Saya nggak hobi jualan dan merasa nggak bakat juga. Tapi beberapa tahun lalu, saya mencoba memproduksi kerudung dan dipasarkan. Eh, ternyata laris manis. Ternyata untuk menjadi produsen yang sekaligus memasarkan produk sendiri, nggak perlu bakat dan hobi. Hanya perlu “gemas” sama produk tertentu.
Yup, dulu saya gemas lihat kain yang motifnya lucu-lucu. Saat itu juga hasrat belanja saya muncul, tapi sekaligus diiringi rasa bersalah. Masa belanja kain begitu saja? Buat apa? Akhirnya saya terbit ide untuk memproduksi kerudung. Dengan begini, hasrat belanja tersalurkan, uang pun bisa bertambah dari hasil produksi dan jualan.
Tentu saja dibarengi dengan belajar banyak tentang produksi dan marketing. Dulu saya baca banyak buku tentang dua hal ini.
Sejak saat itu, saya selalu “gemas” melihat para produsen dengan produknya yang unik-unik. Saya nggak selalu punya energi untuk menjadi produsen, tapi punya rasa “gemas” ingin membeli produk-produk unik hasil garapan para pengrajin. Akhirnya, setiap ada produk lucu, rasanya saya pengin banget memberdayakan pengrajinnya menjadi pelaku UMKM yang lebih “naik kelas”.
Jenis UMKM yang Bisa Diberdayakan
Paling dasar sih, ada dua jenis UMKM, yaitu barang dan jasa. Lalu, apa yang bisa diberdayakan?
Barang
Di Indonesia ini banyak banget orang yang pandai memproduksi barang, baik yang sifatnya bisa dipakai maupun yang berfungsi sebagai hiasan. Sebut saja keranjang rotan yang multifungsi, kain batik yang legendaris, atau makanan yang sangat khas.
Tempat kelahiran saya di Kalasan, Yogyakarta, sudah terkenal sebagai sentra produksi ayam goreng. Sejak 1950-an hampir seluruh rumah di sini membuat ayam goreng kalasan dengan rasa yang khas dan ngangenin.
Sejak saya kecil sudah terbiasa melihat wajan besar untuk membuat ayam goreng. Pada saat itu ayam goreng kalasan sudah laku keras. Dulu hampir semua keluarga saya memproduksi ayam goreng kalasan. Bahkan, buliknya Bapak, sudah punya restoran ayam goreng kalasan dengan banyak cabang dan namanya dikenal sampai luar negeri.
Nah, saya berpikir, para pelaku UMKM kuliner ini harus lebih diberdayakan lagi. Selama ini saya tahu para keluarga dan tetangga yang tidak punya restoran, memasarkan produknya dengan cara manual. Mereka menerima pesanan, lalu mengantarnya ke tujuan. Pesanan bisa diantar ke luar kota, apabila dalam jumlah banyak. Jadi keluarga atau tetangga saya membawanya naik kereta atau bus (kalau sedang ada mobil ya pakai mobil) ke kota tujuan.
Makanan matang seperti ini memang agak susah dikirim ke luar kota. Beda dengan barang. Geser sedikit dari Kalasan, ada kawasan sentra batik yang tersebar di beberapa titik Yogyakarta. Saya senang melihat para pengrajin batik. Proses membuat batiknya saja sudah menarik. Itu pun belum berhenti sampai di situ. Setelah jadi kain, batik-batik itu “disulap” menjadi kemeja, dress, outer, kulot, tunik, dan masih banyak model lainnya.
Melihat yang unik-unik begitu, saya jadi gemas lagi. Rasanya pengin banget ikutan memberdayakan produsen-produsen itu agar produknya terserap pasar yang lebih luas.
Jasa
Selain barang, saya juga memerhatikan pergerakan UMKM berupa jasa. Yang paling menarik perhatian saya adalah jasa hantaran. Paling umum sih, hantaran untuk pengantin. Diam-diam, usaha ini juga bisa diberdayakan.
Saya pernah berdiskusi dengan pemilik usaha hantaran pengantin. Katanya, peminatnya banyak banget. Banyak calon pengantin yang tidak mau membuang uang untuk membeli pernak-pernik untuk hantarannya. Juga, nggak mau rumahnya penuh dengan keranjang-keranjang bekas acara hantaran. Jadi lebih baik menyewa saja.
Nah, ini adalah peluang untuk dunia UMKM. Boleh saja terjun menjadi bagian marketingnya, bisa juga sebagai pelaku usahanya.
Ekspedisi, Andalan Para Pelaku UMKM
Tidak bisa dimungkiri, perusahaan ekspedisi berjasa banget dalam hal memberdayakan UMKM. Sejak belum “bermain” bersama para pelaku UMKM, saya sudah pakai JNE. Ekspedisi yang satu ini konsisten banget dalam pelayanannya. Sampai sekarang, saya selalu merekomendasikan JNE sebagai jasa pengiriman, pada para pelaku UMKM.
Konsisten dalam memberikan pelayanan terbaik, hanya satu di antara banyaknya keunggulan JNE dalam berkiprah di negeri ini. Saya sudah baca buku tentang JNE yang ditulis oleh Kang Maman Suherman. Dari buku ini terkuak bahwa JNE benar-benar mendukung UMKM dan berkarya dengan hati.
Begitu besarnya dukungan pada para pelaku UMKM, sampai-sampai JNE sengaja menyelenggarakan JNE Content Competition 2021. Oh ya, ajang lomba ini juga diperpanjang, sampai 31 Januari 2022. Wah, kesempatan emas nih, buat ikutan.
Jenis lombanya adalah writing competition, photo competition, video competition, dan design competition. Asyiknya lagi, lomba ini dibagi dalam beberapa kategori yaitu untuk umum, jurnalis, dan juga karyawan JNE. Jadi kesempatan menang terbuka lebih luas. Hadiahnya juga menarik banget. Uang tunai jutaan rupiah. Ikutan, yuk!
UMKM yang banyak tersebar di Indonesia, masih bisa diberdayakan lagi. Kitalah yang bertugas untuk itu, agar UMKM semakin berkembang. JNE yang perusahaan besar saja mendukung penuh para pelaku UMKM. Seharusnya kita sebagai masyarakat juga begitu, dong.
Leave a Reply