Dimuat di Majalah Bravo! edisi November 2007
Anak kelas IV-B senang sekali. Mereka mendapat teman baru. Namanya Rena. Katanya ia sudah pernah keliling dunia. Rena senang bercerita. Setiap hari anak-anak mengelilingi Rena di mejanya untuk mendengarkan cerita pengalamannya saat ke luar negri. Pagi ini, seperti biasa Rena sudah dikelilingi teman-teman. Ia sedang bercerita seru sekali.
“Aku pernah jatuh di sungai Seine waktu naik perahu. Airnya dingiiin sekali. Aku sempat panik. Untunglah orang-orang yang ada di perahu cepat menolongku,” mata Rena berbinar-binar. Seakan-akan dia merasakan kembali dinginnya air sungai yang paling terkenal di Perancis itu.
“Iya, kata Papaku di sana memang dingin sekali. Kamu tahan udara dingin ya?” tanya Yudi.
“Iya. Aku malah paling senang kalau musim salju tiba. Biarpun dinginnya bukan main, tapi aku bisa main bola-bola salju di luar,”
“Jadi kamu pernah ke Perancis? Pernah main di salju?” tanya Ika. Rena mengangguk bangga.
“Wah…Hebat dong…,” kata Sinta.
“Bukan Cuma itu. Aku juga pernah ke India,” kata Rena. Semakin banyak teman-teman yang mengelilinginya, Rena semakin semangat bercerita.
“India? Kamu lihat apa di sana?” Yudi sang ketua kelas juga ikut menyimak.
“Taj Mahal,” jawab Rena bangga. “Itu makam seorang istri raja. Tempatnya baguuuss sekali,”
“Wahhh, hebat kamu, Ren. Jadi kamu sudah pernah keliling dunia ya?” Yudi sangat kagum.
“Iya dong,” kata Rena senang.
Begitulah. Setiap hari Rena selalu bercerita. Ceritanya berbeda-beda. Kadang ia bercerita tentang patung Liberty di Amerika, kadang tentang Big Ben di Inggris. Pokoknya banyak deh.
Anak-anak senang sekali mendengarkan cerita Rena. Rena jadi cepat akrab dengan teman-teman barunya.
***
Hari ini semua murid kelas IV sedang jalan-jalan. Mereka mengunjungi kebun buah strawberry di Bandung. Ika, Yudi, Sinta dan juga Rena senang sekali. Udara di kebun strawberry itu dingin sekali. Mereka semua memakai jaket agar hangat.
Mereka juga berlomba-lomba memetik buah strawberry yang sudah matang. Warnanya merah. Sesekali mereka mencicipi buah itu.
“Wuahhh, asaaamm..,” mata Ika jadi sipit karena keasaman.
“Eh, ini aku dapat yang manis lho,” kata Sinta.
“Mana? Aku mau donggg…,”Yudi ikut-ikut.
Mereka bercanda sambil terus memetik buah strawberry. Duh, asyiknya…
“Eh, Rena ke mana ya? Dari tadi kok tidak kelihatan?” tanya Sinta.
Yudi dan Ika berpandang-pandangan. “Iya, ya? Kemana si Rena?”
Ternyata Rena masih di dalam bis.
“Ren, kamu kok tidak ikut masuk ke kebun strawberry?” tanya Yudi setelah mereka masuk ke dalam bis.
Rena menggeleng lemah.
“Kamu kenapa Ren? Sakit ya?” Sinta heran melihat Rena menggigil.
Bibir Rena biru. Tangan Rena memeluk kedua kakinya yang dinaikkan ke bangku bis.
“Kamu….Kedinginan ya Ren?” Ika jadi cemas.
Rena mengangguk.
“Ini pakai lagi jaketku,” kata Ika. Padahal Rena sudah memakai jaket. Tapi Rena masih menggigil. Setelah memakai jaket dari Ika, Rena jadi merasa lebih hangat.
Yudi, Ika dan Sinta bingung. Bukankah Rena sudah terbiasa dengan udara dingin? Rena kan sering ke luar negri?
***
Sinta sedang berjalan-jalan di pasar buku bekas. Ia akan mencari majalah bekas untuk mengerjakan tugas tentang keindahan Indonesia. Disusurinya toko-toko buku bekas itu. Sambil melihat-lihat majalah yang isinya sesuai.
Tiba-tiba matanya tertumbuk pada seorang anak perempuan di toko sebelah. Anak itu sedang merapikan koran-koran bekas. Lho? Itu kan Rena? Sinta langsung menghampiri anak itu.
“Rena?” panggil Sinta ragu-ragu.
Anak itu terkejut. Benar! Itu Rena! Sedang apa dia di toko buku bekas ini?
“Eh! Sin…Sinta…Kamu…Ngg…,” Rena kelihatan gugup.
“Ren, kamu juga sedang mencari majalah bekas ya?” tanya Sinta.
“Ngg..Iy…,”
“Rena…Sudah selesai belum? Kalau sudah rapikan buku-buku bekas ini ya?” seorang bapak-bapak membawa setumpuk buku bekas. Lalu di letakkan di meja di depan Rena.
“Iyy…Iya, Pak,” Rena meringis. Ia memandang Sinta.
“Rena? Kamu…,” Sinta juga memandang Rena penuh tanya.
“Iya..Sin…Seka..rang..Kamu tahu kan?” Rena menunduk. Ia tidak berani memandang Sinta lagi. “Maafkan aku Sin. Selama ini aku bohong. Aku belum pernah ke luar negri sekalipun. Aku…Aku..Cuma …,” wajah Rena ketakutan.
“Ya ampunnn…ternyata kamu…,”
“Aku sengaja bercerita seperti itu agar aku cepat akrab dengan teman-teman baruku. Aku takut kalian tidak mau menjadi temanku karena aku anak tukang majalah bekas,”
“Ah, Rena..Kami tidak begitu kok. Aku dan teman-teman tetap akan menerima kamu. Kamu tidak boleh berfikir begitu,”
“Benar Sin? Kamu tetap menerimaku walaupun ayahku seorang penjual buku dan majalah bekas? Rena menoleh ke bapak-bapak tadi, yang ternyata adalah ayah Rena.
“Iya dong. Kamu tetap teman kami. Eh…Tapi…,”
“Tapi apa Sin?’Rena jadi cemas.
“Tapi kamu banyak tahu tentang luar negri. Tahu dari mana?”
“Dari..Dari..majalah bekas yang aku baca,” kali ini Rena tersenyum.
“Ohhhh…,” mulut Sinta membentuk huruf “O”. “Rena, kami senang mendengar cerita-cerita kamu. Besok kamu tetap cerita ke kami ya…Dengan begitu pengetahuan kami tentang luar negri jadi bertambah. Oke?”
Rena memeluk Sinta. “Ah, Sinta..Kamu baik sekali…,”
Rena jadi senang. Besok pagi, ia akan minta maaf pada teman-teman, karena selama ini ia berbohong. Rena yakin semuanya mau memaafkan dan tetap menerima Rena sebagai teman.
Leave a Reply