Tadinya saya pikir penyakit malaria sudah tidak ada di Indonesia. Ternyata, masih, lho. Ya, sekarang kondisinya memang sudah berbeda. Malaria sudah tidaak segencar dahulu karena Indonesia berhasil mengeliminasi penyakit tersebut.
Meskipun gaung penyakit ini sudah tidak sesanter beberapa tahun lalu, tetap saja, kita harus waspada dan selalu mencegah terjadinya penyakit ini.
Tanggal 25 April ditetapkan sebagai Hari Malaria Nasional. Pemerintah menetapkan ini agar kita tidak pernah berhenti memeranginya.
Benar juga, ya. Kalau nggak datang ke acara diskusi dengan kemenkes tanggal 24 April 2018 lalu, saya malah benar-benar mengira penyakit malaria sudah tidak menjangkiti Indonesia.
Tentang Malaria
Malaria adalah penyakit yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles betina. Penyebabnya adalah parasit plasmodium yang hidup dan berkembang biak di dalam sel darah merah manusia. Penyakit ini bisa menyerang siapa saja, tidak pandang usia dan jenis kelamin.
Jadi, nyamuk Anopheles betina yang mengandung parasit malaria, akan menggigit manusia yang sehat. Di sinilah terjadi infeksi. Nantinya manusia tersebut akan mengalami demam, menggigil tapi berkeringat, pegal-pegal, nyeri otot, mual, muntah, sakit kepala, dan diare. Kalau kamu mengalami gejala seperti ini, cepat-cepat deh, memeriksakan diri ke dokter. Nyamuk Anopheles ini menggigitnya kadang nggak ketahuan, karena umumnya adanya jam 6 sore hingga 6 pagi.
Orang-orang yang tinggal di daerah endemis malaria, berisiko lebih tinggi terkena penyakit ini. Begitu juga orang-orang yang datang ke daerah endemis. Lalu, bagaimana sih, ciri-ciri daerah endemis malaria? Yaitu daerah yang ada genangan airnya, yang tidak mengalir. Misalnya, danau, sawah, lagun, tambak yang sudah tidak digunakan, bekas galian tambang rawa, dan tanah yang ada bekas pijakan manusia atau hewan.
Bahaya Malaria
Semua orang juga sudah tahu lah ya, bahaya malaria. Tapi saya mau kasih tahu lagi deh, biar makin jelas. Orang yang terkena malaria itu sel-sel darah merahnya hancur karena dirusak oleh plasmodium. Akibatnya, orang tersebut bisa mengalami kurang darah (anemia).
Jika ibu hamil mengalami anemia kronis (terjadi terus menerus dalam waktu lama), bisa menyebabkan kematian pada ibu. Bayi juga bisa lahir dalam kondisi berat badan rendah. Selain itu juga bisa memengaruhi kecerdasan otak si anak.
Nah, penderita malaria yang bukan ibu hamil, sangat mungkin mengalami penurunan kesadaran, koma, pendarahan, kegagalan fungsi organ, sampai kematian.
Bahaya banget, kan?
Eliminasi Malaria di Indonesia
Hebatnya, Indonesia sudah berhasil mengeliminasi malaria. Pemerintah sudah sejak lama berusaha menghentikan penularan malaria setempat dalam satu wilayah geografis tertentu. Pencapaian pemerintah sudah sedemikian tingginya. Namun, bukan berarti malaria sudah benar-benar hilang dari Indonesia. Ada daerah-daerah tertentu yang masih menjadi daerah endemis, misalnya Papua.
Makanya, kamu yang hobi traveling, tetap harus waspada sama ancaman malaria. Cegah gigitan nyamuk dengan memakai lotion antinyamuk atau tidur menggunakan kelambu. Ini memang sudah program pemerintah, lho. Pemerintah sudah menyediakan kelambu yang bisa didapat secara gratis di daerah endemis. Jangan lupa, kalau selama atau pulang dari traveling ke daerah endemis dan mengalami demam, segera lakukan cek darah.
Malaria memang sudah tidak terlalu terdengar gaungnya, tapi bukan berarti kita sudah benar-benar bebas dari penyakit tersebut. Kita tetap harus waspada. Sebab, nyamuk Anopheles betina masih bisa menyerang kapan saja.
Bedanya malaria sama demam berdarah itu apa ya mba? di daerah saya juga masih ada yang terkena penyakit jenis demam berdarah, bisa disebut malaria kan? padahal daerah saja di pedesaan. Masa nyamuk jenis ini berasal dari hutan? bukan dari perkotaan kumuh? terimakasih
wah harus tetap waspada ya bunda..terima kasih infonya