Judul: Insya Allah, Sah!
Penulis: Achi TM
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama, April 2015
Harga: Rp69.500 (soft cover)
Kesan pertama saat melihat buku ini adalah, tebal. Tadinya saya berpikir novel islami ini sama dengan novel-novel islami yang sudah ada, yaitu bertaburan kata-kata mutiara islami, banyak kegiatan islami yang dilakukan oleh tokoh-tokohnya, dan serius. Ternyata, yang dimaksud islami di sini adalah nilai-nilai dan pesan moralnya. Ceritanya sendiri dikemas dengan ringan dan gaya bahasanya populer.
Kisah bermula ketika Silvi, desainer sekaligus pemilik butik terkenal, mengalami sial yang beruntun. Dia sangat kesal karena salah satu pelanggannya membatalkan pesanan. Pelanggan itu marah-marah dan menghabiskan waktu Silvi. Padahal, saat itu juga Silvi harus berada di sebuah cafe, karena Dion, tunangannya, akan melamarnya di sana. Setelah si pelanggan selesai marah-marah, Silvi bergegas ke kantor Dion untuk minta maaf karena tidak bisa datang ke cafe. Di luar dugaan, Silvi mengalami sial berkali-kali lagi, sampai akhirnya bertemu tokoh Raka dalam situasi yang menegangkan.
Silvi kesal dengan kepribadian Raka. Menurutnya, Raka menyebalkan, karena sering berceramah tak kenal waktu. Silvi yang gaul, berpakaian serbamodis, pemilik butik seksi, dan sering bergandengan tangan dengan Dion, sangat berbeda dengan Raka yang kalem, tidak mau berdekatan dengan lawan jenis, dan selalu muncul ketika Silvi ingin bermesraan dengan Dion.
Berbagai konflik muncul. Raka yang tampan dan mapan tapi kalem, menjadi dilema bagi Silvi. Di satu sisi, Raka membuat Silvi tak bebas. Namun, di sisi lain, ada sesuatu di diri Raka yang lama kelamaan membuat Silvi salah tingkah.
Tokoh lain adalah Kiara, sahabat Silvi sejak sekolah. Penggambaran Kiara sangat pas dan membuat cerita ini beraroma islami tanpa membuat pembacanya berkerut kening. Juga, ada Gina yang menjadikan novel ini natural dan tidak melulu menampilkan tokoh sempurna.
Di pertengahan cerita, Silvi membuat kesalahan besar yang membuat hidupnya berantakan. Dia hampir kehilangan seluruh kehidupannya. Saya suka dengan konflik ini, karena banyak menemui konflik serupa di dalam kehidupan sehari-hari. Konflik-konflik kecil lainnya juga membuat saya tersenyum. Beberapa di antaranya membuat saya teringat pada orang-orang sekitar yang memiliki konflik serupa.

Achi TM bukan nama baru lagi di dunia penulisan. Insya Allah, Sah! ini adalah novelnya yang ke-25. Selain itu, Achi aktif menulis skenario film. Ciri khas dari novel-novel karya Achi adalah banyak perumpamaan yang membuat kalimat-kalimat yang disajikan menjadi lebih manis. Contohnya:
Tapi tetap saja, rasa rindu itu sakitnya di sini … di dada ini. Lebih sakit daripada mengira lengkuas adalah daging dalam timbunan rendang. (Hal 102).
Tidak memakai make up lengkap, rasanya seperti mamakai daster bolong di tengah pasar. (Hal 118).

Achi berhasil menutup cerita dengan memuaskan. Endingnya tidak sesuai dengan tebakan saya, tapi justru membuat cerita ini masuk akal.
Hampir tidak ada kekurangan dalam novel ini, kecuali typo di beberapa tempat. Ah, apalah arti typo yang tidak seberapa dibandingkan dengan cerita manis yang sangat menghibur ini?
jadi happy ending atau gak mak? π
Kalo diceritain gak asyik. Nanti jadi spolier. Enakan baca sendiri, Mbak Lid. Hihihi
sepertinya menarik nih…minjem dong π
Hahaha π