Tahu kluwek? Bumbu yang kadang ditulis dengan “kluak” atau “keluak” ini bentuknya seperti batu. Fungsinya sebagai bumbu pelengkap berbagai masakan. Salah satu masakan yang menggunakan kluwek adalah rawon.

Gambar dari tokopedia.com
Hari itu suasana kantor biasa-biasa saja. Tidak ada yang beda. Menjelang makan siang, seperti biasa salah seorang karyawan di bagian umum menawarkan kami untuk titip membeli menu makan siang. Saat itu saya sedang bingung, antara kepengin gado-gado, tapi juga pengin makan makanan berkuah. Kayaknya makanan berkuah segar banget untuk tenggorokan yang lagi nggak enak begitu. Tapi, saya juga sedang tidak terlalu pengin makan daging. Jadi bingung, deh. Setelah dipikir-pikir lagi, akhirnya, gado-gado memenangkan pertarungan dari kegalauan di hati saya. Saya pun memesan gado-gado.
Ketika pesanan tiba, saya langsung menyantap gado-gado lontong itu. Asyik, kebutuhan saya akan sayur, terpenuhi. Perut kenyang, hati pun senang. Tapi, eh … kok rasanya kayak ada yang kurang.
Ternyata, saya masih kepengin makan makanan berkuah. Sayangnya, saya sudah kenyang dengan gado-gado. Nggak mungkin bisa makan makanan berkuah lagi sebanyak satu porsi. Intinya, saya hanya pengin kuahnya, biar segar. Kebetulan, teman satu meja memesan rawon. Si Teman menawarkan rawon itu untuk saya, sebab dia sudah makan. Jadilah satu porsi rawon itu berpindah kepemilikan.

Gambar dari streetfood.co.id
Wah, mata saya berbinar-binar menatap kuah panas beraroma harum ketika saya menuangnya ke dalam mangkuk. Irisan-irisan daging, toge kecambah, dan berbagai bahan tambahannya membuat makanan khas Jawa Timur itu begitu menggoda. Saya langsung mengambil sendok dan mencoba kuahnya. Waahh, segaar… Iya, saya hanya butuh kuahnya dan sama sekali tidak menyentuh isi rawon itu.
Irisan-irisan daging yang ada, saya diamkan. Kali ini saya tidak tertarik dengan irisan-irisan daging yang tampak sangat lezat itu.
Sedang asyik-asyiknya menyeruput kuah rawon, tiba-tiba ….
Krek!
Aduh! Apa ini?
Bersamaan dengan bunyi “krek”, saya merasakan sakit di gigi bawah bagian kanan. Saya terdiam sesaat sambil menebak-nebak yang terjadi. Saya hanya makan kuahnya tapi kenapa saya menggigit sesuatu yang keras?
Saya langsung ke toilet dan membuang kuah rawon yang masih ada di mulut. Setelah itu, saya melihat kondisi gigi saya melalui cermin.
Ya ampun! Ada potongan kluwek yang tergigit! Gara-gara benda kecil hitam itu gigi saya …
Oh! Gigi saya patah sebagian! Saking kerasnya, kluwek itu tidak sengaja tergigit dan mematahkan gigi.
Hiks! Untunglah tidak apa-apa. Saya tidak merasakan sakit seperti sakit gigi pada umumnya.
Jadi, bukan kluweknya yang salah. Mungkin saja gigi saya yang sudah mulai … nggg … berumur, mungkin?
Okelah, kamu tidak perlu hati-hati saat makan rawon. Makanan khas Surabaya itu tetap lezat dan tidak kurang suatu apa pun. Sayanya saja yang … yah, begitu, deh.
wuaahaha..baca judulnya sudah bikin penasaran, “emang kenapa ya kalo makan rawon?” karena saya pecinta rawon…eh ternyanya 😀
Hahaha … rawonnya sih nggak apa-apa.
Wow these look so yummy! My mouth is watering just looking at your photos.
Yes, this is one of our traditional food.