Hiyaaa, diwawancara sama Niken. Kreatif banget bu Blognya. Thanks ya Ken.
http://klubsastra.multiply.com/journal/item/46/Wawancara_Dengan_Nunik_Utami_Cerita_dari_Dunia_Anak_itu_Unik
Sambutlah penulis hebat Nunik Utami. Ia adalah penulis banyak cerpen anak –cernak– dan novel anak. Nggak cuma cerita dan novel anak aja sebetulnya sih. Ia pernah menulis buku Keajaiban Bunga yang berisi kumpulan kisah nyata bersama dua rekannya. Tapi memang sebagian besar tulisannya ditargetkan untuk anak-anak. Beberapa cernaknya memenangi sayembara (salah satunya juara II Lomba Menulis Cerita Anak Kategori Cerita Realita Blogfam). Buku terbarunya adalah buku how-to berjudul Menjadi Secantik Aisyah.
Berhubung aku penasaran soal cernak, aku todong deh Nunik untuk berbagi pengalamannya. Siapa tahu bisa menginspirasi.
Bagaimana awal mula kamu menulis cernak?
Awalnya karena saya sering lihat tingkah laku adik, lalu saya coba buat cernak dari kejadian-kejadian yang saya lihat. Kebetulan dulu juga sempat bergabung di Sanggar Ananda (sanggar anak-anak), jadi masih ingat bagaimana dulu membuat cerita. Bedanya, dulu ditampilkan dalam bentuk drama di depan orang banyak, sekarang dalam bentuk tulisan yang bisa dibaca orang banyak.
Mengapa tertarik menulis cernak?
Karena cerita-cerita dari dunia anak itu simple dan unik. Kejadiannya sederhana tapi lucu.
Apa yang harus dipertimbangkan dalam menulis cernak?
Pertama mengenai logika. Kalau tidak sesuai logika, anak-anak pasti akan tanya “Kok begini? Harusnya kan begitu”. Kedua, pilihan kata, harus yang sederhana dan dimengerti anak-anak. Selain itu, cerita anak juga harus berisi pesan moral. Misalnya kedisiplinan, kebaikan, dan lain-lain.
Apa kesulitan dalam menulis cernak?
Harus berpikir ekstra bahwa bacaan itu sudah cukup dimengerti oleh anak-anak, juga perlu mengecek berulang kali untuk memastikan bahasanya sudah menganak-anak atau belum.
Ke mana mengirim cernak?
Ke majalah khusus anak dan penerbit buku anak.
Apa harus punya anak dulu untuk menulis cernak?
Nggak harus kok. Kan bisa dengan cara memerhatikan adik, sepupu, atau keponakan. Bisa juga dari membaca buku cerita anak-anak untuk memancing ide.
Adakah pengalaman yang menarik gara-gara menulis cernak?
Pengalaman unik sih blom ada ya, Tapi saya jadi ingat lagi kejadian-kejadian waktu masih TK dan SD. Waktu TK saya pernah sangat sebal pada gurunya dan malas masuk sekolah karena guru itu selalu mengucapkan kata “masing-masing”, sementara saya sama sekali nggak tau arti kata itu.
Apa tujuanmu menulis cernak?
Awalnya sih tujuannya agar adik saya punya bacaan anak yang dibuat oleh saya (kakaknya). Tapi lama-lama kok jadi keenakan menulis cerita anak ya. Sampai adik saya besar (12 tahun) dan akhirnya saya punya anak. Sekarang, kalau karya saya dibaca dan disukai anak-anak lain, rasanya bangga dan bahagia.
Gimana sih prospek ekonomi menulis cernak?
Kalau bicara prospek ekonomi, bisa dibilang menjanjikan ya. Karena sampai kapanpun pasti ada anak-anak. Dan sampai kapanpun, anak-anak akan memerlukan bacaan. Tapi dalam menulis cernak, yang ada di benak saya nomor satu adalah membuat bacaan anak yang bagus, yang lucu, dan mendidik.
Adakah tips-tips khusus dalam menulis cernak?
Tipsnya : sering-sering baca buku cerita anak biar bisa lebih tau dunia anak-anak.
Wow, thanks banget Nunik udah berbagi. Teman-teman yang pengin baca karya Nunik, ini beberapa di antaranya (yang lainnya masih buanyak):
- Novel anak “Indonesia Yang Ku Banggakan” (Ganeca, proyek, April 2007)
- Novel anak “Ayo Membantu Ibu” (Puspaswara, proyek, Agustus 2007)
- Cernak “Sepatu-Sepatu Lola” (Dimuat di majalah Bravo edisi Juni 2008)
- Novel anak “Sang Peramal” (Puspaswara, proyek, Juni 2008)
- Cernak “Si Gendut Eva” (Dimuat di majalah Bravo edisi Juli 2008)
Leave a Reply