Minggu, 26 April 2015 lalu, saya menghadiri acara Pergelaran Seni Budaya BNN di Museum Penerangan, TMII. Acara ini adalah penyuluhan yang diselenggarakan oleh BNN untuk terus mengedukasi masyarakat dalam memerangi narkoba.
Banyak tokoh yang hadir di acara ini, di antaranya adalah Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Prof. DR. Sarlito Wirawan, Deputi Pencegahan BNN Antar Sianturi, dan Deputi Rehabilitasi dr. Diah Setia Utami, serta para Mahasiswa Program Khusus Keguruan Universitas Negeri Jakarta.
Pergelaran Wayang Kampung Sebelah menghibur seluruh undangan dengan tema narkoba. Saya yang hampir tidak pernah menonton TV, baru tahu ada grup wayang ini, dan tertawa sepanjang pertunjukan berlangsung. Yang lebih membuat saya takjub, Mas Rexy juga suka dengan pertunjukan ini. Ya, saya sengaja mengajak anak agar dapat lebih leluasa menjelaskan tentang bahaya narkoba.
Meskipun narkoba adalah hal yang selalu serius, dalam acara ini pembahasannya disampaikan dengan suasana yang santai dan penuh gelak tawa. Menurut Prof. Sarlito, penyuluhan dengan pendekatan budaya seperti ini sangat efektif. Sebab, budaya sangat dekat dengan keseharian manusia. Ilmu yang diberikan dalam suasana yang penuh kedamaian tentu akan lebih mudah terserap, seperti ketika Wali Songo menyampaikan ajaran Islam di Pulau Jawa.
Dalam acara ini, dr. Diah juga menyampaikan bahwa BNN sedang melaksanakan program rehabilitasi bagi 100.000 korban narkoba. Rehabilitasi adalah penanganan yang tepat bagi korban narkoba. Sebab, mereka butuh bantuan dalam menyembuhkan diri agar benar-benar terbebas dari narkoba. “Penyakit” yang diderita oleh pengguna narkoba tidak akan sembuh bila mereka dimasukkan ke dalam penjara.
Korban narkoba pun dapat mendatangi pusat rehabilitasi untuk meminta bantuan terapi, tanpa harus takut pada pihak berwajib. Jika pemakai mendatangi pusat rehabilitasi, aparat hukum tidak akan ikut menangani. Tetapi, jika pemakai kedapatan oleh pihak berwajib sedang menggunakan narkoba pada saat penggerebekan, sudah pasti akan diproses secara hukum.
Di sisi lain, pencegahan narkoba juga dilaksanakan secara terus menerus. Antar Sianturi memilih penyuluhan dengan menggunakan media wayang modern selama lebih dari tiga jam agar pesan yang disampaikan dapat diterima masyarakat.Β Jadi, program penyuluhan ini tidak terhenti ketika acara selesai, tapi juga disampaikan kepada keluarga dan orang-orang di lingkungan sekitar.
Cara mencegah narkoba sebaiknya dilakukan sejak dini. Beritahukan kepada anak-anak, bahwa mereka harus mencintai diri sendiri dengan tidak sembarangan mengonsumsi sesuatu. Juga, beritahu efek-efek negatif narkoba agar anak-anak terus waspada. Kalau dulu “say no to drugs”, sekarang “knowing to drugs”. Sebab, menurut dr. Diah, akan selalu ada zat narkoba jenis baru yang sengaja diedarkan ke masyarakat. Saat ini sudah ada 370 zat narkoba jenis baru, 35 di antaranya ada di Indonesia dan sudah teridentifikasi.
Semua berawal dari keluarga. Mengutip kata-kata MC pada acara ini, cintailah keluarga dengan cinta sejati, bukan cinta palsu. Cinta sejati akan memberikan sayap bagi keluarga untuk terbang menjelajahi dunia yang sehat dan penuh prestasi. Sedangkan, cinta palsu akan memberikan belenggu, yang akan mengurung keluarga, dengan dalih atas nama cinta.
Indra Kusuma Sejati says
Melalui tradisi dan budaya poko penyampaian kepada masyarakar akan mudah dimengerti dan mengena, karena di dalamnya terdapat bembelajaran budipekerti yang langsung mengena disampaikan secara gerak seni dan lagu serta lakon yang dimainkan oleh si dalang.
Nunik Utami says
Setuju banget, Mas. Pendekatannya jadi lebih kena.
Jarwadi says
saya turut memerangi narkoba dan miras dengan mengajak untuk berolah raga π
Nunik Utami says
Naah, olahraga juga ampuh untuk mencegah segala macam penyakit, termasuk “penyakit” tertarik pada narkoba dan miras π
punyapista says
selain memerangi narkoba juga bisa meningkatkan minat kebudayaan ya mba π
Nunik Utami says
Betul banget, Cha. Jadi makin banyak manfaatnya.