sebuah kafe mewah yang sampai sekarang masih sangat terkenal di negeri ini. Acara pun dilangsungkan dengan meriah.
Ada musik yang membuat suasana hidup. Makanan pun melimpah ruah di sana-sini. Para pramusaji yang keren-keren tak henti-hentinya mengeluarkan aneka makanan. Saya sendiri tentu saja makan seadanya. Nggak sanggup juga kalau harus memaksakan diri makan lebih banyak.
Eh, begitu pesta selesai, saat saya ke luar, ke tempat parkir, saya langsung melihat pemandangan mencengangkan. Di luar, di tengah suasana yang sepi, ada seorang anak yang mencari-cari makanan di sekitar tempat sampah. Duh, saya pengin nangis rasanya.
Hati saya teriris karena di dalam makanan melimpah ruah, di luar ada orang yang kekurangan makanan. Padahal di dalam dan di luar hanya dibatasi sebuah dinding. Namun kondisinya sangat jauh berbeda.
Kasus kelaparan di Indonesia ternyata masih ada. Di antara orang yang bingung menghadapi makanan berlimpah yang tidak tahu mau dikemanakan apalagi makanan ada “batas usia”nya, rupanya ada orang yang justru kebingungan di mana lagi mencari makanan.
Saya terhenyak. Saat itu saya bersyukur banget karena ada orang tua yang menyiapkan makan. Meskipun akan pergi ke acara ulang tahun yang berlimpah makanan, orang tua saya menyuruh saya makan dulu sebelum berangkat. Padahal itu acaranya malam. Jadi sebelum makan malam di acara ulang tahun, makan malam dulu di rumah. Orang tua saya nggak bisa lihat saya beraktivitas atau berangkat ke tempat aktivitas tanpa makan dulu.
Berharap juga semua orang tua di negeri ini bisa menyiapkan makanan untuk anaknya. Meskipun bukan makanan mahal, setidaknya ada makanan sehat.
Buka Akses Pangan Secara Luas
Melihat adanya kesenjangan pangan, sudah seharusnya semua orang turut andil dalam mempersempit jurang pemisah seperti itu. Kita sama-sama wajib ikut serta membuka akses pangan untuk anak, keluarga, dan komunitas. Caranya bagaimana?
Sebisanya saja. Semampunya saja. Sediakan makanan sehat untuk anak. Pilih saja sayur-sayuran yang harganya terjangkau. Lauknya, pilih ikan, karena kaya akan protein. Ketersediaan pangan berupa ikan di negara kita itu melimpah, lho. Harganya tentu saja ada yang terjangkau.
Perhatikan juga kebiasaan makan. Jangan sampai kita makan berlebihan atau menyediakan makanan berlebihan. Sebab, makanan yang tidak terpakai itu hanya akan menjadi sampah. Sayang sekali karena di luar sana masih banyak orang yang butuh makanan tetapi kesulitan mendapatkannya.
Sudah waktunya kita membuka akses pangan seluas-luasnya, untuk anak, keluarga, serta komunitas yang ada di sekitar kita. Kalau tidak dimulai dari sekarang, kapan lagi?
Jadi sudah tahu kan, bahwa peran ibu sangat besar dalam menyiapkan nutrisi untuk anak? Maka, berbanggalah para ibu. Berbahagialah ibu-ibu yang selama ini selalu menyiapkan makanan. Buat ibu-ibu yang belum menyiapkan makanan untuk anak dan keluarga, belum terlambat. Masih bisa mulai dilakukan sekarang dan selamanya, kok.
Leave a Reply