Film ini sangat memanjakan mata. Saya sudah tahu hal ini sejak awal, dan inilah alasan utama saya ingin menonton. Apalagi, produsernya adalah Pak Yoen. K, yang pernah saya hadiri acara diskusinya.
Setelah bertahun-tahun mengumpulkan uang, akhirnya Carrie (diperankan oleh Mentari De Marelle) berhasil pergi ke Verona, Italia. Bukan main bahagianya Carrie karena bisa menginjakkan kaki di tanah kelahiran Juliet. Ya, dia memang sangat terobesi dengan kisah cinta Romeo and Juliet garapan Shakespeare yang terkenal itu.
Carrie tidak hanya berkunjung ke Verona, tapi juga ke Roma. Di sini, gadis itu bahkan sempat mengalami kecopetan. Hal yang biasa saya dengar dari teman-teman yang sudah pernah ke sana. Ketika berusaha mencari pencopet itu, Carrie bertemu Paul (diperankan oleh Al Ghazali), karena pemuda ini bisa berbahasa Indonesia. Sayang, harapan Carrie agar bisa dibantu oleh Paul, tak berbuah manis.
Di lain kesempatan, ketika sedang asyik menikmati pemandangan kota Roma, Carrie melihat pemuda lain yang berusaha bunuh diri. Carrie langsung mencegah perbuatan itu, dan berhasil. Carrie bertekad menolong pemuda bernama Demas itu dari masalahnya. Ternyata, Demas (diperankan oleh Verrel Bramasta) baru saja diputus oleh Alexa (diperankan oleh Aurelie Moremans), pacar yang telah menjalin hubungan cukup lama secara LDR (long distance relationship) alias jarak jauh.
Segala cara dilakukan oleh Carrie agar Alexa mau kembali pada Demas. Di sisi lain, ternyata Paul juga mengharapkan cinya Alexa. Konflik bertambah ketika lama kelamaan benih cinta tumbuh di hati Carrie pada Demas. Gadis itu pun harus jatuh bangun menata hatinya.
Pada awal film, saya antusias mengikuti jalan cerita. Terus terang saya mengharapkan konflik yang lebih dalam. Hubungan Paul dengan Alexa pun tidak tergali dengan baik. Bagian ini harus disimak baik-baik kalau tidak ingin ketinggalan info tentang cinta segi tiga antara Demas, Alexa, dan Paul.
Menurut saya, ending cerita juga kurang menjawab keseluruhan konflik yang ada. Akhir cerita yang menggantung memang sudah biasa. Tapi, saya merasa tidak puas dengan akhir seperti ini. Kalau saya tidak salah tangkap, kemungkinan film ini akan ada lanjutannya.
Oke, sekarang giliran mengomentari akting para pemainnya. Terus terang saya ingin tahu akting Verrel dan Al yang merupakan anak dari tokoh entertainer besar di Indonesia. Saya berharap mereka mampu menyamai akting aktor-aktor tampan yang sudah lebih dulu berkecimpung di dunia film, seperti Vino Bastian, Reza Rahadian, dan Husein Alatas.
Saya langsung setuju bahwa Verrel gagah dan pantas menjadi tokoh utama dalam film ini. Tapi, akting sedihnya kurang dapat. Saat dia sedang galau, kegalauannya tidak tercermin dari ekspresi wajahnya. Meskipun demikian, suaranya enak didengar dan intonasi saat mengucapkan dialog, sudah pas.
Al, lain lagi. Di sini Al tampak masih sangat muda. Menurut saya belum pantas memainkan peran dengan cerita rebutan cewek. Gaya dan suaranya sih, sudah pantas dan terkesan dewsa. Tapi, wajahnya masih terkesan anak-anak. Masih imut dan belum sedewasa gaya dan suaranya.
Satu lagi, ada satu cewek bule yang menemani Paul makan bersama Demas, Carrie, dan Alexa. Di sini, cewek bule itu tampak tidak perlu. Dia tidak diketahui nama dan posisinya. Apakah dia pacar Paul? Tapi sama sekali tidak ada info tentang itu.
Pada intinya, kembali lagi. Film ini menghibur saya dengan gambar-gambar indah berupa alam di Italia. Gambar yang menyenangkan dan cukup untuk referensi jika suatu saat saya menulis novel berlatar Italia.
Pengen nonton film ini…
Tapi pengen juga nonton film 7 Hari Menembus Waktu –‘ *dilema* *numpang curhat*
7 Hari Menembus Waktu, yang mana, ya? Kayaknya bagus juga. Mau nonton juga, ah π
Wah… bener2 memanjakan mata, pemainnya unyu2. #salahfokus :)))
Hahaha … betul juga, ya, pemainnya unyu-unyu :))
jadi pingin nonton…
Ayo nonton, Mbak. Sebelum ke Italia beneran, lihat pemandangannya dulu di film ini π
Enaknya mereka pada syuting ke Italiano ya, Nik.
Kita kapan ya, Mbak? Hihihi ….
Nuniik kangeeen…iya, mungkin menang di setting dan pemain yang unyu yaaa….
Deeeww, doakan aku suatu saat ada kesempatan menjelajah Semarang, ya. Nanti kita ngerumpi soal bintang yang unyu-unyu ini. Hahaha
Jadi pengen nonton, tapi saya kurang suka film yang endingnya ngegantung, lebih suka yang happy ending… hahahaha
Sama, Wan. Pulang dari bioskop masih penasaran.
Pasti pemandangannya indah sekali ya, mbak!
Salam kenal ….
Banget, Mbak. Salam kenal kembali, ya π