Setiap mendengar kata “tenun” yang ada di benak saya adalah proses pembuatannya yang tidak mudah.
Pantas saja kain tenun begitu indah. Sebab, pembuatannya melalui proses panjang yang membutuhkan tingkat keahlian yang tinggi. Pembuatan tenun ini bukan menggunakan mesin, lho. Semua prosesnya menggunakan tangan atau yang biasa disebut dengan ATBM (alat tenun bukan mesin).
Mula-mula benang ditata berjajar sampai lebarnya mencapai 180 cm. Lalu, dilakukan proses nali, yaitu mengikat motif menggunakan tali. Setelah itu pewarnaan motif, penataan motif, barulah benang ditenun hingga menghasilkan kain bermotif yang indah.
Kalau nggak melihat prosesnya secara langsung memang agak bingung. Sementara, kalau melihat secara langsung, barulah kita tahu bahwa prosesnya sedemikian rumit. Butuh keahlian tertentu dan waktu yang tidak sebentar.
Yang membuat saya bangga, tenun ini asli Indonesia, lho. Di negeri ini masih banyak para penenun yang ahli menyulap benang menjadi kain-kain cantik. Sekali lagi, proses ini murni dikerjakan menggunakan tangan. Bukan mesin.
Semakin ke sini, semakin banyak orang yang menyukai tenun. Banyak juga desainer yang semakin melirik tenun sebagai kain untuk busana rancangannya. Terbukti, di Instagram juga semakin banyak pengusaha pakaian jadi yang menggunakan tenun sebagai bahan baku. Iya, dong. Kita sebagai pemilik tenun, jangan sampai nggak ngerti tentang kain tradisional yang satu ini. Soalnya merk-merk terkenal kelas dunia seperti Dior dan Gucci saja sudah menggunakan tenun, lho. Mereka sampai jauh-jauh ke daerah-daerah penghasil tenun di Indonesia seperti Troso (Jepara), Sumba, Flores, Lombok, Toraja, dan Bali, untuk mendapatkan kain tenun.
Dalam rangka menghargai dan melestarikan kain tradisional Indonesia, BCA juga memanfaatkan tenun pada seragam baru para karyawan dan stafnya. BCA menggandengn desainer tenun Didiet Maulana untuk memberi sentuhan tenun di setiap seragam milik bank yang Indonesia banget ini.
Setelah menyusun konsep, melakukan riset, mencari bahan dan motif selama dua tahun, serta membuat kain tenunnya selama enam bulan, akhirnya Didiet Maulana mempersembahkan karyanya untuk BCA. Lalu, tanggal 9 Juli 2018, diadakan forum Kafe BCA 8 bertema “Tenun Ikat, Indonesian Legacy into the Spotlight” yang sekaligus sebagai pengenalan seragam baru BCA bermotif tenun ikat.
BCA sengaja menggunakan tenun ikat agar para penenun dapat memperbanyak produksi sehingga menggugah pelaku ekonomi di negeri ini. Nilai ekonominya dapat, pelestarian terhadap warisan budaya Indonesia pun dapat.
Untuk membuat seragam BCA ini, Didiet Maulana, BCA, dan IKAT Indonesia berhasil memberdayakan 500 pengrajin tenun di Troso, Jepara. Kain yang dihasilkan mencapai 45.000 meter, untuk 27.000 karyawan BCA di seluruh Indonesia. Banyak banget, ya.
Pemilihan motif dan warna untuk seragam BCA ini juga nggak sembarangan. Harus ada kesesuaian antara warna khas BCA dengan filosofi yang terkandung pada motif tenun tersebut. Keren banget, ya. Didiet pun berharap agar inovasi BCA ini diikuti oleh korporasi-korporasi lain.
Nggak heran kalau nantinya di mana-mana kain tenun akan semakin seliweran. Karena kalau nggak buru-buru melestarikan dan memperlakukan kain tenun dengan sangat baik, bangsa lain yang akan melakukannya. Tentu saja kita nggak akan rela, kan?
Leave a Reply