Hari ini, 20 April 2013, Taman Mini Indonesia Indah (TMII) genap berusia 38 tahun. Sebuah usia yang terbilang matang untuk sebuah tempat rekreasi. Usianya lebih tua dari saya, lho :D.
Pada usia ke-38 ini, saya melihat TMII mengalami banyak kemajuan. Sebagai miniatur Indonesia, sudah seharusnya TMII menjadi tujuan utama para pelancong yang ingin tahu Indonesia, dalam sehari (oke, oke, tidak cukup sehari sih, karena ada banyak hal menarik yang asyik untuk dilihat dan dicermati lebih lama). Apalagi, saat ini kegiatan traveling telah menjadi gaya hidup yang diinginkan semua orang. Sebelum berkeliling Indonesia, ada baiknya mengetahui seluk beluk Indonesia di tempat rekreasi ini.
Sebenarnya, gaung mengenai ulang tahun TMII, sudah saya dengar sebulan sebelumnya. Saya pun mengikuti beberapa event pra-ulang tahun, seperti Museum di Hatiku bersama Indosat (di Museum Asmat) dan pagelaran opera anak-anak berjudul Anjani Putra (di Sasono Langen Budoyo). Tapi, pada puncak acara ulang tahun alias hari H-nya, saya malah lupa š
Pagi ini, saya hanya ingin bersantai setelah āmenaklukkanā sebuah tulisan. Menjelang siang, saya sangat ingin keluar rumah, sekadar untuk mengistirahatkan mata. Saya sempat browsingĀ mengenai tempat-tempat asyik untuk memotret. Sayang, semua lokasi jauh dari rumah. Paling tidak, saya harus berangkat sejak pagi, untuk mencapai lokasi. Eh, kebetulan seorang teman mengirimkan broadcast message mengenai hari ulang tahun TMII. Ternyata, hari ini TMII memberi fasilitas gratis masuk lokasi (hanya untuk orang, kendaraan tetap bayar penuh). Dan, untuk setiap tempat wisata, diberlakukan program bayar satu tiket untuk dua orang.
Waahh, dua keuntungan datang sekaligus! Pertama, saya langsung mendapat ide tentang tempat untuk belajar motret. Kedua, bisa sekaligus mengajak Mas Rexy masuk ke Taman Burung. Asyiikkk!
Saya langsung siap-siap. Sayang, jam 13.30 kami baru sampai.Ā Dan, tidak seperti sebelum-sebelumnya, hari ini TMII sangat dipadati pengunjung. Mulai dari para remaja yang datang bersama teman-temannya, anak-anak yang datang bersama keluarga, juga murid-murid yang datang bersama rombongan sekolah. Tak heran, baru di pintu masuk, antrian pun mengular! Jalan-jalan di TMII yang biasanya lancar, kini macet total. Biasanya, dari pintu masuk menuju Taman Burung, hanya memerlukan waktu tak sampai 10 menit (dengan mengendarai motor). Sekarang, butuh perjuangan selama sekitar 30 menit, dan tentu saja jauh lebih lama jika mengendari mobil.
Yaah, hari sudah terlalu siang. Pasti jalan-jalannya kurang puas, deh. Tapi, saya senang karena masyarakat antusias untuk mengunjungi miniatur Indonesia ini. Jujur, saya iri dengan tempat-tempat rekreasi di luar negeri, yang selalu dipadati turis lokal. Mudah-mudahan, masyarakat tetap senang jalan-jalan ke TMII meskipun tiketnya tidak gratis :D.
Pada ulang tahun yang ke 38 ini, TMII mengusung tema TMII Museum Terbesar, Inspirasi Peradaban Bangsa. Tema ini sangat cocok, karena, selain terdapat rumah adat dari seluruh provinsi di Indonesia, di TMII banyak terdapat museum. Sebut saja Museum Indonesia, Pusat Peraga IPTEK, Museum Olahraga, Museum Benda Pusaka, dan masih banyak lagi.
Setiap museum memilikiĀ pesona masing-masing. Saya masih menyimpan kesan yang sangat mendalam tentang beberapa museum tersebut, ketika mengunjunginya sewaktu masih sekolah. Secara bertahap, saya juga telah mengenalkan museum-museum itu pada Mas Rexy. Ada kebahagiaan tersendiri ketika Mas Rexy senang melihat-lihat koleksi yang dipajang di berbagai museum itu.
Saya akui, jumlah koleksi benda-benda yang dipajang di masing-masing museum, sudah cukup banyak. Benda-benda itu juga terpelihara dengan baik. Namun, tidak semua museum dilengkapi dengan pendingin ruangan. Contohnya adalah Museum Asmat. Ketika saya mengunjunginya bersama teman-teman, mereka mengeluhkan hal yang sama. Tidak betah berlama-lama karena udara di dalam terasa panas. Saya juga tidak tahu persis ruangan tersebut tidak dilengkapi dengan pendingin ruangan atau fasilitas itu tersedia tapi sedang dalam perbaikan. Tapi, jika suasana di ruangan tersebut lebih nyaman, teman-teman saya pasti betah berlama-lama. Maklum, mereka adalah para blogger yang mengunjungi museum sambil duduk asyik dengan laptopnya, untuk membuat review tentang museum tersebut.
Satu hal lagi, saya menangkap masih kurangnya panduan dalam bahasa Inggris pada petunjuk-petunjuk yang ada di luar museum atau anjungan. Hal ini berbeda dengan kondisi di dalam museum atau anjungan yang sudah dilengkapi dengan dua bahasa, Indonesia dan Inggris. Kalau di bagian luar sudah dilengkapi panduan dalam bahasa Inggris, pasti turis mancanegara juga lebih nyaman berkeliling TMII. Pada akhirnya, Indonesia pun akan lebih dikenal di mata dunia.
Karena waktunya tidak cukup, saya hanya sempat mengunjungi Taman Burung dan Museum Indonesia (yang dapat dibaca di link ini dan ini).
Untuk TMII, saya ucapkan selamat ulang tahun ke-38. Semoga selalu menginspirasi dan terus menjadi saksi berkembangnya peradaban bangsa ini. Juga, tetaplah berbenah, agar selalu mendapat tempat di hati masyarakat.
Leave a Reply