Minggu, 6 Agustus 2017 lalu saya dan teman-teman yang tergabung dalam acara Amazing Petung National Explore (APNE) 2017 berkesempatan berkunjung ke Wiradesa, Pekalongan.
Sejak dulu Pekalongan adalah salah satu sentra batik di Indonesia yang terkenal. Saat saya kecil di Pemalang pun sudah terbiasa melihat ibu-ibu yang bersama-sama menyewa mobil untuk berbelanja batik di Pekalongan kemudian untuk dijual kembali. Itu baru Pemalang, kota yang letaknya bersebelahan dengan Pekalongan. Menurut Bapak Asip Kholbihi, Bupati Pekalongan, batik yang beredar di seluruh Indonesia, bahkan pasar luar negeri, 70 persennya adalah buatan Pekalongan.
Ketersediaan bahan baku dan sumber daya manusia yang mencukupi, memungkinkan siapa pun bisa memesan batik di Pekalongan, sekalipun sampai satu juta potong. Nggak heran ya, kalau Pekalongan benar-benar jadi surganya batik.
Pekalongan adalah tanah legenda batik di bumi nusantara. Sebab, di sini masih tersimpan batik dari tiga generasi. Sejak dulu batik Pekalongan memang banyak disukai. Ciri khasnya adalah warna yang cerah dan motif yang beragam dan lebih kaya.
Di Wiradesa, saya dan teman-teman diajak ke Pendopo Pesisir, tempat pembuatan batik milik Bapak H. Failasuf. Pak Failasuf adalah salah satu maestro batik di Pekalongan. Beliau memproduksi batik tulis dan batik cap. Di area pendopo ada Ponggok Pesisir, yaitu tempat khusus pembuatan batik. Duh, saya senang banget main di sini. Di sini banyak pembatik yang sedang menyelesaikan pekerjaannya. Ada yang sedang membuat pola, menggores canting, membuat batik cap, dan melakukan pewarnaan batik. Di bagian tengah sengaja disediakan lahan kosong untuk menjemur batik-batik yang sudah selesai diwarnai. Berbagai warna batik berkibar-kibar tertiup angin, membuat pemandangan jadi indah banget!
Oh ya, batik tulis yang sedang dijemur ini terbuat dari bahan sutra atbm. Harga per helai batiknya adalah 2-5 juta. Wow! Sesuai ya dengan proses pembuatannya yang rumit dan memakan waktu lama.
Bapak Failasuf juga baru saja membuat karya terbarunya yaitu batik Petungkriyono. Petungkriyono adalah hutan tropis paru-paru dunia yang ada di daerah Pekalongan. Begitu istimewanya hutan ini sampai-sampai dijadikan motif batik khas Pekalongan. Pak Failasuf juga berencana memberikan batik ini sebagai hadiah untuk para pejabat di luar negeri saat beliau ikut serta dalam pertemuan PBB di Amerika nanti.

Sesuai dengan namanya, batik Petungkriyono mengambil motif berupa pemandangan alam hutan Petungkriyono. Di lembaran batik itu terpampang pemandangan sawah, pohon-pohon, serta segala sesuatu yang ada di ekowisata Petungkriyono.
Seperti batik tulis pada umumnya, pewarnaan batik Petungkriyono ini menggunakan pewarna alam. Makin rumitlah pengerjaannya sejak awal hingga menjadi satu lembar kain batik yang elegan.

Mau tahu harga batik istimewa ini? Rp5-10 juta saja, dengan bahan katun halus. Lagi-lagi sesuai dengan kualitasnya, ya.
Di kesempatan ini pun Pak Asip Kholbihi dan Pak Failasuf resmi meluncurkan batik Petungkriyono sebagai salah satu batik istimewa khas Pekalongan yang terbaru. Mereka berharap agar Pekalongan terus menjaga kekayaan alam sehingga dapat terus memproduksi batik Pekalongan.

Bagaimana pun, batik Pekalongan sudah terkenal hingga mancanegara. Tugas kitalah yang harus selalu melestarikan budaya negeri ini . Tujuannya agar anak cucu kita nanti kebagian rasa bangga akan warisan batik yang kisahnya sudah menjadi perjalanan panjang tersendiri di bumi ini.
Adegan njemur batiknya itu elehaan banget mba
Motif batiknya bagus-bagus banget yaaaa wiiiiii ?
Kualitas bagus, jelas harganya melangit. Bahannya aja katun. Kan jadi pengen punya tiga yg begini an hehe
wah.. ini toh artikel yang juara itu… memang keren…