Tak terasa, saat ini kita sudah berada di tahun 2015. Tiba-tiba ingatan saya melayang ke tahun 2012 yang sudah lama berlalu. Tahun yang sempat dikhawatirkan menjadi tahun terakhir dalam kehidupan ini, justru membawa perubahan besar pada diri saya. Dua peristiwa besar dalam hidup saya pun tercatat pada taun itu. Peristiwa yang sama sekali tidak saya sangka sebelumnya. Saya pensiun dari status sebagai pekerja kantoran, dan … berjilbab!
Resign
Saya bekerja di sebuah perusahaan bidang bakery café yang mengambil sistem franchise dari sebuah bakery café besar di Boston, Amerika Serikat, sejak 1997. Namanya, Au Bon Pain Bakery Cafe. Diterimanya saya bekerja di tempat itu juga sangat menakjubkan. Siapa sangka, saya yang saat itu baru lulus SMA, dan tidak tahu sama sekali mengenai seluk beluk dunia kerja, tiba-tiba diterima sebagai karyawan?
Saya mendapat info lowongan pekerjaan ini dari seorang teman, sebut saja si A (perempuan). A sendiri mendapat info dari kenalannya yang bernama B (juga perempuan). Dengan sedikit paksaan dan rayuan dari A, akhirnya saya mau ikut melamar pekerjaan itu. Mendengar kata “café”, sebelum berangkat ke kantor pusat perusahaan yang letaknya tidak terlalu jauh itu (saya tinggal di Cibubur, kantor pusat perusahaan itu di Ciracas), almarhum mama sempat khawatir. Ia berkali-kali mengatakan “kalau nanti tempatnya seram atau aneh atau mencurigakan, kamu cepat-cepat lari pulang ya, Nun!”. Saya sempat takut, tapi, belakangan (sampai sekarang), saya selalu tergelak saat mengingatnya.
Serangkaian tes yang saya lalui juga terbilang lucu. Salah seorang pelamar langsung ditolak oleh HRD Manager hanya karena lipstik si pelamar berwarna oranye. Warna lipstiknya tidak sesuai dengan warna kulit, begitu alasan HRD Manager. Saya bersyukur karena sackdress kotak-kotak yang modelnya sangat anak-anak, dan lipstik pink hasil pinjaman dari (alm) mama, tidak membuat saya diusir. Bahasa Inggris saya yang terbatas saat diminta bercerita tentang diri dan kehidupan saya, juga dianggap berhasil.
Singkat kata, saya diterima sebagai kasir. Lucunya, Si B yang juga ikut melamar, tidak kembali lagi untuk melakukan tes berikutnya, karena nyalinya ciut melihat HRD Manager yang supergalak. Hahaha … Oh ya, percaya atau tidak, Ibu Manager yang sangat tegas, ceria, dan sangat memerhatikan kesejahteraan karyawan itu, kelak menjadi keluarga, karena dia adalah keponakan ibu mertua saya!
Saya sama sekali tidak mengira akan sampai 15 tahun bekerja di tempat itu. Dari 16 orang yang sama-sama bekerja sejak 1997, hanya ada 3 orang (termasuk saya) yang bertahan menjadi saksi hidup perusahaan yang mengalami 3 kali ganti nama.
Banyak karyawan yang datang dan pergi selama kurun waktu tersebut. Dari posisi sebagai kasir, saya pun beranjak menjadi Store Supervisor dan pada 2004 dipercaya masuk ke kantor pusat sebagai sekretaris direktur.
Setelah belasan tahun bekerja dan mengalami bermacam pergantian suasana, akhirnya, pada Mei 2012, saya memutuskan untuk resign. Sebenarnya, keinginan untuk resign sudah lama, tapi baru kesampaian bulan Mei lalu. Itu pun Pak Bos sempat terkejut dan meminta saya berpikir lagi untuk membatalkan niat. Pada hari perpisahan, teman-teman yang selama ini bekerja sama dengan saya, tak bisa membendung air matanya. Bagaimana pun, mereka juga tidak menyangka saya akan meninggalkan kantor itu. Jangankan mereka. Saya pun terkejut karena berani merealisasikan keinginan untuk resign. Seperti mimpi, rasanya.
Berjilbab
Inilah kejutan kedua dalam hidup saya, di tahun 2012. Sebelumnya, saya sama sekali tidak berniat untuk memakai kerudung. Saya memang sering merasa “sendirian”, karena di antara semua teman (baik teman sekolah, teman-teman sesama penulis, dan para ibu yang anaknya satu sekolah dengan Rexy), hanya saya yang tidak berkerudung. Tapi, keinginan untuk memakai kerudung, benar-benar jauh.
Hingga, suatu hari di bulan September 2012, saat dalam perjalanan meeting ke Menteng, saya merasa kulit saya kepanasan. Saat itu, sudah beberapa hari cuaca memang terasa lebih panas dari biasanya. Matahari bersinar sangat terik, seperti ingin membakar bumi.
Sampai di lokasi meeting yang ber-AC, saya masih merasa kulit saya seperti melepuh, padahal tidak ada luka sama sekali. Bahkan, ketika sudah kembali ke rumah, saya masih terasa ada matahari yang membakar kulit, sehingga saya merasa panas dingin.
Saat itulah saya merasa kurang memerhatikan diri sendiri. Kurang menghargai dan melindungi kulit tubuh. Sebuah ide dan keinginan kuat muncul di kepala saya. Mulai besok, saya akan selalu mengenakan baju lengan panjang. Tiba-tiba, entah mendapat pikiran dari mana, saya ingin mengenakan kerudung!
Jujur, saya terkejut sendiri dengan keinginan itu. Berbagai pikiran buruk langsung memenuhi benak. Ini mimpi atau bukan ya? Benarkah saya betul-betul ingin mengenakan kerudung? Jangan-jangan ini hanya karena saya tak ingin kepanasan di jalan. Jangan-jangan ini hanya sensasi. Jangan-jangan ini hanya keinginan sesaat. Jangan-jangan … begitu banyaknya kecurigaan saya atas keinginan memakai kerudung yang begitu tiba-tiba.
Setelah mengoreksi diri, merenung, memikirkan panjang lebar konsekuensinya (saya tidak ingin buka pasang jilbab seperti yang dilakukan 2 orang yang saya kenal), akhirnya, saya membuang rasa takut untuk berjilbab. Berbekal kata-kata seorang sahabat (apa sih yang ditakutkan untuk memakai jilbab?) dan juga sahabat lain (yang buka jilbab hanya 2 orang kan, Nik? Yang istiqamah lebih banyak, kan?), dan kata-kata banyak orang (di antaranya adalah: iman sudah tebal atau belum, jilbab itu wajib hukumnya), akhirnya hati saya mantap, ingin berjilbab.
Ketika membuka lemari pakaian, saya baru menyadari. Koleksi kerudung saya, sangat terbatas! Hahaha … ternyata, jumlah kerudung yang saya miliki, bisa dihitung dengan jari. Itu pun koleksi lama, yang pernah saya kenakan saat mengisi acara TV, bertahun-tahun yang lalu.
Kamis, 4 Oktober 2012, saya pergi ke mall dan membeli jilbab pertama. Dan, Jum’at, 5 Oktober 2012 adalah hari pertama saya mengenakan jilbab. Semua orang terkejut melihat penampilan baru saya. Ada yang mengatakan, pelan-pelan dulu, pakai saja setiap hari Jum’at, sebagai permulaan untuk belajar. Ada juga yang menyarankan agar saya buka-pasang jilbab dulu sebelum mengenakannya seumur hidup. Hmmm … nggak, ah, saya ingin mengenakan jilbab seterusnya, tanpa dilepas lagi, seperti saran paling banyak yang saya dapatkan dari teman-teman.
Tahun 2012 yang sudah lama berlalu, mengajarkan saya satu hal besar. Betapa kita tidak tahu apa yang akan terjadi di kemudian hari. Juga, kita tidak pernah menyangka hal besar yang sedang menunggu di depan sana. Sebab, manusia adalah “wayang” yang hanya bisa menjalankan ketentuan “Sang Dalang”.
khalida says
Itu anak2 ampe gelendotan gitu sama gurunya hehehe..
Nunik Utami says
Hahaha, iya. Aku udah kayak ortu sekaligus sahabat buat mereka. Bahkan, ada saat mereka curhat soal lawan jenis dan pubertas, Fit.
Oline says
Dengan begitu lahirlah Savana Hijab ya mak 🙂
Nunik Utami says
Iya. Hahaha….