Akhirnya aku hamil.
Kalimat itu singkat. Hanya terdiri atas tiga kata, tapi maknanya sangat dalam.
Perkenalkan. Aku Desak Putu Oka Apriyanti, perempuan berdarah Bali yang tinggal di Jakarta.
Bicara soal kehamilan membuat aku harus menarik kembali semua memori yang ada di kepala, dan mengumpulkan semua energi untuk menceritakannya.
Seperti cerita kebanyakan orang, untuk bisa hamil adalah perjuangan luar biasa. Sebagai perempuan rasanya memang tidak lengkap bila belum merasakan kehamilan dan melahirkan.
Bukan hanya itu. Sering kali perempuan baru diakui di lingkungan, apabila sudah berhasil memberikan keturunan untuk suami dan keluarga besar.
Bahkan kadang-kadang, menjadi ibu adalah satu-satunya cara agar dunia tahu bahwa kita ada.
Aku menikah dengan Anak Agung Ade Wichasena Parbawa. Aku melangsungkan pernikahan dengan pria idamanku ini pada 28 Maret 2018. Kami tidak berniat menunda memiliki buah hati. Sayangnya sampai tiga bulan setelah menikah, aku belum juga hamil.
Aku tahu, ketika buah hati tak kunjung datang, semua mata memandang aneh. Di mana pun berada, aku selalu mendapatkan tatapan penuh tuduhan.
“Kok, belum hamil?”
“Nggak usah menunda. Nanti malah susah punya anak, lho.”
“Cepetan hamil dong, kita nggak sabar pengin punya anggota baru di keluarga, nih.”
Komentar-komentar seperti itu kedengarannya biasa saja. Namun, aku merasa rendah diri karena seakan-akan belum hamil adalah kesalahanku. Padahal sudah pasti ada campur tangan Tuhan pada keadaan ini. Aku jadi merasa rendah diri. Seakan-akan semua ini adalah kesalahanku. Kesalahan tubuhku yang belum juga bisa memproduksi anak. Aku sangat frustrasi menghadapinya.
Daripada sakit hati lebih panjang, aku memilih menghindar dari pergaulan orang-orang di kantor suami. Aku juga memilih untuk tidak berkumpul dengan keluarga besar suamiku. Aku menjauh dari orang-orang yang kukenal.
Di sisi lain, aku mulai melakukan pemeriksaan kesuburan. Petualanganku dalam berjuang untuk memiliki buah hati pun dimulai.
Aku mendatangi dokter di sebuah klinik kesuburan dan melakukan program hamil. Sayangnya belum berhasil.
Lalu, di akhir 2019 aku pindah ke dokter lain di klinik kesuburan yang lain. Di sini dokter mendiagnosis aku mengalami penyumbatan saluran telur (tuba falopii). Dokter menyarankan laparoskopi dan bayi tabung. Aku belum yakin dan masih berpikir-pikir. Sebab, program bayi tabung itu belum tentu berhasil 100 persen.
Pada 2020 awal pun aku pun memutuskan pindah ke dokter di klinik lain. Dokter yang ini melakukan hidrotubasi. Orang awam menyebutnya dengan tiup rahim. Belakangan aku baru tahu bahwa hidrotubasi adalah metode yang sudah tidak digunakan lagi di dunia medis karena tidak akan berhasil. Benar saja. Di klinik ini pun aku tidak berhasil hamil.
Jujur, aku lelah. Pemeriksaan dan pengobatan kesuburan seperti ini memakan waktu dan energi. Aku harus bolak-balik ke dokter, melakukan pemeriksaan ini itu, serta dilakukan berbagai tindakan yang membuatku merasakan nyeri.
Belum lagi mentalku yang harus dijaga agar tetap kuat menghadapi diagnosis dokter. Ya, diagnosis dokter yang berbeda-beda itu membuatku sering down. Apalagi berganti-ganti dokter seperti ini membuatku jadi harus mengulang pemeriksaan dari awal lagi. Betapa melelahkan.
Omongan orang? Tetap. Bahkan semakin menjadi. Mereka melihatku seakan-akan sasaran empuk yang seru untuk didesak agar cepat hamil. Padahal tanpa didesak dan ditanya-tanya pun keinginanku ya cepat hamil. Ah, menjadi pejuang buah hati memang tidak pernah mudah.
Aku lelah lahir batin, tapi tidak mau menyerah. Aku harus berusaha lagi mencari dokter kandungan yang bisa membantu meningkatkan kesuburanku atau mengatasi kalau memang ada masalah di organ reproduksiku, agar cepat hamil.
Akhirnya aku mulai mencari informasi di internet. Aku menemukan informasi tentang cara yang mungkin bisa membuatku hamil. Cara itu adalah bayi tabung atau dikenal dengan istilah medis in vitro fertilization (IVF).
Dari semua informasi di Instagram, YouTube, dan website, aku mendapat rekomendasi IVF di dr. Indra. Aku pun semakin mencari tahu tentang dr. Indra.
Ternyata dr. Indra adalah SpOG senior yang sudah berpengalaman dalam menangani bayi tabung. Aku jadi ingin tahu lebih banyak tentang beliau.
Aku pun mencari semua media sosialnya. Syukurlah, aku mendapat info lengkap dari Instagram dan YouTube dr. Indra. Aku memelajari prosedur dan persyaratan IVF dari media sosial tersebut. Sudah banyak bayi tabung yang lahir berkat bantuan dr. Indra di klinik Morula.
Aku sangat tertarik untuk melakukan IVF pada dr. Indra. Aku pun membulatkan tekad untuk memeriksakan diri dan memulai program kehamilan pada dr. Indra. Ternyata, kita bisa melakukan program bayi tabung atau tidak, dokter lah yang memberikan keputusan.
Dokter akan melihat kita memenuhi syarat atau tidak. Sebab, untuk melakukan program bayi tabung, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh pasien. Salah satunya adalah faktor usia. Jadi, bagaimanapun inginnya kita melakukan program bayi tabung, kalau dokter bilang syaratnya tidak memenuhi, ya tidak akan dimulai programnya.
Aku salut. Dokter Indra tidak bersikap “aji mumpung”. Dokter Indra selalu melakukan prosedur sesuai ketentuan program bayi tabung.
Betapa senangnya ketika dr. Indra menyatakan bahwa aku memenuhi syarat medis untuk mulai progam bayi tabung. Sesuai jadwal yang telah ditentukan, dr. Indra melakukan stimulasi sel telur, yaitu pada hari kedua saat aku haid.
Dokter Indra perlu melakukan sembilan kali stimulasi sel telurku. Sebab, kami harus menunggu sel telur memenuhi ukuran. Stimulasi dilakukan selama sembilan hari sampai sel telur mencapai ukuran yang diharapkan. Setelah ukuran sel telur mencapai ukuran tertentu barulah dilakukan pengambilan sel telur atau ovum pick up (OPU).
Proses selanjutnya, dr. Indra memintaku melakukan histeroskopi. Histeroskopi adalah koreksi rahim untuk menentukan besarnya peluang terjadinya kehamilan. Ternyata di rahimku terdapat polip. Inilah yang membuat aku sulit hamil.
Di sini, aku merasa harap-harap cemas. Di satu sisi aku senang karena dr. Indra sudah menemukan penyebab aku sulit hamil. Di sisi lain, aku cemas karena terus memikirkan bisakah aku hamil karena ada penyebab seperti ini?
Pada akhirnya harapanku melambung lagi ketika dr. Indra berhasil menghilangkan polip dari rahimku. Jadi, rahimku disembuhkan dahulu dan dihindarkan dari segala macam hal yang membuat sulit hamil.
Program bayi tabung pun dilanjutkan. Dr. Indra melakukan embrio transfer. Setelah itu, aku lebih banyak beristirahat dan memilih bed rest agar embrio ini dapat berkembang dengan baik.
Aku sangat bahagia ketika sel telur dan sel sperma yang sudah disatukan dan diletakkan kembali di rahimku, berkembang menjadi janin yang normal.
Aku menjalani masa kehamilan yang penuh haru. Tidak terbayang lagi betapa bahagianya aku akan punya anak. Cita-cita dan impianku bersama suami, sebentar lagi akan terwujud.
Akhirnya, sembilan bulan kemudian, pada 9 Agustus 2021, bayi laki-laki lahir dari rahimku. Anak Agung Widhipta Gasendra lahir sehat melalui operasi caesar. Kebahagiaan ini lengkap sudah. Semua usaha akhirnya terbayar dengan nilai yang tak terkira.
Aku sudah sah menjadi ibu. Aku sudah berhasil mempersembahkan keturunan untuk suami dan keluarga.
Jika diingat kembali, rasanya kami tidak percaya pernah berkorban sedemikian rupa dalam memperjuangkan mimpi untuk memiliki anak.
Dari pengalaman luar biasa ini, aku mendapat pelajaran bahwa kita jangan pernah putus asa menjadi pejuang buah hati. Selagi kita masih terus berusaha, Tuhan pasti akan memberi jalan.
Kalau ada pejuang hati yang juga ingin melakukan bayi tabung, aku juga merekomendasikan dr. Indra N.C. Anwar. Sebab, dr. Indra adalah dokter IVF senior, ramah, serta bertanggung jawab mencari solusi. Coba saja berkonsultasi dahulu dengan beliau. Semoga semua pejuang buah hati bisa berhasil seperti aku.
Salam dua garis biru!
- Anak Agung Ade Wichasena Parbawa
- Desak Putu Oka Apriyanti
- Anak Agung Widhipta Gasendra
Seperti yang dituturkan oleh Desak Putu Oka Apriyanti kepada Nunik Utami.
Leave a Reply