Saat itu saya masih tinggal di Cibinong. Saya terheran-heran melihat benda yang dijejer di sebuah warung. Benda itu berwarna putih, berbentuk kristal seperti gula, dan dikemas di dalam plastik seperti kemasan garam halus. Bedanya, kemasan plastik ini polos alias tidak bermerk.
Menurut pemilik warung, benda itu bernama pijer. Gunanya untuk memasak. Saya bingung karena belum pernah mendengar nama itu sebelumnya. Pijer? Buat memasak? Mengapa selama ini ibu saya tidak pernah mengenalkan bumbu masak bernama pijer?
Keheranan saya pun saya simpan sendiri. Hingga suatu hari saya berkunjung ke rumah bulek (adik ibu) di daerah Bogor. Kami mengobrol tentang segala hal. Obrolan kami sampai ke urusan dapur. Saat itulah saya mendengar kembali tentang pijer.
Menurut bulek, orang-orang di daerah tempat tinggalnya sudah akrab dengan pijer. Bumbu masak yang satu itu sering digunakan oleh para tetangga. Kata bulek, salah satu fungsi pijer adalah untuk membuat daun singkong tetap cerah dan tidak menghitam saat direbus.
Dahi saya kembali berkerut. Kalau memang demikian, mengapa dulu ibu saya tidak pernah menggunakan pijer saat merebus daun singkong? Dan yang lebih mengherankan, bulek menyarankan agar saya tidak pernah menggunakan pijer. Alasannya, pijer dapat mengganggu kesehatan. Sayangnya bulek tidak bisa menjelaskan lebih lengkap mengapa pijer dianggap mengganggu kesehatan.
Akhirnya keheranan saya terjawab. Suatu hari adik saya mengirim sms. Isinya singkat. “Nonton TV **** sekarang ya”. Saya pun langsung menyalakan TV. Berita yang ditayangkan membuat saya terperangah.
Dari berita itu saya tahu bahwa pijer adalah boraks. Ya, boraks yang selama ini terkenal sebagai pengawet makanan yang sudah dilarang digunakan.
Dari berita itu saya tahu bahwa pijer adalah boraks. Ya, boraks yang selama ini terkenal sebagai pengawet makanan yang sudah dilarang digunakan.
Kalau boraks dilarang, seharusnya pijer juga dilarang digunakan. Tetapi pada kenyataannya, pijer bisa didapatkan dengan mudah di warung-warung. Bahkan pijer sudah terkenal di kalangan ibu-ibu sebagai “penyedap makanan”.
Sebenarnya boraks berfungsi untuk mengawetkan sekaligus antiseptik untuk kayu. Tetapi telah disalahgunakan untuk membuat makanan seperti lontong, bakso, dan mi basah menjadi lebih kenyal dan tidak mudah hancur.
Selain itu pijer digunakan… oh, sama seperti yang dikatakan oleh bulek saya, untuk membuat daun singkong yang sudah direbus terlihat tetap hijau dan segar!
Ciri-ciri makanan yang mengandung boraks adalah tekstur lebih kenyal, bila digigit tidak langsung putus (pada lontong, mi basah, tahu, dan bakso). Mi basah dapat tahan hingga lima hari dan tahu dapat tahan selama tiga hari di suhu ruangan. Sedangkan bila dimasukkan ke dalam lemari es, kedua makanan itu dapat bertahan selama 15 hari.
Ambang batas pijer atau boraks yang boleh dikonsumsi adalah 3-6 gram untuk bayi dan anak-anak, dan 15-20 gram untuk dewasa. Apabila telah melampaui ambang batas, pijer atau boraks akan menyebabkan gangguan pada kesehatan.
Gangguan jangka pendek yaitu mual, badan terasa tidak enak, lemah, diare, sakit kepala, demam, dan muntah darah. Sedangkan gangguan jangka panjangnya yaitu hilangnya napsu makan, gangguan pencernaan, radang seaput mata, gangguan pada ginjal, anemia, dan kejang-kejang.
Yang lebih mencengangkan, selain dikenal dengan nama pijer, boraks juga dikenal dengan nama bleng dan… gendar!
Jadi?! Kerupuk gendar yang selama ini sering saya konsumsi….?!!
Gambar diambil dari sini
awal mulanya bleng untuk konsumsi, itu dari jawa tengah (wikipedia)
Naah betul, persis, ibu saya juga pakai supaya daun singkong tetap hijau dan segar ketika direbus. Sewaktu saya tanya dulu, hanya menjawab “ya biar daun singkongnya tetap hijau”, akhirnya saya masih penasaran sampai saat ini, dan kemarin saya tanya lagi ibu saya sambil saya buka laptop untuk searching, akhirnya beliau mengungkap kalau itu ternyata bleng. Saya kaget agak bingung sembari mengingat-ingat, bukannya itu gaboleh dipakai ya? Sekarang saya bingung gimana caranya supaya ibu saya tidak menggunakannya lagi, kan jadi ngeri makan masakan ibu sendiri, terlebih ibu saya itu punya warung, jadi masak untuk dijual. Sebagai tambahan, sampai saat ini saya ataupun keluarga belum mengalami keluhan kesehatan apapun yang berkaitan dengan itu, bikin saya makin ngeri sapatau dampaknya jangka panjang, atau mungkin karena dosisnya rendah ya?
Kalau kita sudah tau dampak negatifnya, pasti lebih memilih daun singkong nggak usah hijau ya. Biar aja hitam yang penting sehat. Mungkin ibu mulai dibilangin pelan2 sambil dikasih tau dampaknya, Mbak. Siapa tau Ibu langsung mengerti dan nggak mau pake lagi.
Lumayan nambah ilmu. Ternyata temannya borax itu si Pijer 🙂
Selamat malem, Mbak. Kaga sengaja nemu artikel ini, mau nambahin sedikit soal artikelnya.
Soal Borax atau orang jawa menyebutnya Pijer, setau saya kebanyakan orang kaga tau kalo Pijer itu Borax.
Terus perihal pelarangan untuk peredarannya udah tentu kaga mungkin bisa dilakuken, Mbak.
Soalnya Pijer/Borax sangat penting buat pengrajin metal ( besi, kuningan, tembaga dll… ).
Sebagai contoh untuk pengelasan kuningan, Pijer/Borax dipakai sebagai flux atau pelindung agar tidak kena oksigen ( teroksidasi saat metal cair pada proses pengelasan pake oxy-acetylene ).
Begitu juga pandai besi juga pasti make Pijer/Borax untuk forge welding dalam proses pembuatan keris atau benda laen yang sejenis. Tujuannya pun sama, supaya kaga ada oksidasi saat proses pemandaian berlangsung.
tapi untuk proses pembuatan keris atau sejenis penggunaan Pijer/Borax mungkin hanya sekitar 80% – 90% ada tambahan bahan laen, sesuai hasil yang mau di dapat oleh pengrajin yang bersangkutan.
Sumber dari pengalaman pribadi, mohon maaf kalo ada perbedaan dengan sumber pengetahuan laen yang lebih credible.
Jadi selama ini aku makan antiseptik😭
Halo, Mas Tedy. Betul, borax sebenarnya sangat dibutuhkan untuk industri seperti pengrajin metal dan sebagainya. Sayangnya ada yang menyalahgunakan menjadikannya campuran makanan, sehingga bisa membahayakan. Padahal kalau dipakai sesuai kegunaannya, justru bermanfaat bagi manusia. Btw infonya lengkap banget, Mas. Saya jadi tambah pengetahuan nih. Terima kasih sudah sharing ya 🙂
Borax alias pijer itu obat pengawet kayu, agar kayu tidak diserang jamur maupun teter
Sebenarnya sudah lama tahu dan tidak pernah mengonsumsi baik bleng boraks pijer dan lebih suka bikin makanan sendiri daripada beli. Ternyata keputusan saya memang tepat.