Nama menu dan nama kedainya sama-sama unik. Nasi balap puyung adalah makanan khas Suku Sasak, Lombok. Dan, Inaq Esun adalah nama orang yang pertama kali menjual makanan ini. Hingga kini nama kedai Inaq Esun begitu terkenal. Padahal kedainya sederhana, lho. Nasi balap puyung juga kuliner yang sederhana. Makanan ini berupa nasi dengan lauk berupa ayam yang disuwir-suwir ditambah taburan kacang kedelai, abon, udang kering, dan belut goreng. Meskipun sederhana, bumbunya sangat enak. Seperti makanan khas Lombok lainnya, nasi balap ini juga dominan rasa pedas. Ciri khas lainnya adalah nasinya dibungkus menggunakan daun pisang.
Inaq berarti ibu. Inak Esun atau Ibu Esun awalnya menjual nasi balap dengan cara berkeliling kampung dengan menggunakan bakul. Disebut puyung karena Inaq Esun menjualnya di Desa Puyung, Lombok Tengah. Karena kelezatannya, nasi ini disukai masyarakat. Lama kelamaan Nasi Balap Puyung dikenal secara luas. Pada akhirnya Inaq Esun memiliki kedai khusus untuk menjual nasi balapnya.
Saat berangkat ke Lombok, saya lupa ada Nasi Balap Puyung Inaq Esun. Kedai ini juga nggak masuk dalam daftar tempat yang akan saya kunjungi selama di Lombok. Padahal saya sudah lama membaca berita tentang kelezatan makanan ini. Tapi sepulang dari main di pantai, driver yang mengantar kami tidak sengaja melewati kedai ini. Saya pun langsung ingat lagi dengan nasi balap. Saya juga merasa bersyukur karena tempat ini batal terlewat. Cihuuyy!
Menu utama di kedai ini tentu saja nasi balap. Menunya memang nggak banyak pilihan. Tapi ada menu balungan. Balungan ini sup tulang sapi. Jadi kalau makan nasi balap, pas banget dipadukan dengan segarnya sup balungan. Saat saya datang, kedai sedang tidak terlalu ramai. Saya pun bisa lebih santai menikmati makanan ini. Oh ya, nama “balap” diberikan karena pada saat menyantap nasi ini, kita cenderung akan cepat-cepat menghabiskannya karena rasanya yang pedas. Mungkin kesannya makannya jadi balap-balapan, ya.
Selain rasa pedas yang mantap, kelebihan utama dari Nasi Balap Puyung ini adalah menggunakan bumbu-bumbu tradisional khas Lombok dan ditambah bawang putih serta terasi yang semakin membuat makanan ini terasa sedap. Bumbu dan sambalnya juga digoreng menggunakan minyak kelapa, sehingga lebih harum dan gurih. Hmmm … sedap banget!
Meskipun kedainya terkesan sederhana dan menu disajikan dalam piring dan gelas yang juga sederhana, kelezatan makanannya benar-benar menjadi daya tarik. Dalam sehari, Nasi Balap Puyung terjual hingga 700 porsi. Tidak heran jika omzetnya bisa mencapai Rp15juta per hari.
Kini, Inaq Esun sudah berusia 70-an. Perempuan ini sukses membuat Lombok memiliki satu lagi menu kuliner yang unik dan mantap. Kedai Nasi Balap Puyung saat ini dikelola oleh anaknya, yaitu Hj. Syarifah. Kedai ini hanya ada dua cabang, yaitu di Jl. Sriwijaya, Mataram dan di daerah Senggigi.
Kalau kamu ke Lombok sempatkan mampir ke kedai ini. Kamu akan menemukan makanan sederhana yang rasanya patut diperhitungkan di jagat kuliner Indonesia. Harganya juga murah, yaitu Rp10rb per porsi untuk nasi balap.
Kamu kapan mau coba makan di sana?
Goreng belutnya mana?
Hanya itu yang saya suka 😁
Ini aja baru pulang ngobor (istilah Sunda mencari belut malam hari di sawah) nih…
Udah dicampur, Mbak. Jadi nggak kelihatan panjang-panjang. Hahahha
wah kayaknya enak tuh jd kepengen
Woww..omset yang cukup besar,,tapi sepertinya enak banget nasinya.
Enak banget. Pedas-pedas gurih gitu ^^
wahh.. gede banget omsetnya hingga 15 juta…
Iya, nggak nyangka 🙂