Maxima Pictures hadir lagi dalam meramaikan film Indonesia. Film baru ini berjudul “Bulan Terbelah di Amerika”.
Cerita bermula ketika Hanum (diperankan oleh Acha Septriasa) ditugaskan membuat artikel oleh bosnya. Artikel bertema “Akankah dunia lebih baik tanpa Islam?” ini membuat Hanum harus mewawancarai dua tokoh, satu dari kalangan muslim dan satu lagi dari kalangan non-muslim yang berada di Amerika Serikat.
Di sisi lain, Rangga (diperankan oleh Abimana Aryasatya), mendapat tugas dari bosnya untuk mengikuti konferensi internasional di bidang bisnis, di Washington.
Akhirnya, pasangan suami istri itu berangkat ke New York. Mereka pun berusaha menjalankan tugas masing-masing.
Hanum yang mengenakan jilbab mengalami berbagai kendala saat memulai kehidupannya di Amerika. Di sana, hampir semua orang menganggap muslim atau muslimah adalah teroris. Apalagi narasumber yang akan dituju oleh Hanum adalah para korban tragedi WTC yang benar-benar memandang sebelah mata pada para muslim yang “dituduh” sebagai dalang terjadinya tragedi itu.
Hanum pun bertemu dengan Azima. Perempuan yang mengganti namanya dengan Julia Collins itu mengalami kehidupan yang berat setelah suaminya pergi untuk selamanya dengan cara menjadi dalang terjadinya tragedi WTC. Tak ada orang yang mau dekat dengan Azima dan puterinya, karena mereka tidak mau dekat dengan teroris.
Konflik demi konflik muncul. Ketegangan dirasakan oleh Hanum karena tuntutan pekerjaan yang berat. Ditambah lagi saat itu ada seruan untuk demo besar-besaran karena di Ground Zero, bekas runtuhnya menara kembar karena tragedi 9/11, akan dibangun masjid. Semakin banyaklah orang yang menuduh Hanum bagian teroris.
Saya suka dengan tema film ini. Selama ini tragedi WTC memang menjadi peristiwa dahsyat yang pernah terjadi di Amerika dan menarik perhatian seluruh dunia. Selanjutnya, peristiwa ini menjadi issue hangat berkaitan dengan agama. Ide utama film ini bertujuan meluruskan pendapat yang keliru di kalangan masyarakat. Ide yang berani dan memang harus diketahui oleh semua kalangan. Namun, ada beberapa hal yang mengganjal di adegan film Bulan Terbelah ini.
Pertama, ketika terjadi kerusuhan kurang tergambarkan bahwa itu adalah kerusuhan besar, apalagi sampai membuat Hanum menjadi salah satu korbannya.
Kedua, ketika adegan salah satu korban yang menderita asma, rasanya terlalu berlebihan jika dia langsung berniat bunuh diri.
Ketiga, saya kurang melihat adanya kepanikan pada saat adegan para korban yang menyelamatkan diri, terutama di tangga. Seharusnya ekspresi pemainnya bisa lebih tergali.
Pesan yang ingin disampaikan oleh film ini, sudah dapat, yaitu Islam sebagai agama yang damai. Nilai-nilai positifnya bisa membawa film ini sebagai pembawa pesan bagi dunia bahwa, jangan menilai apapun dari keburukan tingkah laku manusianya. Sebab, sampai kapan pun akan selalu ada manusia yang berjalan tidak sesuai jalur. Film dengan pesan luhur ini akan lebih sempurna jika diimbangi dengan konflik yang lebih berliku lagi.
Film ini diangkat dari novel, tetapi saya belum baca novelnya. Tapi tetap asyik untuk ditonton. Yang jelas, saya lebih suka setting 99 Cahaya di Langit Eropa (yang mengambil tempat di Eropa) daripada Bulan Terbelah di Langit Amerika (yang mengambil tempat di Amerika). Meskipun begitu, saya sangat menikmati karakter-karakter yang diperankan oleh seluruh pemain ini, terutama Nino Fernandez yang gayanya lucu dan sangat menghibur.
Judul: Bulan Terbelah di Langit Amerika
Pemain: Acha Septriasa, Abimana Aryasatya, Nino Fernandez, Rianti Carthrright
Sutradara: Rizal mantovani
Produksi: Maxima Pictures
Tayang: 17 Desember 2015
Keren kritikannya ???
Huhuhuu…bunda mah gak pernah nonton kalo gak diajak anak. Untuk ngajak or minta nonton mah gak pernah, hiks, hiks…pengen banget ya nonton film lagi kek dulu waktu muda, wkwkwk… Makasih Nuniek untuk sekilas ceritanya, bunda anggap aja deh nonton filmnya dan sudah terhibur nih, hehe…
Ayo nonton, Bun 🙂
sudah kuduga, kalau bikinan Soraya biasanya lebih niat
Eh, begitu ya?