Oh, jadi ini ya, desa cantik yang sering jadi setting di FTV? Bagus banget!
Saya tahu dari orang-orang, nama penglipuran berasal dari kata pengeling pura. Artinya, tempat suci yang digunakan untuk mengenang para leluhur. Mungkin itu sebabnya di desa ini ada pura besar yang letaknya di paling ujung desa.
Lokasi desa ini di Bangli. Udaranya sejuk karena sudah masuk kawasan Gunung Batur. Begitu masuk, saya langsung terpesona dengan bentuk desa yang memanjang. Di kiri kanan jalan terdapat rumah-rumah yang berbaris. Uniknya, rumah-rumah itu punya bentuk yang sama.
Seperti rumah-rumah di bali pada umumnya, di depan setiap rumah terdapat satu tempat khusus untuk sesaji. Saya sempat melihat isi sesaji itu. Ada biskuit dan makanan lain, dan tentunya bunga-bungaan.
Janur melambai-lambai di sepanjang jalan. Di bagian depan bawah, bunga berbagai warna juga tertata indah. Desa Penglipuran ini perpaduan antara tradisional dan modern. Rumah-rumahnya masih tradisional, tapi penataan bunganya seperti taman-taman modern.
Di antara setiap rumah ada jalan kecil. Saya masuk lewat sini untuk tahu lebih jauh tentang Desa Penglipuran. Ternyata, di dalam banyak bangunan yang bagus. Bangunannya penuh dengan ukiran seperti pura. Ada juga rumah asli tradisional Bali yang masih terbuat dari gedek/bilik. Di dalamnya hanya berupa ruang kecil dengan berbagai perabotan rumah pada umumnya.
Di ujung desa terdapat tempat yang dinamakan Karang Memadu. Tempat ini khusus untuk pengasingan pria-pria yang berani memiliki lebih dari satu istri. Konon, sampai saat ini tempat tersebut masih kosong. Itu berarti belum ada pria yang punya lebih dari satu istri dan diasingkan. Saya nggak sempat melihat Karang Memadu karena lebih tertarik ke hutan bambu dan kebetulan beberapa jam lagi juga sudah harus berangkat ke bandara untuk kembali ke Jakarta.
Hutan bambu letaknya sudah keluar dari Desa Penglipuran, tapi masih menempel. Di ujung desa ada pura, dan di dekat pura ada jalan menuju hutan bambu.
Disebut hutan bambu karena sepanjang jalan kiri dan kanannya ditumbuhi pohon bambu yang lebat. Kalau berjalan di jalan tersebut kita seperti dipayungi oleh bambu.
Awalnya hutan bambu itu tampak seram karena agak gelap. Tapi jalan raja beraspal itu ย banyak dilalui kendaraan, dari mulai motor hingga mobil bak terbuka. Bahkan, sesekali ada anak-anak yang main sepeda di tempat itu.
Puas melihat-lihat Desa Penglipuran dan hutan bambu, saya dan teman-teman kembali lagi ke depan. Ternyata, di aula dekat pintu masuk ada beberapa remaja laki-laki yang sedang berlatih gamelan. Suara gamelan itu … aduuhh … merdu banget! Saya sukaaa banget dengarnya. Katanya, mereka berlatih untuk pementasan. Wah, andai saya bisa menonton langsung pementasannya.
Untuk masuk ke Desa Penglipuran kamu harus membayar tiket Rp10rb per orang. Saya nggak melihat ada angkutan umum yang bisa membawa kita ke desa itu. Kebanyakan mengunakan mobil karena para pengunjung kebanyakan datang beramai-ramai.
monda says
mbak Nunik fotonya bagus ..
asyiknya bisa masuk ke dalam rumahnya dan lihat kebidupan warga ya,
aku dulu cuma di luar aja, terkesan dengan kerapihan dan keindahan desanya
Nunik Utami says
Iya, senang lihat desa ini. Rumah tradisionalnya hanya satu. Rumah-rumah lainnya sudah bagus semua kayak yang di depan-depan itu.
innnayah says
emang yah..kekuatan postingan ini ada di fotonya, meleeek nih mata..haha. kayak di negeri dongeng
Ophi Ziadah says
bersih dan rapih yaa.
makin istimewa aja desa tradisional ini.
mrk udah membagi sampah ke organic dan non organic juga yaa, keren
Nunik Utami says
Jadi ini gabungan antara tradisional dan modern ๐
Ani Berta says
Wih rapi bener itu deretan rumahnya ๐
Dan bagus juga tuh kalau ada pria yg punya istri lebih dari satu diasingkan hahaha
Apakah di situ masih ada kecenderungan magis Nik? Hihihi pertanyaan apa ini?
btw asyik bener pokoknya ini mah.
Nunik Utami says
Kalau yang magis nggak terlalu terasa, Teh. Aku lihatnya sih, mereka kayak desa-desa di Bali pada umumnya. Terutama aktivitasnya. Mereka juga bikin-bikin kerajinan, terus dijualin ke wisatawan yang datang.
lidya says
keren ya desanya, kemarin ke rumah nomor brapa aku nomor 21
Nunik Utami says
Aku nggak datang khusus ke rumahnya, Mbak Lid. Lihat-lihat banyak rumah sih, tapi nggak bertamu secara khusus.
Anis Hidayah says
Hulalla,,, Yang main gamelan sayangnya laki – laki,,,, yang perempuan mana, mana? Aku udah lama mengimpikan datang kesini,,,, sayangnya ketika itu terlewatkan dan pokoknya next time harus kesini dah ๐ eow iyaw btw katanya di Desa ini mempunyai makanan khas loh kak, benar nggak yaw? pernah masuk TV soalnya
Fita Chakra says
Tampak adem ayem ya, Nik.
Nunik Utami says
Iya, Fit. SUka sama janur-janurnya. Unik banget.
Blog Erwin says
suasananya tenang. adem dan nyaman cocok buat tempat nulis nih ๐