Senangnya ada film anak-anak lagi. Sudah lama nggak ada film anakk-anak, makanya saya antusias banget saat menonton Film Koki-Koki Cilik. Iya, tadi baru gala premiere-nya. Tanggal 5 Juli 2018 nanti barulah film ini diputar serentak di bioskop di seluruh Indonesia.
Sesuai judulnya, film Koki-Koki Cilik memang dibuat untuk anak-anak. Tokoh utamanya pun anak-anak. Ceritanya, Bima (diperankan oleh Farras Fatik) sangat terobsesi menjadi koki. Dia terinspirasi oleh mendiang ayahnya. Dia pun berniat mengikuti Cooking Camp yang diselenggarakan setiap tahun. Sayangnya, biaya program Cooking Camp ini sangat mahal. Tentu saja tidak terjangkau oleh Bima yang datang dari keluarga sederhana. Bima tidak menyerah. Dia menabung sejak jauh hari demi bisa mengikuti program ini.
Perjalanan untuk bisa mengikuti Cooking Camp tidak mulus. Bima dan ibunya yang berprofesi sebagai penjahit, harus putar otak untuk bisa ikut program tersebut.
Ketika berhasil mengikuti program itu, perjuangan pun masih panjang. Bima dan anak-anak peserta lainnya akan diajarkan cara memasak selama berada di camp. Program ini berujung pada kompetisi memasak. Tentu saja Bima sangat berharap memenangi kompetisi ini. Sayangnya ada Audrey (diperankan oleh Chloe Xaviera), anak perempuan yang sudah empat kali berturut-turut menjadi pemenang dalam kompetisi di Cooking Camp ini.
Di sinilah terjadi konflik-konflik yang berat. Ada orangtua Audrey yang tidak pernah mau anaknya kalah dalam kompetisi. Ada Chef Grant yang jenaka, ada Rama, pegawai di Cooking Camp yang penuh misteri.
Dalam film ini saya juga suka dengan berbagai karakter anak-anak. Ada yang pendiam seperti Audrey, nakal seperti Ben, Jodi, dan Oliver, ada juga yang centil dan sok tua seperti Melly.
Isi cerita juga mengandung pesan moral yang dalam. Bahwa persaingan bukan berarti perpecahan. Bahwa di luar persaingan ada hal lain yang lebih penting untuk dijunjung. Bahwa segala hal tidak hanya terbatas pada kemenangan belaka. Ada kemenangan sejati yang hanya bisa dilakukan oleh orang-orang terpilih.
Film ini menampilkan keceriaan khas anak-anak. Meskipun demikian, ada kisah sedih yang membuat film ini jadi alami. karena, hidup memang tidak selalu menyenangkan, bukan? Oh ya, saya nggak suka film yang sedih-sedih. Apalagi film untuk anak. Menurut saya anak-anak sudah harus mengerti kehidupan yang nyata, tapi nggak harus yang terlalu sedih. Nanti bukannya menghibur malah bikin trauma. Dan, film ini porsinya pas. Nggak akan bikin anak-anak sedih berkepanjangan.
Meskipun konfliknya nggak dangkal, film produksi MNC Pictures ini terasa ringan. Pas banget buat anak-anak. Saya yakin, anak-anak bisa menangkap pesan yang disampaikan, tanpa harus terus menerus diberi bimbingan orangtua.
Saya saja suka nonton film ini, apalagi anak-anak. Yuk, ajak anak-anak nonton, mulai 5 Juli 2018 nanti!
Nonton film bermanfaat buat anak-anak nih. Kali aja bisa membentuk passion anak menjadi koki hebat nantinya.
Jadi Chef… Itu berat. Jadi blogger aja… ??? Film yang keren banget…
Aku juga suka. Semoga anak anak terhibur dan terinspirasi yaaaa. Pesan moralnya mengalir tak berlebihan.
Tosss mbak… Aku juga bersyukur banget ada film bertema anak anak lagi… Semoga filmnya sukses dan bisa memberikan manfaat bagi para penontonnya
Mirip ih sama morgan?
Btw aku juga suka banget ada film anak-anak jadi mau ajak bos kecil nonton film ini tanggal 05 juli nanti
Siap nonton tgl 5 nanti, Seneng bgt deh ada Film tuk anak lagi…
Filmnya menghibur dan banyak pelajarannya juga, yang paling seru waktu gerakan transfer energi itu lho haha cara baru meyemangati teman .
film yang pas buat anak-anak.