Merawat gigi anak itu penuh perjuangan, ya. Gigi, anggota tubuh yang hanya satu kali tumbuh. Jadi, harus benar-benar dirawat sejak kecil agar tidak menyesal saat dewasa nanti.
Mas Rexy punya masalah soal gigi. Ketika baru lahir, pertumbuhan giginya terlalu cepat. Usia 2 bulan giginya sudah tumbuh 2 dan bertambah terus setiap bulannya. Akhirnya tanggalnya pun lebih cepat.
Meskipun demikian, tampaknya tumbuhnya gigi tetap justru lebih lambat dibandingkan anak-anak seusianya. Anehnya, tumbuh lebih lambat, tapi keropos lebih cepat. Waduh, saya sempat mencemaskan kesehatan giginya. Apalagi, saat ini gigi tetapnya tumbuh bertumpuk-tumpuk!
Akhirnya, saya bertekad untuk serius ngecek kesehatan gigi Mas Rexy ke dokter gigi. Kami pun bolak-balik ke dokter gigi seminggu sekali.
Yang paling berat, Mas Rexy takut banget ke dokter gigi. Mau nggak mau saya berjuang menenangkan dan menjelaskan semuanya pada Mas Rexy agar dia bisa lebih berani.
Inilah tips saya dalam mengajak Mas Rexy merawat kesehatan gigi:
Biarkan dia bersiap-siap
Beberapa hari sebelum ke dokter gigi, saya sudah memberitahu agar Mas Rexy “siap-siap”. Ini dilema buat saya. Sebab, kalau diberitahu, takut Mas Rexy cemas menunggu hari H. Sebaliknya, jika tidak diberitahu, nanti saat hari H dia terkejut dan tidak siap. Saya memilih opsi pertama, dengan harapan dia dapat menenangkan diri sebelum pergi ke dokter gigi.
Beritahu prosesnya
Ini penting banget. Anak harus tahu proses pemeriksaan gigi, agar dia punya bayangan bahwa periksa gigi itu tidak menakutkan. Banyak anak yang mengira pada saat diperiksa gigi akan terasa sakit. Padahal, kalau hanya disemprot air sebagai pembersihan, tentu saja tidak akan terasa sakit.
Beritahu tindakan dokter
Saya memberitahu Mas Rexy bahwa ada gigi yang harus dicabut dan ada yang harus ditambal. Masalah cabut gigi inilah yang paling terasa horor. Mas Rexy sempat menolak, bahkan menangis di ruang prakik dokter. Akhirnya, untuk sementara pencabutan gigi dibatalkan dulu. Saya katakan, cabut gigi itu sakit. Makanya, harus minta bius lokal berupa suntikan agar pada saat gigi dicabut, tidak terasa sakit. Kalau biusnya hanya menggunakan pasta yang ditempel ke gusi, kekebalannya masih kurang. Setelah mengerti penjelasan saya, minggu berikutnya barulah Mas Rexy agak tenang ketika datang lagi ke dokter. Akhirnya, proses pencabutan gigi berjalan lancar.
Beritahu peralatannya
Alat-alat milik dokter gigi emmang agak menyeramkan. Melihat kursi periksanya saja sudah membuat hati dag dig dug, apalagi alat-alat periksanya. Saya menjelaskan pada Mas Rexy bahwa alat yang akan digunakan untuk memeriksa adalah seperti semprotan berisi air. Air itu akan disemprot ke gigi untuk membersihkan gigi dari kotoran. Sementara itu, dokter akan dibantu asistennya. Si asisten akan memegang selang kecil yang gunanya untuk menyerap air yang sedang disemprotkan ke dalam mulut, agar pasien tidak tersedak. Dengan mengetahui peralatan yang digunakan, Mas Rexy menjadi sedikit tenang, karena tahu bahwa alat itu sama sekali tidak menyakitkan.
Beritahu dampak buruknya
Yang ini juga tidak kalah penting. Beritahu anak tentang dampak buruk jika lalai merawat kesehatan gigi. Jika tidak dirawat dengan benar, gigi akan keropos, lalu membusuk, dan akhirnya tidak punya gigi. Kalau ini terjadi, tentu saja anak jadi tidak enak makan.
Beritahu alasannya
Saya memberitahu Mas Rexy bahwa gigi harus dirawat sejak anak masih kecil. Kalau tidak sejak kecil, perawatan gigi akan terlambat. Bisa-bisa gigi sudah rusak baru akan dirawat. Tentu saja gigi tidak mungkin kembali ke keadaan semula. Beritahu pula, bentuk dan susunan gigi yang rapi nantinya akan membuat anak senang karena akan tampak lebih cantik atau ganteng.
Tidak hanya di ruang dokter
Saya menekankan pada Mas Rexy bahwa merawat kesehatan gigi bukan hanya pada saat berada di ruang dokter tapi juga ketika di rumah. Menggosok gigi dua kali sehari, membatasi makanan manis, dan minum air putih setelah makan makanan manis, adalah kebiasaan yang coba saya terapkan pelan-pelan.
Tips dan trik saya ini berhasil dilaksanakan. Mas Rexy yang saat pertama kali ke dokter gigi membuat drama dan kehebohan di ruang praktik dokter, sekarang sudah tenang dan lebih bisa diajak bekerjasama dalam merawat gigi.
jadi ingat waktu anter adik ke dokter gigi, nangis bukan main liat alat2 dokternya
padahal mah cuma diperiksa aja, ga diapa2in 🙂
eh, untung rexy dibius pas cabut, kalo ga mah ga kebayang…
Aku minta dokternya kasih bius, Rul. Lagipula giginya masih kenceng, jadi memang harus pakai bius.
Kalau aku paling pas cerita dampak buruknya, misalnya kalau tidak sikat gigi nanti giginya bolong. Atau kalu tidak ke dokter, sakitnya akan terus menerus. Mujarab banget kalau dikasih tahu anak langsung nurut