Mas Rexy ini termasuk anak yang nggak mudah berbaur di lingkungan baru. Di tempat yang dirasa kurang nyaman, dia akan jadi anak pendiam. Duduk anteng, tanpa kata, apalagi senyum. Tapi, di lingkungan yang menurutnya nyaman, dia akan berubah drastis.
Saya sering bingung menghadapi sikapnya yang tak mau berbaur dengan lingkungan. Padahal, di sana banyak anak seusianya.
Jadi, di lingkungan tempat tinggal saya, sudah beberapa tahun terakhir tidak ada perlombaan 17an. Tahun ini baru diadakan lagi. Mas Rexy antusias ikut acara ini. Tapi, saya jadi ciut sendiri, karena sifatnya yang tidak mudah berbaur dengan lingkungan baru. Apalagi, peserta lomba kebanyakan anak yang tidak dikenalnya.
Bagaimana kalau nanti hatinya ciut juga dan batal ikut acara seru-seruan ini?
Lama kelamaan saya “membaca” sendiri keinginannya. Saya pun berhasil mendapatkan cara memperlakukan Mas Rexy, saat berada di lingkungan baru.
Ini dia!
1. Biarkan apa adanya
Saya tidak lagi menyarankan Mas Rexy berkenalan dengan teman baru, atau bermain dengan teman yang sudah dikenal, kalau dia tidak mau. Contohnya, di acara perlombaan 17an ini. Mas Rexy diam saja, duduk di sebelah saya, dan tidak peduli pada teman-teman sebayanya. Saya sih, inginnya dia main sendiri dengan teman-teman. Tapi saya biarkan dia menyandar ke saya, selama acara berlangsung. Saya ingin membuatnya nyaman dan tidak merasa terasing, agar kepercayaan dirinya terus meningkat.
2. Biarkan dia menolak
Saya lebih suka anak yang aktif berkegiatan. Tentu saja inginnya juga Mas Rexy mengikuti kegiatan-kegiatan perlombaan yang ada. Sebenarnya dia antusias mengikuti bermacam-macam lomba. Sayangnya, ada beberapa perlombaan yang tidak ingin diikutinya, karena alasan sepele. Alasan itu sebenarnya membuat saya gemas, sebab terasa ganjil. Misalnya, tidak mau ikut lomba membawa kelereng menggunakan sendok yang digigit, karena katanya sendoknya bau besi dan dia mau muntah. Atau, tidak mau ikut lomba memasukkan pensil ke dalam botol, karena posisinya seperti orang yang sedang buang air. Gemas, kan? Tapi, saya biarkan dia menolak. Dengan begini, Mas Rexy tidak merasa terpaksa saat saya berharap dia berbaur dengan lingkungan.
3. Tanamkan konsekuensi kompetisi
Pada setiap perlombaan tentu saja ada yang menang dan kalah. Yang ikut lomba saja belum tentu menang, apalagi yang tidak ikut lomba. Oleh karena itu, saya tanamkan pada Mas Rexy bahwa lomba 17an ini sekadar lucu-lucuan dan seru-seruan. Tujuan utamanya bukan untuk dapat hadiah. Saya tegaskan juga bahwa ini hanya permainan. Jadi, kalau tidak menang, Mas Rexy akan tetap tenang dan tidak merasa “tersingkir”, yang nantinya akan membuatnya malas berbaur lagi dengan lingkungan.
4. Cari minatnya
Balap karung, memindahkan bendera, dan makan kerupuk, adalah beberapa lomba yang dia senangi. Tapi, tidak semua lomba berhasil dimenangi. Namanya anak-anak, pasti masih ada rasa sedih ketika tidak menang lomba. Nah, di sini saya berusaha mencari minatnya, agar Mas Rexy menemukan keasyikan tersendiri ketika bergabung dengan lingkungan. Kebetulan tahun ini ada lomba sepeda hias. Mas Rexy yang tadinya antusias memilih datang ke ulang tahun teman, tiba-tiba berpindah haluan, ingin ikut lomba sepeda hias. Dari sini tampak minatnya. Ayahnya pun berusaha menghias sepeda dengan desain yang berbeda. Maka, ketika pawai berlangsung dan pesertanya lebih banyak anak yang tidak dikenalnya, Mas Rexy tetap merasa senang dengan keseruan acara dan sepeda yang dihias menjadi pesawat.
5. Beri penghargaan
Ketika akhirnya Mas Rexy berhasil menjadi juara pertama dalam lomba sepeda hias, saya dan keluarga tak henti-henti menunjukkan sikap senang. Saya sengaja menciptakan bahwa lomba itu adalah prestasinya, walaupun yang menghias sepeda adalah ayahnya. Dengan demikian, Mas Rexy akan merasa senang berada di lingkungan yang baru dengan sebagian anak yang tidak dikenalnya.
Hal yang paling membuat saya senang adalah, Mas Rexy ingin ikut acara ini lagi, tahun depan.
Merdeka!
kepercayaan diri anak biasanya meningkat ya kalau sudah menjuarai suatu hal
Banyak cara menunjukan hal menarik pada anak kalau mereka mau berbaur dengan lingkungan ya, Mbak. Tergantung kreativitas orang tua saja. Selamat untuk Mas Rexy ๐
Betul, orangtua harus lebih kreatif ya, Mbak Evi. Makasih, ya
eiya, sama kek Faiz..katanya malah kalau ikut lomba bawa kelereng mulutnya nanti sakit…hasyiiiik sekali alasan penolakannya. Selamat ya Mas Rexy menang sepeda hiasnya
Makasih, Tante As. Iya, mungkin Kak Faiz nggak suka bau besi juga ya.
berhubung saya belom punya anak jadi ga bisa komentar deh ๐
oh ya, poin ketiga jadi ingat baca buku apa gitu dulu, katanya dengan menanamkan semangat kompetisi dari kecil, bisa menentukan apakah si anak itu bakal jadi introvert atau ekstrovert
entah juga, saya udah lupa bukunya…
Ayo baca-baca lagi, Rul. Buat bekal kalau udah punya anak nanti. Hehehe