Dalam rangka ulang tahun Jakarta ke 486 ini, saya kembali membuka memori tentang makanan-makanan khas Betawi yang sering saya nikmati. Makanan-makanan ini ada yang masih saya santap hingga sekarang, ada juga yang sudah jarang saya konsumsi lagi.
Nasi Uduk
Sejak kecil, almarhumah ibu membiasakan saya sarapan sebelum berangkat sekolah. Sarapannya bukan berupa roti atau sereal seperti yang disantap anak-anak sekarang, melainkan makanan berat. Nasi uduk termasuk yang paling sering saya konsumsi. Dulu, di dekat rumah ada penjual nasi uduk yang enak. Nasi yang dimasak menggunakan santan ini terasa gurih. Apalagi dicampur dengan irisan telur dadar, tempe orek, dan kacang tanah goreng. Sampai saat ini, nasi uduk masih mudah didapat di mana saja. Saya pun kerap mengonsumsinya saat sarapan, maupun makan malam.
Soto Betawi
Belasan tahun menjadi karyawan di sebuah bakery cafe, membuat saya mblenger melihat roti, keju, dan teman-temannya. Akhirnya, soto betawi menjadi obat yang sangat ampuh. Beda soto betawi dengan soto lainnya adalah pada kuahnya yang dicampur santan, sehingga terasa lebih gurih. Untuk dagingnya, saya lebih suka daging ayam daripada daging sapi. Soto dengan daging ayam yang disuwir-suwir, dicampur dengan tomat, bawang goreng, bawang daun, dan emping ini, bisa didapat dengan mudah di belakang gedung kantor saya di bilangan Sudirman, Thamrin, dan Kuningan. Kalau ingin kuah soto semakin segar, jangan lupa tambahkan perasan jeruk nipis sebelum menyantapnya.
Ketoprak
Jujur saja, saya sempat lupa bahwa makanan ini asli Betawi karena banyaknya pendatang yang berjualan ketoprak. Makanan berupa ketupat yang dipotong-potong, ditambah toge rebus dan bihun ini membuat saya jadi suka makan toge. Bawang putih adalah bumbu utama yang digunakan pada makanan ini, dicampur dengan bumbu kacang tanah. Kecap dan kerupuk adalah pelengkap yang membuat lidah saya semakin akrab dengan ketoprak. Sekarang, anak sayalah yang sering minta ketoprak sebagai menu sarapan.
Ketupat Sayur
Selain nasi uduk, ketupat sayur juga menjadi menu sarapan saya semasa kecil. Makanan ini berupa ketupat yang dipotong-potong, lalu disiram dengan sayur berkuah kuning. Sayur bersantan ini biasanya berisi labu siam yang diiris-iris. Kadang, labu siam diganti dengan pepaya. Yang membuat ketupat sayur ini semakin harum dan menggugah selera adalah bawang goreng dan kerupuk yang ditaburkan di atasnya.
Sop Buntut
Saat ini, sop buntut masih menjadi makanan kegemaran banyak orang. Bahkan, makanan ini menjadi menu andalan di beberapa restoran di mall-mall. Sesuai namanya, sop buntut adalah hidangan berkuah dengan isi berupa buntut sapi yang sudah dipotong-potong. Kuah bening yang hangat adalah daya tarik utama dari sop ini. Apalagi ditambah dengan sayuran seperti tomat, bawang daun, dan seledri. Satu lagi, berjuang untuk mendapatkan daging di sela-sela buntut sapi, adalah sensasi tersendiri saat menyantap hidangan ini.
Gado-Gado
Sedang menerapkan hidup sehat dengan memperbanyak makan sayur? Gado-gado bisa menjadi pilihan yang tepat. Dulu, saya tidak suka sayuran. Tapi, bumbu kacang yang menyiram bayam, kangkung, dan kacang panjang yang sudah direbus, membuat saya merasa tidak sedang makan sayur. Ya, bumbu kacang yang lezat itu mampu membuat sayuran menjadi lebih bersahabat di lidah. Sekarang, gado-gado menjadi makanan yang ngangenin, karena di daerah tempat tinggal, saya jarang menemukan penjualnya.
Kerak Telor
Inilah makanan khas Betawi yang legendaris. Tapi, saya mengenal makanan ini ketika sudah remaja. Itu pun karena saya sedang mengunjungi Pekan Raya Jakarta. Berbekal rasa penasaran, saya mencoba kerak telor. Ternyata, makanan ini semacam dadar gulung yang terbuat dari ketan, lalu diisi dengan telur, serundeng, bawang goreng, dan cabe. Makanan ini dimasak di penggorengan, dan biasanya dijajakan menggunakan gerobak pikul. Kalau kangen makanan ini, datang saja ke tempat-tempat wisata ala Betawi seperti Setu Babakan, atau di acara pesta Jakarta seperti PRJ.
Blog Hijab Dan Tips Fashion Muslimah says
aduh jadi lapar 😀