Film bioskop yang mulai tayang tanggal 7 Januari 2016 ini penuh dengan motivasi hidup. Kebetulan saya sudah nonton, tepat di tanggal tersebut. Tadinya saya mengira film ini lebih banyak adegan cinta dari awal sampai akhir. Ternyata, bagian cinta-cintaan ini hanya salah satu dari sekian konflik yang dihadirkan pada film.
Cerita bermula ketika Lefan dan kakaknya, Elfa, terlibat pertengkaran hebat. Lefan cemburu dengan kakaknya yang selalu aktif di luar rumah. Lefan sendiri menginginkan Elfa lebih memperhatikan keluarga mereka. Sebab, Lefan sudah lelah dengan ayahnya yang kurang memuliakan perempuan, sehingga keluarga itu kehilangan sosok ibu terlalu cepat.
Pergulatan batin Lefan membuat pemuda itu terus mencari jalan keluar. Hingga suatu saat Lefan bertemu dengan Azka, pemuda tampan yang soleh dan hafal Al-Qur’an. Meskipun sama-sama dibesarkan dalam keluarga yang islami, mereka berdua sungguh jauh berbeda. Azka yang sudah “matang” memposisikan dirinya sebagai pembimbing Lefan.
Kegiatan pekerjaan mempertemukan mereka dengan Rein, gadis pandai yang sangat santun. Sudah bisa ditebak, mereka berdua berusaha merebut hati gadis ini. Silakan ditebak, kira-kira siapa di antara kedua pemuda ini yang akhirnya terpilih menjadi pendamping Rein.

Ada beberapa konflik yang digelar dalam cerita ini. Kalau kita agak lengah, mungkin akan tidak mengerti jalan ceritanya. Ada juga adegan yang menurut saya tidak perlu ditampilkan. Namun, tim pembuat film ini begitu lihai dalam menutup adegan yang sejak awal saya rasakan agak melompat-lompat, sehingga cerita berakhir sempurna.
Konfli-konflik yang ada memberi pesan bahwa kita harus bersyukur dengan hidup yang kita jalani. Semuanya memberi motivasi bahwa betapa pun beratnya ujian hidup, pasti bisa kita lalui. Ya, Tuhan memang tidak akan memberikan ujian melebihi kemampuan hambaNya.
Film bergenre drama ini diproduksi oleh rumah produksi baru, yaitu BedaSinema Picture. Berbeda dengan film-film lain yang berlomba-lomba memasang pemain film terkenal sebagai daya tariknya, film Tausiyah Cinta ini hanya memasang dua publik figur, yaitu Peggy Melati Sukma dan Irwansyah. Itu pun bukan sebagai pemain utama. Pemain-pemainnya kebanyakan belum dikenal secara luas. Itu sebabnya, ada beberapa pemain yang menurut saya aktingnya masih belum terlihat luwes
Konon, proses pembuatan film ini benar-benar berlangsung secara syar’i. Pada saat pengambilan adegan, tidak ada dua orang pemain bukan muhrim yang melakukan adegan bersamaan tanpa didampingi pihak ketiga yang netral. Tidak ada satu adegan pun yang memungkinkan terjadinya sentuhan antara pemain laki-laki dan perempuan yang bukan mahramnya. Konsep yang benar-benar mengusung nilai-nilai islami dan mungkin memerlukan usaha ekstra demi terciptanya film yang tidak hanya menghibur, tetapi juga memberi edukasi.
Setelah selesai menonton film ini, saya sempat bertemu dengan produsernya, yaitu Mas Ibas. Beliau memberi informasi bahwa proses penggarapan film memakan waktu hingga dua tahun, karena produksi hanya dilakukan setiap akhir pekan.
Penasaran dengan film ini? Silakan nonton langsung di bioskop terdekat.

catet tanggal mainnya ah, semoga bisa nonton. kalau aku nunggu pemeran lainnya yang dulu pernah main di cinta subuh hehe
Cinta Subuh, eh, aku juga nonton setiap hari tuh kayaknya. Mas siapa,tuh? Wahyu Subuh! Iya betul! :))
Produsernya berani juga memasang pemain yang belum dikenal untuk pemeran utama. Salut deh buat film ini.
Nah, saya juga berpikir kayak gini. Hebat, ya. Kayak nggak ngejar balik modal gitu.
pengen juga nonton filmnya mbak, kayake seru, apik, dan pastinya ada pesan moralnya 🙂
Pesan moralnya banyak. Kalau nontonnya lagi sedih, akan langsung termotivasi lagi. Apalagi kalo nontonnya lagi seneng.
Pengin nonton sejak dulu dengar kabar ada film ini. Tapi ga ada bioskop di kota sy tinggal. Mau ke kota terdekat yg ada bioskop belum sempat. Katanya aktornya sama dgn aktor Ketika Mas Gagah Pergi ya, Mbak?
Eh iya, aku belum ngeh sama aktor yang jadi Mas Gagah. Belum lihat lagi.
wah menarik banget cara kerja pembuatan film ini, sebuah hal baru
jadi penasaran dengan filmnya .., mudah2an masih ada kesempatan nonton
Aamiin. Semoga sempat nonton, ya 🙂
Hamas, salah satu pemainnya katanya seorang hafizh Al Qur’an yang pasti gak akan mau main film yang pake sentuhan dgn non muhrim ya Mbak.
Betul banget. Ada adegan hafalan Qur’an juga, lho. Adegannya dibuat natural dan lucu gitu.
Waah Mba nunik nonton filmnya, direview juga… kerenn! makasih yah 🙂