Suatu hari di tahun 1997 (atau 1998, saya lupa tepatnya), seorang ibu hamil memandangi gambar berukuran besar yang tertempel di pintu café.
“Duuhh, ini salad enak banget, sih.. Pengen banget. Sayang sih saya baru selesai makan. Masih kenyang,” kata ibu itu sambil membelai-belai perutnya yang besar.
Saya yang saat itu adalah kasir dari café tesebut terbelalak. Salad? Apa enaknya? Isinya hanya sayuran mentah. Ya, saya sama sekali tidak suka sayuran. Sayur matang atau mentah, buat saya sama-sama tidak menarik dan tidak enak dimakan. Bahkan saya berpikir, ibu itu sedang hamil, jadi salad yang sama sekali tak enak jadi kelihatan begitu menggiurkan buatnya.
Sejak awal bekerja di café itu saya juga sudah belajar membuat salad. Jangankan untuk makan salad satu porsi, membayangkan atau mencoba satu robekan kecil daun lettuce saja sama sekali tidak pernah.
Semenjak kejadian tentang ibu hamil itu, saya jadi sering memerhatikan salad. Membuat salad memang sudah bukan job desc saya. Tetapi saya sering ikut-ikutan saat teman saya membuatnya. Pertama, hanya melihat si teman membuat. Esoknya, saya mencoba lettucee, satu robekan kecil. Ternyata enak.
Esoknya lagi, saya mencoba membuat satu resep salad lengkap, dalam porsi yang jauh lebih kecil. Saat itu saya baru berpikir, pantas saja ibu hamil itu benar-benar tergiur salad. Benar-benar enak, sih.
Dari situ mulailah saya menyukai salad. Daun-daun lettuce yang segar tampak menarik di mata saya. Saya menambahkan tomat, kyuri (timun hijau yang berasal dari Jepang, rasanya lebih segar, renyah dan agak manis), wortel, dan crouton (roti yang dipotong kecil-kecil lalu diberi bumbu dan dipanggang hingga kering).
Tak lupa, saya tuangkan dressing (saus) di atasnya. Di lain waktu salad itu saya tambahkan irisan daging ayam atau beef salami (daging sapi yang sudah diiris tipis-tipis dan dibentuk bulat) atau beef bacon (daging di sekitar iga sapi yang diolah dengan cara diasinkan atau diasap).
Oh ya, untuk dressing saya juga berani mencoba dressing-dressing yang selama ini imagenya hanya disukai oleh orang-orang bule, seperti Caesar dressing, Dijon mustard dan Olive Vinaigrette. Tapi favorit saya tetap Thousand Island. Sedangkan mayonnaise yang populer, menurut saya tidak cocok untuk salad.
Salad yang sempat saya coba adalah Green Salad (lettuce, kyuri, carrot, red cabbage, tomato, crouton dan Thousand Island dressing), Caesar Salad (lettuce, cheddar cheese, beef bacon, crouton, dan Caesar Dressing), Chicken Caesar Salad (sama dengan Caesar Salad, tetapi beef bacon diganti dengan chicken breast berbumbu yang sudah diiris-iris).
Hmmmm ternyata salad itu benar-benar nikmat. Kamu sendiri bagaimana? Suka salad?
Gambar diambil dari sini
suka banget mbak! 🙂
Tooss, Mbak Rika 😀