Nama aslinya, David Hidayat. Pemuda asal Padang, Sumatera Barat, kelahiran 28 Agustus 1987 ini berjuang memulihkan ekosistem di daerahnya dengan modal nekat. Sejak kecil, kehidupan David dekat dengan laut. Masa kecil David dihabiskan di kawasan pesisir, sehingga dia hobi menyelam dan senang melakukan aktivitas lain yang berhubungan dengan laut.
Sumber: IG Andespin
Seiring berjalannya waktu, David menyadari bahwa lingkungan di daerahnya, di Kabupaten Pesisir Selatan, semakin rusak. Pantai-pantai di daerah ini mengalami abrasi, hutan mangrove rusak parah, terumbu karang juga jauh dari kata terawat.
Semua ini jelas karena ulah manusia, baik masyarakat di sekitar maupun wisatawan yang berkunjung ke kawasan ini. Masyarakat di daerah itu menggunakan mangrove untuk bahan pembuat rumah, perahu, dan lain-lain, sehingga habitat mangrove pun rusak. Mereka juga menangkap ikan dengan menggunakan alat yang tidak ramah lingkungan, sehingga terumbu karang ikut hancur. Apabila hal ini dibiarkan, akan membuat laut mengalami kerusakan parah. Pada akhirnya akan merugikan manusia juga.
Kecintaannya terhadap lingkungan laut membuat David ingin melakukan sesuatu demi terjaganya kawasan pesisir. Namun, keinginan tersebut belum bisa dilaksanakan karena kesibukan sekolah. Selepas SMA, David kuliah dengan mengambil jurusan perikanan dan kelautan. Ketika sudah berhasil mendapatkan gelar Sarjana Perikanan dan Kelautan, barulah David berencana bergerak cepat dan aktif untuk memulihkan ekosistem di sekitarnya.
Ditentang Orang Tua
Awal perjalanan David tidak mulus. Keinginannya memulihkan ekosistem laut, mendapat tentangan dari orang tua. Orang tua David tidak ingin anaknya bekerja seperti ini. Mereka ingin David menjadi pekerja kantoran. Bukan pekerja alam yang penghasilannya tidak pasti.
Sumber: IG Andespin
Menurut David, mendapat restu orang tua merupakan tantangan tersendiri. David tidak berminat menjadi pekerja kantoran dan tidak bisa hidup seperti itu. Dari lubuk hati yang paling dalam, David ingin melestarikan lingkungan yang sangat dicintai, dan mengembangkan potensi serta menerapkan ilmunya pada lingkungan sekitar.
David terus berusaha meyakinkan orang tua bahwa des aini memiliki potensi di bidang kelautan dan perikanan yang bisa dikembangkan. David juga meyakinkan orang tuanya bahwa kita bisa bekerja di kampung sendiri dan tidak pergi merantau ke kota untuk mencari pekerjaan. Berkat kesabarannya dalam meyakinkan orang tua, akhirnya orang tuanya memberi restu.
Menggagas Andespin
Adalah Sungai Pinang, tempat David kali pertama menyadari bahwa lingkungan sekitarnya rusak parah dan terancam punah, serta menimbulkan bencana bagi masyarakat. Di kawasan Sungai Pinang, Pesisir Selatan, Sumatera Barat itulah David melihat bahwa lingkungan ini harus dipulihkan.
Bagaimanapun, komunitas laut sangat penting bagi masyarakat di sekitar Sungai Pinang, karena hampir seluruh masyarakatnya berprofesi sebagai nelayan. Oleh karena itu, David menggagas Komunitas Anak Desa Sungai Pinang (Andespin). Tujuan utamanya adalah mengembalikan laut dan lingkungannya menjadi sehat kembali.
Sumber: IG Andespin
Komunitas Andespin menggandeng para pemuda dan masyarakat dalam melaksanakan konservasi lingkungan. Tentu saja tidak mudah mengajak masyarakat setempat untuk melakukan hal ini. Sosialisasi tentang komunitas ini dan program-programnya, membutuhkan waktu dan kesabaran.
David terus bekerja keras mengajak masyarakat gabung dalam Andespin. Lama kelamaan, masyarakat mengerti pentingnya memperbaiki dan kemudian menjaga ekosistem laut. Mereka pun bersama-sama menjalankan berbagai program Andespin.
Program-program Andespin
Dalam membuat komunitas Andespin, David merancang berbagai program yang berkaitan dengan pemulihan ekosistem laut. Awalnya David mengajak masyarakat melakukan penanaman mangrove. Penanaman ini dilakukan secara acak, di beberapa titik yang dianggap kerusakannya paling berat. Tujuan utamanya adalah merevitalisasi hutan mangrove dan menghidupkannya kembali agar dapat diberdayakan.
Setelah aktivitas tersebut terlaksana, barulah David merambah seluruh hutan mangrove. David tidak hanya menggandeng masyarakat tetapi juga menggandeng Pemerintah Daerah. Tahun 2018, Andespin, masyarakat, dan pemerintah melakukan pemetaan hutan mangrove di Sungai Pinang. Penanaman mangrove pun dilakukan di seluruh kawasan hutan, seluas hingga 4 ha. Kegiatan ini diawasi secara intensif, sehingga hasilnya lebih terpantau dengan baik.
Sumber: IG Andespin
Program revitalisasi juga dilakukan pada terumbu karang. Ada banyak jenis terumbu karang di laut. Berbeda jenisnya, berbeda pula cara menanganinya. Salah satu cara adalah membangun struktur besi dengan pemberat beton. Struktur besi tersebut diletakkan di tempat tertentu di laut, untuk mengikat bibit terumbu karang. Terumbu karang memang membutuhkan waktu sangat lama untuk tumbuh, tetapi setidaknya ada usaha untuk merevitalisasi. Masyarakat menanamnya sekarang, kelak anak cucu yang akan menikmati hasilnya.
Nyata Hasilnya
Hutan mangrove yang telah direvitalisasi, kini sudah membuahkan hasil. Kawasan ini menjadi tempat wisata yang memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat sekitar. Orang-orang di daerah itu juga bisa menjadi pemandu wisata, sehingga menjadi sumber pendapatan tersendiri.
Selain itu, kawasan mangrove di Desa Sungai Pinang ini juga menjadi tujuan para peneliti ilmiah dan sumber informasi bagi mahasiswa yang sedang menyusun skripsi.
Sumber: IG Andespin
Berkat berbagai gebrakannya dalam memulihkan ekosistem daerahnya, David pun dikenal sebagai David Andespin. Nama ini seakan menjadi pahlawan bagi masyarakat sekitar dalam merevitalisasi lingkungan. Tak heran, David meraih apresiasi para program SATU Indonesia Awards tahun 2022, kategori lingkungan.
Leave a Reply