Selama ini zat besi nggak terdengar pamornya, ya. Padahal, zat ini bisa berdampak pada manusia sepanjang hidupnya, lho.
Jadi gini. Zat besi berfungsi mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh. Zat ini sangat berhubungan dengan ketersediaan jumlah darah yang diperlukan oleh tubuh. Kalau tubuh kekurangan zat besi, jumlah darah pun akan kurang. Nah, tubuh yang kekurangan darah, dampaknya bisa berkepanjangan. Kondisi ini bisa dialami oleh siapa pun, tidak pandang usia.
Beberapa waktu lalu saya hadir di acara seminar dari #maltoferwomancommunity tentang peranan zat besi pada kehidupan. Sebagai narasumber, ada dr. Herbowo Soetomenggolo, Sp.A(K). Saya banyak dapat informasi tentang zat besi dari beliau, nih. Soalnya pas banget, Mas Rexy, anak saya, beberapa hari belakangan tampak lemas. Padahal biasanya lincah banget, lompat sana-sini. Bagian bawah matanya juga gelap. Yang saya tahu, ini adalah salah satu gejala kurang darah. Makanya saya semangat banget menyimak seminar ini.
Peran Zat Besi di Seribu Hari Pertama
Zat besi penting banget bahkan dari seribu hari kehidupan manusia. Masa sejak anak di dalam kandungan hingga usia 24 bulan ini adalah periode emas. Sebab, pada masa ini terjadi pertumbuhan otak yang sangat pesat, sehingga anak dapat tumbuh sempurna. Tahu sendiri kan, otak adalah pusat kehidupan manusia. Kalau otaknya bisa berkembang sempurna, tumbuh kembang anak juga bisa optimal.
Kalau di masa ini anak kekurangan zat besi, bisa terjadi kerusakan yang nggak bisa diperbaiki lagi di masa mendatang. Menurut dr. Herbowo, kalau ada kerusakan di masa ini harus segera diperbaiki.
Yang mencengangkan, kekurangan zat besi pada bayi bisa disebabkan karena ibunya kurang zat besi saat mengandung. Duh, segitu panjangnya ya perjalanan zat besi ini. Makanya ibu hamil juga harus memerhatikan asupan gizinya.
Sebagai gambaran, ini yang terjadi jika bayi di dalam kandungan hingga seribu hari pertama kehidupannya, kekurangan zat besi:
- Perkembangan otak tidak maksimal (jangka pendek), sehingga menyebabkan kemampuan kognitif dan edukasionalnya terhambat (jangka panjang).
- Pertumbuhan massa otot serta komposisi tubuhnya tidak seimbang (jangka pendek), sehinga berpengaruh pada imunitas dan kemampuan kerja (jangka panjang).
- Pengaturan metabolisme tidak sempurna (jangka pendek), sehingga bisa menyebabkan timbulnya berbagai penyakit seperti diabetes, obesitas, tekanan darah tinggi, dan penyakit tidak menular lainnya.
Ngeri banget, kan? Dan ini terjadi sejak dalam kandungan, lho.
Kekurangan Zat Besi, Bisa Dialami Semua Usia
Setelah asupan zat besi aman di seribu hari kehidupan, jangan langsung cuek. Kekurangan zat besi bisa dialami semua usia. Inilah yang menyebabkan anemia. Kalau sudah begini, banyak kondisi buruk yang bisa dialami. Misalnya, mata berkunang-kunang, mudah lelahl, rambut rontok, menurunnya kemampuan dalam bekerja, terganggunya kesehatan reproduksi, mudah terinfeksi penyakit serta gagal jantung. Ngeri banget, kan?
Hati-Hati, Teh Bisa Menghambat Penyerapan Zat Besi
Ibu hamil, anak-anak, remaja, maupun orang dewasa, sudah seharusnya melakukan pencegahan terhadap kemungkinan kurang darah. Cara yang paling utama adalah dengan memerhatikan asupan makanan.
Ada dua jenis zat besi yaitu heme (yang berasal dari makanan hewani seperti daging merah, unggas, dan ikan) dan nonheme (yang berasal dari makanan seperti bayam dan kacang-kacangan). Nah, zat besi yang lebih mudah diserap oleh tubuh adalah yang jenis heme.
Meskipun demikian, kita juga harus hati-hati. Ada zat lain yang bersifat menghambat terserapnya zat besi. Salah satunya adalah teh. Karenanya, hindari minum teh sesaat setelah makan. Sayang kan, kalau kita sudah makan makanan yang benad dengan tujuan untuk menghindari kekurangan zat besi, eh, malah sulit terserap tubuh karena setelah makan kita minum teh.
Saran dr. Herbowo, kalau mau minum teh, tunggu empat jam setelah makan. Biarkan zat besi terserap dengan baik dulu di dalam tubuh.
Maltofer, Suplemen Zat Besi yang Istimewa
Sudah mengonsumsi makanan yang bergizi tapi masih rentan mengalami zat besi? Kalau begitu, kamu butuh asupan suplemen zat besi. Masalahnya, asupan suplemen zat besi itu biasanya biikin perut terasa mual setelah mengonsumsi. Ini nih, yang bikin malas mengonsumsi suplemen zat besi. Akhirnya tetap mengalami kekurangan zat besi, deh.
Eh, jangan salah. Maltofer ini beda, lho. Maltofer dari #combiphar memenuhi kebutuhan zat besi dalam tubuh, tanpa rasa mual. Yang lebih istimewa, Maltofer juga tetap larut saat dicampur dengan teh. Hal ini menunjukkan bahwa #maltofer dapat terserap tubuh dengan baik sehingga kita nggak kekurangan zat besi.
Kok, saya tahu kalau Maltofer larut dalam teh? Ya iya, kan, di acara seminar ini dipraktikkan. Dua gelas berisi teh, yang satu dicampurkan dengan suplemen zat besi merk lain, yang satu lagi dicampur dengan suplemen zat besi Maltofer. Setelah diaduk, yang merk lain tidak larut dan masih menggumpal di permukaan teh. Sementara, Maltofer terserap dengan baik dan menyatu dengan teh.
Saya yang tadinya khawatir banget karena Mas Rexy senang minum teh setelah makan, sekarang sudah tenang. Kebutuhan zat besinya mau saya penuhi dengan suplemen Maltofer. Tapi tetap sih, saya akan mencegah Mas Rexy minum teh setelah makan. Jaga-jaga aja.
Maltofer ini hadir dalam beberapa bentuk, seperti drops, sirup, dan tablet kunyah. Semuanya rasa cokelat Swiss. Jadinya enak banget. Maltofer pun bisa untuk semua usia, dari bayi hingga manula.
Leave a Reply