Hari ini, 17 Desember 2015, doodle-nya Google lucu banget. Ternyata untuk memperingati “ulang tahun” Beethoven yang ke 245. Wow!
Pemain musik asal Jerman ini lahir di Bonn, Jerman, tahun 1770 dengan nama Ludwig van Beethoven, dan wafat di Vienna, Austria, 26 Maret 1827. Beethoven terkenal sebagai pemain musik klasik pada zaman antara klasik dan romantik. Beliau ini jagoannya piano dan biola. Salah satu lagunya adalah Fur Elise.
Saya suka banget lagu itu. Saya pernah kerja di kafe Prancis. Suasananya klasik dan romantis. Musik yang diputar juga harus musik klasik atau instrumen. Salah satu musik yang sering diputar adalah Fur Elise. Sampai sekarang pun saya masih sering memutar lagu itu. Pokoknya asyik, deh.
Beethoven lahir dari keluarga pemusik. Ayahnya adalah penyanyi yang bekerja untuk menghibur Pangeran Bonn dan kakaknya adalah penyanyi kapel istana. Sang ayah mendidik Bethoven agar menjadi sehebat Mozart.
Pada perjalanan hidupnya, Beethoven mengidap penyakit otosklerosis dan membuatnya kehilangan pendengaran.
Omong-omong soal Beethoven, saya pernah kursus main piano padanya. Dalam pandangan saya, Pak Beet, sebut saja begitu, adalah guru musik yang galak. Wajahnya hampir tidak pernah menampakkan ekspresi senang. Bibir cemberut, alis bertaut, dan wajah tertekuk adalah pemandangan sehari-hari yang sudah tidak aneh lagi.
Setiap masuk kelas, jantung saya berdebar lebih kencang. Saya tahu, beliau adalah pemusik tingkat dunia dengan karya yang keren-keren, seperti Violin Sonata dan Symphony No. 3 in Eb ‘Eroica’. Tapi, saat mengajar, wajahnya sama sekali nggak ramah.
Awalnya saya sering hampir menangis ketika belajar main piano. Takut dengan wajah sangar Pak Beet. Apalagi saat itu saya ambilnya kelas privat. Saya belajar sendirian, deh.
Selama belajar, Pak Beet sangat tegas. Beliau nggak segan-segan memandangi saya dengan wajah tegasnya. Tanpa kata-kata, tapi pandangan matanya tajam menusuk.
Lama kelamaan, saya tahu wataknya guru piano itu. Saya tidak lagi takut atau deg-degan saat belajar. Biasa saja. Kalau beliau marah, saya balas dengan cengengesan. Habis, bagaimana, ya. Saya nggak hidup sezaman dengan beliau, sih. Dan … pertemuan itu terjadi ketika Pak Beet sudah berpulang. Sudah nggak ada lagi di dunia ini.
Iya, saya bertemunya di Madame Tussaud Bangkok. Bukan benar-benar bertemu langsung, apalagi belajar main piano padanya.
Sama sekali bukan.
Jangan terkecoh.
Mana mungkin saya bisa bertemu dengan pemusik hebat itu. Hidupnya saja tidak di zaman yang sama. Saya masih muda, dan beliau, kalau masih ada, berulang tahun ke 245.
Selamat “ulang tahun”, Ludwig van Beethoven.


ekspresinya mba..bahagia banget,,heheh
Hihihi iya, kah? Biarin aja deh, gurunya marah. Saya ketawa-ketawa aja :))
mbak, itu di atas tanggalnya udah tahun 2016 aja …
kerennya pernah diajari sama pak Beethoven…. he..he..
Oh iyaa, hahaha, sudah kuedit, yaa 😀
Gak sekalian belajar sama guru musik yang lain, mbak? Mumpung lagi di Madane. :))