Dimuat di Majalah Bravo! edisi Juni 2008
Putri Nabilla termenung di dalam kamar. Ia dimusuhi teman-temannya. Kemarin Putri Angela marah padanya karena alat musik hadiah dari ayahanda Raja, dipinjam oleh Putri Nabilla dan belum dikembalikan. Demikian juga Putri Syahrani. Ia marah karena spidol ajaib pemberian dari kakaknya di negri seberang dipakai oleh Putri Nabilla, sampai saat ini tidak pernah dikembalikan.
Itulah kebiasaan buruk Putri Nabilla, tidak pernah merawat barang-barang yang dipinjam dari teman-temannya. Apalagi mengembalikannya.
Sesaat Putri Nabilla terkejut. Tiba-tiba di dekat jendela kamarnya muncul dua makhluk cantik dengan sayapnya yang indah.
“Halo, Putri Nabilla… Kenalkan. Aku Peri Biru,” Kata Peri yang bersayap biru.
“Dan aku Peri Putih,” Peri bersayap putih tersenyum, cantik sekali. Mereka berdua terbang mengelilingi Putri Nabilla yang masih tampak bingung.
“Putri, kami ingin mengajakmu jalan-jalan ke negri kami. Mau kan?” Peri Biru menari-nari di depan Putri Nabilla.
“Waaahhh…Negri Peri? Pasti indah ya?” Putri Nabilla tersenyum senang.
“Iya, negri kami sangaaatt indah. Ayo kita bersiap kesana,” kata Peri Biru
“Oh, ya. Putri Nabilla, jangan lupa membawa payung dan baju hangat, ya,” Peri Putih memberi tahu.
“Buat apa?”
“Nanti kamu akan tahu,” jawab Peri Putih. Senyumnya penuh rahasia. Peri Biru membantu membawakan baju hangat , dan Peri Putih membantu membawakan payung milik Putri Nabilla.
Mereka sudah sampai di Negri Matahari. Negrinya Peri Biru. Negri ini sangat indah. Disepanjang jalan banyak sekali gentong-gentong berisi es krim berwarna-warni. Putri Nabilla kegirangan. Matanya berbinar-binar melihat es krim sebanyak itu
“Es krim itu boleh kau makan sebanyak yang kau suka,” Peri Biru tersenyum. Sayapnya berkilauan ditimpa cahaya matahari yang terik. Horeeee…Putri Nabilla segera menyendok es krim itu banyak-banyak dan memakannya. Walaupun es krim itu dingin tapi ia sangat kepanasan. Keringatnya bercucuran. Negri ini indah tapi panas. Dilihatnya kedua peri itu memakai payung yang dibawanya dari rumah, berlindung dari teriknya matahari.
“Hai, kemarikan payungku. Aku sangat kepanasan,” teriak Putri Nabilla.
“Kami pinjam dulu ya,” kata Peri Putih sambil menyeka keringatnya. Mereka berdua juga kepanasan. “…hei, kita kan belum ke negriku,” Peri Putih tak memedulikan Putri Nabilla yang berusaha merebut payung itu.
“Ya sudah, ayo kita pergi. Aku tak mau lama-lama di negri panas ini,”
Mereka bertiga kini sudah sampai di Negri Salju. Putri Nabilla melupakan kekesalannya pada Peri Biru karena ia takjub pada keindahan negrinya Peri Putih ini. Dimana-mana berwarna putih karena salju yang tebal. Udaranya dingin. Di setiap sudut banyak cokelat dan permen aneka rasa. Diletakkan didalam kantong-kantong. Mata Putri Nabilla berbinar lagi.
“Kamu juga boleh ambil semua permen itu,” Peri Putih mengerlingkan matanya. Putri Nabilla mengambil cokelat dan permen itu banyak-banyak dan memasukkan ke dalam saku gaunnya. Ia mulai merasa kedinginan. Tubuhnya menggigil, kemudian ia ingat baju hangatnya. Tetapi ia melihat Peri Putih sedang memakai baju hangat itu, berbagi dengan Peri Biru.
“Peri Putih, baju itu mau aku pakai,”
“Tunggu ya, aku pinjam dulu,” jawab Peri Putih.
“Peri Putiihhh..aku kedinginan…Itu baju aku. Kembalikaannn…”
Kedua peri tetap tertawa-tawa riang sambil terbang berputar-putar.
“Aku mau pulaangg…,” Putri Nabilla menangis terisak-isak sambil berlari. Ia tak kuat menahan dingin.
“Pulang? Hei…memangnya kamu tahu jalan? Kamu tidak bisa pulang kalau tidak kami antar,” Peri Biru tersenyum. Kali ini senyumnya sinis.
Hujan salju mulai turun. Putri Nabilla semakin kedinginan. Ia hanya memakai gaunnya yang tidak terlalu tebal. Sedangkan baju hangat yang tadi dibawa, kini dipakai oleh kedua peri itu.
“Biar saja kamu kehujanan. Memangnya kami perduli?,” dua peri itu menjulurkan lidahnya. Putri Nabilla kesal. Ia pemilik baju hangat itu tapi ia tak boleh memakainya. Padahal ia sangat kedinginan.
“Kalian apa-apaan sih? Semua benda itu kan milikku. Kenapa aku tak boleh memakai?” Putri Nabilla mulai kesal.
“Iyaa, kami tahu ini milikmu. Tapi kami kan pinjam,”
“Pinjam? Kalau pinjam cepat kembalikan, dong,”
“Hei? Kembalikan? Apa kamu tak ingat kalau tak pernah mengembalikan benda-benda yang kau pinjam?” Peri Biru mulai marah. Putri Nabilla terkejut.
“Kamu dimusuhi teman-temanmu kan? Sekarang baru kamu rasakan bukan? Bahwa tidak enak rasanya kalau barang-barangmu tidak dikembalikan ketika dipinjam?” Peri Putih juga tampak marah.
Putri Nabilla menangis tersedu-sedu. Ia baru merasakan apa yang dialami teman-temannya. Ternyata tidak enak kalau barang-barang kita dipinjam orang lain dan tidak dikembalikan, padahal kita memerlukannya. Putri Nabilla jadi teringat teman-temannya. Ia ingin minta maaf pada mereka dan bertekad akan selalu mengembalikan barang-barang yang dipinjamnya.
2011 aku masih belum kenal internet kak hehehe