Tidak banyak orang yang berpikir soal sampah. Padahal, setiap hari semua orang menghasilkan sampah. Sampah berperan penting dalam hal kelestarian lingkungan. Sampah pun membutuhkan pengelolaan yang baik. Kalau tidak, bisa menyebabkan ketidakseimbangan lingkungan yang berakibat fatal. Banjir, tanah longsor, perubahan iklim, adalah dampak ketidakseimbangan lingkungan yang merugikan manusia. Semua berawal dari pengelolaan sampah yang belum tepat.
Amilia Agustin Si Ratu Sampah
Selain tidak banyak orang yang memikirkan sampah, tidak banyak pula orang yang peduli tentang pengelolaan sampah. Amilia Agustin adalah satu di antara orang yang tidak banyak itu. Kepedulian Amilia terhadap lingkungan membuatnya bergerak mengelola sampah. Hebatnya, aktivitas ini dilakukan sejak Amilia masih duduk di bangku SMA, tahun 2008.
Aktivitas Amilia dalam memedulikan sampah berawal dari sampah-sampah yang berserakan di lingkungan sekolahnya, SMA 11 Bandung. Amilia ingin menjaga lingkungan agar bersih dan bebas dari sampah. Keinginan kuat inilah yang membuat Amilia dan teman-temannya membentuk program “Go to Zero Waste School”.
Amilia mengajukan proposal program “Go to Zero Waste School” pada Program Young Change Maker dari Asoka Indonesia. Proposal disetujui dan mendapat bantuan dana operasional sebesar Rp2,5 juta.
Amilia menggunakan dana tersebut untuk menjalankan programnya, berupa aktivitas mengumpulkan sampah. Setelah sampah terkumpul, dipisahkan antara sampah organik (berupa sisa-sisa makanan, kulit buah, kulit sayuran, daun, ranting, pohon, dan kayu), anorganik (berupa plastik, kaleng, styrofoam), dan sampah kertas (kertas, kardus bekas pembungkus barang, dan kemasan makanan seperti tetra pak).
Amilia mendaur ulang sampah-sampah tersebut lalu dijadikan barang-barang yang bisa digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, sampah organik dijadikan pupuk kompos, limbah kain perca digunakan untuk membuat tas, dompet, atau barang lain yang memiliki nilai ekonomis. Selain digunakan sehari-hari, barang-barang ini pun bisa dijual.
Berkat kegigihannya dalam mengelola sampah, Amilia dijuluki “Ratu Sampah”. Jika didengar sekilas, julukan ini terdengar tidak elegan dan kurang eksklusif karena berkaitan dengan sampah yang kotor. Namun, justru ini adalah julukan hebat yang tidak semua orang bisa mendapatkannya. Sampah memang barang yang terkesan tidak dibutuhkan, tetapi orang yang tergerak mengelolanya justru sangat dibutuhkan oleh masyarakat.
Orang seperti Amilia Agustin adalah sosok pahlawan bagi masyarakat. Terlebih, usianya masih muda. Anak muda yang peduli lingkungan, istimewanya berkali-kali lipat.
Ikon Sekolah Sehat di Bandung
Keberhasilan Amilia dalam mengelola sampah, membuat SMA 11 Bandung menjadi ikon Sekolah Sehat di kota itu. Positifnya program tersebut membuat banyak sekolah yang ingin menerapkannya. Oleh karena itu, beberapa sekolah lain ikut menjalankan program “Go to Zero Waste School”. Amelia pun membina empat sekolah negeri lainnya, di Bandung.
Dalam melaksanakan program tersebut, Amilia tidak hanya fokus dalam mengelola sampah. Amilia juga memberikan strategi lainnya, yaitu berkaitan dengan entrepreneurship. Tujuannya adalah memberikan solusi terhadap sampah-sampah hasil daur ulang yang bisa dipakai. Selain itu juga menanamkan jiwa entrepreneur dalam diri anak muda di lingkungannya.
Pemenang Apresiasi SATU Indonesia Awards
Kepedulian, kegigihan, dan semangat Amilia Agustin, membuahkan hasil. Dia terpilih menjadi Pemenang Apresiasi Semangat Astra Terpadu (SATU) Indonesia Awards tahun 2010, kategori lingkungan.
Tahun 2014, Amilia kuliah di salah satu universitas di Bali. Awalnya, Amalia berniat ingin menuntut ilmu saja selama di Bali dan tidak melakukan aktivitas di luar urusan kuliah. Namun, nalurinya dalam mencintai lingkungan, terus menyala. Kemenangannya memberi semangat yang lebih besar. Setelah mendapat penghargaan tersebut, Amilia lebih terpacu dalam melestarikan lingkungan. Anak muda ini pun merambah ke masyarakat. Amilia membentuk komunitas bernama Udayana Green Community. Aktivitasnya tetap berfokus pada masalah lingkungan.
Amilia memberikan pelatihan ke desa-desa, agar masyarakat dapat mengelola sampah dengan baik. Amilia juga mengajarkan hal yang sama pada berbagai sekolah di Bali. Pada intinya, sosialisasi tentang pengelolaan sampah ini harus sampai ke tingkat dasar, agar perubahan bisa dilakukan secara menyeluruh.
Yang membuat Amilia bahagia, hampir tidak ada kendala dalam menyampaikan programnya, baik di sekolah-sekolah maupun masyarakat. Mereka semua mendukung program ini. Bahkan saat ini komunitas tersebut sudah memiliki 30 relawan.
Menurut Amilia, pengelolaan sampah itu program yang luas, sehingga bisa dilakukan di mana saja. Amilia berniat, selama masih berada di bumi, akan terus menjalankan program peduli lingkungan. Prinsipnya, kalau bukan kita penghuni bumi yang peduli pada pelestarian lingkungan, siapa lagi?
Leave a Reply