Apa yang kamu pikirkan ketika kali pertama mendengar kata “Tokopedia?” Toko online? Belanja online? Pelopor tempat belanja online? Tempat belanja online favorit?
Apapun yang kamu pikirkan, ternyata Tokopedia sudah melakukan lebih dari yang kamu pikirkan.
Eh, gimana? Njelimet amat? Nggak gitu juga. Intinya, selama lebih dari 10 tahun beroperasi, Tokopedia sudah mampu melakukan meningkatkan ekonomi dan berperan besar dalam pemerataan ekonomi di Indonesia.
Segitunya? Luar biasa dong, ya?
Tokopedia adalah perusahaan teknologi Indonesia yang terus bertransformasi menjadi superecosystem. Mungkin banyak orang yang nggak menyadari bahwa Tokopedia sudah berperan besar dalam pemerataan
Laporan Tentang Riset
Malam ini saya baru saja hadir di acara pengumuman hasil riset tentang Tokopedia dan dampak perekonomian di Indonesia. Riset ini dilakukan oleh Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI).
Penyampaian hasil riset ini ditampilkan dalam bentuk diskusi panel. Pada diskusi panel dan tanya jawab ini, hadir beberapa narasumber, yaitu:
- William Tanuwijaya (CEO & Co-Founder Tokopedia)
- Kiki Verico (Wakil Direktur LPEM FEB UI)
- Laras Anggraini (Pendiri Smitten by Pattern)
Hasil risetnya adalah:
Pengusaha Semakin Banyak
Hari gini, kita nggak bisa selalu mengandalkan pekerjaan dari kantor. Ada juga orang yang memang jiwanya nggak bisa bekerja di kantor yang jamnya sudah ditentukan. Nah, orang-orang ini lebih senang bekerja sebagai pengusaha, yang punya produk untuk dijual kembali.
Ternyata, nggak hanya orang berjiwa entrepreneur yang ikutan jualan di Tokopedia. Orang-orang kantoran pun banyak yang nyambi jualan. Apalagi ibu rumah tangga dan para remaja. Jiwa entrepreneur mereka bangkit karena adanya kesempatan besar untuk jualan, sejak adanya Tokopedia. Akhirnya bermunculanlah para pengusaha baru, baik skala mikro, kecil, hingga menengah. Nggak heran kalau zaman now banyak banget entrepreneur yang usianya masih sangat muda. Beda banget dengan zaman old yang sudah berhasil jadi pengusaha itu biasanya sudah berumur.
Banyaknya pengusaha baru terlihat dari catatan selama 2018, ada 5 juta pengguna Tokopedia yang berperan sebagai penjual. Lalu, pada 2019, populasi penjual naik menjadi 6,4 juta. Ini 86,55 persennya adalah pedagang baru dan 94 persen termasuk dalam kategori ultra mikro (penjual dengan omzet di bawah Rp100juta per tahun).
Kenapa disebut banyak muncul pengusaha? Karena banyak dari pedagang ini yang produknya dari hasil produksi sendiri.
Lapangan Pekerjaan Semakin Banyak
Adanya Tokopedia dengan segitu banyaknya penjual, tentu saja membutuhkan banyak tenaga. Untuk lebih mudahnya, begini. Seorang penjual, kalau jualannya sudah laris, pasti membutuhkan tenaga bantuan. Tenaga bantuan ini bisa ditempatkan di mana saja, seperti bagian produksi, pemasaran, kurir, atau bagian lain, sesuai dengan usaha masing-masing. Dari sini sudah terlihat terciptanya lapangan pekerjaan.
Lalu, berdasarkan pengalaman berjualan Savana Hijab, saya punya banyak reseller dan dropshipper. Reseller adalah orang yang membantu menjual kembali produk saya, dengan membeli produk saya terlebih dahulu. Dropshipper adalah orang yang ikut memasarkan produk saya, tapi saya yang mengirim produk, dari tempat saya.
Reseller dan dropshipper ini nggak harus yang dekat dengan lokasi usaha. Bahkan reseller dan dropshipper saya berasal dari berbagai daerah di Indonesia, lho.
Kebayang kan, bagaimana luasnya lapangan pekerjaan yang tercipta? Itu baru satu penjual. Di Tokopedia, ada jutaan penjual. Kalau kamu mau tahu, tepatnya, penjual aktif di Tokopedia sudah bisa menciptakan 1.136 juta lapangan pekerjaan.
Masyarakat Semakin Melek Digital
Yang nggak kita sadari juga, dengan adanya Tokopedia, semakin banyak masyarakat yang melek digital. Kok, bisa?
Begini. Di Tokopedia, kita jualan dan belanjanya secara online-kan? Untuk bisa belanja, kita harus tahu caranya, yaitu menggunakan aplikasi yang bisa diunduh di ponsel. Di sini saja pengetahuan kita sudah bertambah.
Oh, ada ya, “pasar” yang bisa kita datangi tanpa pergi ke mana-mana? Oh, ada yang namanya aplikasi buat jualan dan belanja, ya?
Itu baru soal jualan dan belanjanya. Selanjutnya, cara bayarnya. Di Tokopedia yang merupakan pasar digital, nggak mungkin dong, kita bayar belanjaan langsung face to face ke penjual? Nggak mungkin dong, penjual minta pembeli bayar langsung secara tunai?
Nah, akhirnya pada belajar lagi deh, tentang cara bayar dan menerima pembayaran. Dari sini, masyarakat bisa jadi lebih mengerti tentang finansial digital dan kemudian literasi finansial.
Penjualan Semakin Meningkat
Dengan adanya Tokopedia, masyarakat semakin mudah mendapatkan barang yang diperlukan atau diinginkan. Tahu sendiri kan, di Tokopedia, apa saja ada. Sebuta saja peralatan rumah tangga, peralatan kantor, pakaian, buku, gawai, mobil, motor, sampai hewan peliharaan, ada.
Tokopedia yang menjadi tujuan jualan dan belanja banyak orang, terbukti mampu meningkatkan penjualan hingga 22 persen. Saya mengira transaksi tertinggi terjadi di Pulau Jawa. Ternyata, yang penjualannya meningkat secara signifikan ada luar Jawa. Tertinggi adalah di Gorontalo, yaitu 55,09 persen.
Pendapatan Masyarakat Semakin Meningkat
Yang kita tahu, Tokopedia adalah tempat untuk jual beli online. Nah, dengan adanya Tokopedia, penjual semakin punya lahan untuk berjualan. Di marketplace ini para penjual bisa lebih mudah mendapatkan pembeli. Dagangannya pun semakin laris. Lama kelamaan, pendapatan bertambah.
Kenaikan pendapatan ini nggak hanya di satu daerah, tapi hampir di seluruh Indonesia. Iya, dong. Kan, penjual yang berjualan di Tokopedia nggak hanya dari daerah tertentu saja tapi dari hampir di seluruh Indonesia.
Kalau kamu mau tahu, Tokopedia turut menambah total pendapatan rumah tangga sebesar Rp19,02 triliun. Luar biasa, kan?
Perekonomian Indonesia Meningkat
Banyak awam yang nggak menyadari ini. Pada akhirnya, adanya Tokopedia dan segala macam transaksi di dalamnya, memberikan kontribusi pada pengingkatan ekonomi negeri ini. Untuk dampak langsung terhadap perekonomian Indonesia, Tokopedia telah berkontribusi sebesar Rp58triliun di tahun 2018, dan diprediksi akan ada peningkatan menjadi Rp170triliun pada 2019 ini.
Luar biasa banget, yaaa. Saya yang nggak ngerti-ngerti amat tentang ekonomi aja bisa tercengang dan terkagum-kagum dengan kondisi ini.
Kondisi semua ini memang sudah menjadi tujuan William dan tim. William mengatakan bahwa sejak awal Tokopedia berdiri, sudah ada komitmen untuk memudahkan masyarakat dalam memanfaat kan teknologi. Di usia ke-10 ini Tokopedia ingin terus bertransformasi menjadi superecosystem yang menjembatani semua pihak, dalam misi sejalan untuk maju dan tumbuh bersama, serta mengakselerasi pemerataan ekonomi digital di Indonesia.
Menurut William, bagi Tokopedia, Makassar lebih penting daripada Manila. Sukanagara lebih penting daripada Singapura.
Wah, saya tertohok. Saya sudah pernah ke Singapura tapi belum pernah ke Sukanagara.
Bravo, Tokopedia!
toko pedia lebih menyasar desa skg dari pada luar negeri