Saya senang banget akhirnya Film “Merindu Cahaya de Amstel” sudah tayang. Saya sudah nunggu film ini sejak lama. Ya, syutingnya memang sudah sejak dua tahun lalu, tapi karena pandemi melanda, tayangnya jadi diundur.
Diangkat dari Novel, Berdasarkan Kisah Nyata
Film ini diangkat dari novel dengan judul yang sama, karya Arumi E, terbitan Gramedia Pustaka Utama. Ini adalah novel ke sekian karya Arumi yang difilmkan.
Arumi ini teman saya. Saya sudah lama kenal karena pernah beberapa kali mengerjakan proyek yang sama. Arumi tekun dan fokus banget nulis novel, sampai beberapa di antaranya difilmkan. Sementara, saya bekerja serabutan di banyak bidang. Jadi ya, pencapaiannya beda banget.
“Merindu Cahaya de Amstel” berkisah tentang Marien Veenhoven, perempuan asli Belanda yang punya masa lalu kelam. Dia menganut gaya hidup bebas. Semua hal buruk yang dianggap menyenangkan, pernah dilakukannya. Puncaknya ketika Marien dikhianati pacarnya. Marien stres dan depresi sampai ingin mengakhiri hidupnya.
Pada saat itu Marien ditolong oleh Fatima. Muslimah yang tinggal di Belanda. Fatima memberi motivasi dan gambaran luas tentang hidup serta hak manusia agar Marien kembali semangat menjalani hidup.
Fatima juga memberi pencerahan bahwa Tuhan selalu memaafkan dan memberi kesempatan pada siapa saja untuk kembali menjalani hidup normal. Marien terkejut mendengar nasihat Fatima. Hati Marien pun terbuka. Dia pun menemukan semangatnya kembali. Akhirnya Marien memeluk Islam dan mengganti namanya menjadi Khadija Veenhoven.
Novel “Merindu Cahaya de Amstel” juga ditulis berdasarkan kisah nyata. Saya senang banget kisah ini difilmkan.
Tertunda Dua Tahun
Para pemain Film “Merindu Cahaya de Amstel” adalah Amanda Rawles (sebagai Khadija Veenhoven), Bryan Domani (sebagai Nicolaas van Dijck), Rachel Amanda (sebagai Kamala), dan Ridwan Remin (sebagai Joko). Ada juga pemain lain seperti Dewi Irawan, Oki Setiana Dewi serta Maudy Koesnaedy.
Tim di balik pembuatan film ini ada Oswin Bonifanz selaku produser, Hadrah Daeng Ratu selaku sutradara, dan Benny Setiawan sebagai penulis skenarionya. Semua adalah orang-orang hebat di bidangnya dan sudah sering mendapatkan penghargaan dengan karyanya masing-masing sebelum menggarap film ini.
Sebenarnya film ini sudah selesai digarap sejak dua tahun lalu. Namun, pandemi melanda, sehingga ditunda penayangannya di bioskop. Saya salut dengan kesabaran para pemain, produser, dan semua tim. Akhirnya sekarang “Merindu Cahaya de Amstel” tayang juga.
Menurut saya banyak banget keunggulan film ini. Dari sisi cerita, inspiratif banget. Ada dialog begini: memilih Islam adalah keputusan terbaik dalam hidupku. Ada juga adegan Joko menolak Nico yang ingin masuk Islam, kalau alasan Nico pindah agama hanya karena cintanya pada perempuan. Bukan soal memeluk Islamnya sih, tapi lebih ke inspirasi memilih jalan hidup yang lebih baik setelah tersesat di masa lalu.
Ini bukan film religi khusus Islam. Bahkan Oswin selaku produser film ini pun mengatakan bahwa yang dikedepankan dari film ini adalah motivasi dan inspirasinya. Jadi semua agama juga bisa mengambil pesan moralnya. Oh ya, film ini juga bisa ditonton oleh remaja, agar mereka bisa mendapat inspirasinya.
Sinematografinya juga bagus. Sepanjang film penonton disuguhi suasana Amsterdam yang indah. Ada kincir angin, orang-orang naik sepeda di mana-mana, dan outfit pemainnya yang bagus-bagus. Saya suka banget gaya jilbabnya Khadija. Modern, rapi, dan tetap syar’i.
Tayang Mulai 20 Januari 2022
Buat kamu yang pengin nonton, filmnya sudah ada di seluruh bioskop di Indonesia mulai 20 Januari 2022. Langsung saja deh, cek jadwalnya di bioskop terdekat. Beruntung banget saya sudah nonton duluan di acara press conference dan Gala Premiere film ini, bersama teman-teman. Siapin tisu aja karena beberapa adegan bikin terharu. Ada juga adegan yang bikin ketawa karena tokoh Joko lucu banget.
Selamat nonton!
Leave a Reply