Pada awal pasa pandemi, seorang teman berkali-kali menelepon saya. Dia curhat tentang kecemasannya tentang kondisi perekonomian. Hampir setiap hari pula dia meng-update berita ekonomi yang dibacanya dari situs-situs yang ada di dunia maya, dari berbagai instansi.
Ya, Covid-19 begitu keras menghantam sektor ekonomi. Ini terjadi di semua negara, lho. Jadi, kalau saya bayangkan, ke mana pun kita pindah, negara yang kita tempati tersebut sama saja dengan Indonesia, mengalami kondisi ekonomi yang memburuk. Resesi pun melanda dunia. Duh, ngeri amat, ya. Saya jadi ingat cerita-cerita sejarah tentang malaise di dunia ini. Namun saya optimis. Negeri ini masih bisa kokoh berdiri dan masyarakatnya masih bisa bertahan hidup. Sebab, Indonesia sudah “lulus ujian” di masa resesi 1998.
Jadi, patokan saya ya tahun 1998 saja. Pada saat itu saya baru lulus sekolah dan mulai masuk dunia kerja. Saat itu semua pihak ketar-ketir. Pengusaha harus menelan pil pahit karena batal mengembangkan usahanya akibat nilai dolar yang meroket. Masyarakat pun banyak yang merasakan getir karena kehilangan pekerjaan. Saya? Alhamdulillah saat itu justru diterima bekerja di sebuah perusahaan kuliner, yang pamor, kekuatan, dan prestise-nya di atas perusahaan-perusahaan kuliner sejenis.
Kembali lagi ke masa pandemi. Kalau dulu saya bersyukur karena mendapat pekerjaan di tengah masa-masa sulit, saat ini saya bersyukur karena masih bisa bertahan hidup dengan bekal tabungan yang sebenarnya tidak banyak.
Masalahnya, kalau kita nggak kerja, uang tabungan ya pasti bisa habis. Karenanya, saya harus berpikir mencari strategi untuk menambah pundi-pundi, agar uang tabungan yang sudah terpakai untuk bertahan di masa sulit ini, bisa kembali.
Saat ini yang saya perhatikan adalah kebutuhan masyarakat akan logistik, yang harus didapat dengan cara berbeda. Maksudnya, kalau sebelumnya masyarakat bisa bebas ke pasar atau supermarket atau tempat belanja lain, sekarang tidak bisa seleluasa itu lagi. Sekarang, masyarakat seperti harus mengerti cara memperoleh logistik dari jarak jauh. Yup, dengan cara online. Meskipun sebelumnya sudah banyak masyarakat yang memanfaatkan teknologi untuk berbelanja online, di masa pandemi ini, pemanfaatan teknologi seperti ini sudah harus lebh ditingkatkan. Oleh karena itu, yang ada di pikiran saya berkaitan dengan hal ini adalah berbagai harapan kepada Kementerian Perhubungan Indonesia, seperti:
- Tetap membuka jalur transportasi angkutan darat, laut, dan udara, khususnya untuk barang. Jadi barang-barang kebutuhan masyarakat tetap bisa didapat, meskipun pengirimannya antarpulau.
- Menambah armada transportasi darat, laut, dan udara. Sebab, yang saya dengar dari para pedagang online, di masa pandemi ini permintaan pengiriman barang bisa naik hingga 300 persen. Luar biasa!
- Koordinasi pemilik usaha ekspedisi. Yup, saya berharap Kementerian Perhubungan bekerja sama dengan pihak terkait, untuk berkoordinasi dengan pemilik usaha ekspedisi, untuk memastikan pengiriman lancar dan tetap tepat waktu, dengan kondisi barang yang tetap baik saat diterima konsumen.
- Koordinasi dengan para produsen. Waktu itu saya baca di mana ya? Katanya ada petani yang terpaksa membuang hasil taninya karena tidak ada konsumen yang membeli, sehingga hasil taninya rusak, membusuk. Padahal sebagian besar hasil tani itu sudah dibagi-bagikan ke orang-orang sekitar. Padahal lagi, di tempat lain banyak banget orang yang membutuhkan pasokan hasil tani itu. Duh, sedih! Mungkin Kementerian Perhubungan ada solusi untuk ini? Misalnya, menyediakan angkutan khusus untuk mengangkut hasil tani ke daerah-daerah lain? Atau hal-hal semacam itu, sehingga petani tidak perlu membuang hasil tani, dan di tempat lain tidak ada orang yang terpaksa menelan kegetiran karena melihat hasil tani yang terbuang percuma.
- Bekerja sama dengan kementerian lain, seperti Kominfo, untuk lebih memudahkan akses internet. Maksud saya, terutama dari segi biaya. Iya, masyarakat butuh bantuan akses internet yang lancar yang berbiaya murah, demi kelancaran koneksi saat bertransaksi melalui online. Kalau sudah begini, pastinya akan menunjang kelancaran pasokan logistik juga.
Saya memang hanya rakyat biasa. Masyarakat yang hanya bisa memandang masalah pandemi ini dari sudut kecil di pojokan sini. Jadi, harapan-harapan saya ya sederhana hal-hal di atas. Mungkin Kementerian Perhubungan justru memiliki rencana yang lebih besar dan jauh lebih bermanfaat lagi untuk masyarakat luas.
Di luar hal-hal tersebut, saya juga sudah berpikir bahwa kita sudah harus mulai bangkit melawan keterpurukan ekonomi. Pandemi Covid-19 boleh saja belum berakhir, tapi kita jangan mau kalah dua kali. Mosok, sudah kalah karena pandemi, harus kalah lagi secara ekonomi?
Setuju banget Nunik, di masa-masa seperti sekarang ini, janganlah kita kelamaan mengasihani diri, hidup berjalan terus, kalau kita nggak bangkit, ya namanya cari mati pelan-pelan.
Semoga pandemi segera berlalu ya, aku kangen mudik ke Jakarta.
Aku sebaliknya, Mbak. Kangen mudik ke Jogja 😀