Siapa pun tahu, kanker adalah penyakit yang mengerikan. Saya pernah baca, kanker adalah sel rusak yang seharusnya tergantikan dengan sel baru. Namun, karena sel ini tidak normal, bukannya rusak dan digantikan sel yang baru, malah semakin aktif. Saking aktifnya, sel ini terus berkembang dan akhirnya tumbuh menjadi sel ganas yang merusak sel dan jaringan di sekitarnya. Sel ganas inilah yang disebut kanker.
Sel kanker ini sangat sulit ditaklukkan. Saya pernah baca, sel kanker yang didiamkan akan terus berkembang. Sementara, sel kanker yang diutak-atik, bisa saja semakin aktif. Teman-teman dokter di tempat saya bekerja dulu, mengatakan bahwa kanker sulit diobati, tetapi bisa dicegah. Mirisnya, pada kenyataannya, kanker adalah penyakit pembunuh nomor satu.
Semua anggota tubuh bisa mengalami kanker. Iya sih, sangat masuk akal, karena seluruh tubuh kita kan terdiri atas jutaan sel yang setiap harinya bekerja, rusak, lalu tergantikan. Nah, kondisi kanker ini berkembang secara bertahap. Ada yang saat terdeteksi masih dalam kondisi belum berkembang dan masih di tempat asalnya, ada yang masih di tempatnya tetapi jaringannya sudah membesar, ada juga yang sudah berkembang dan menjalar ke organ tubuh lain di dekatnya (bermetastasis). Karena itulah kanker diukur menggunakan istilah yang disebut stadium.

Imunoterapi, Pengobatan Baru yang Menjanjikan
Selama ini, para penderita kanker diobati dengan kemoterapi dan radiasi. Kemoterapi yaitu pengobatan untuk melumpuhkan sel kanker dengan menyerang sel tersebut agar tidak aktif lagi. Sementara, radiasi adalah pengobatan kanker dengan memberikan tembakan sinar radioaktif untuk melumpuhkan sel kanker. Sayangnya, kemoterapi juga menyerang sel-sel yang sehat, sehingga terjadi efek samping seperti rambut rontok, lidah kebas, dan lain-lain. Hal ini membuat para penderita kanker tidak nyaman selama menjalani masa pengobatan.
Sekarang, ada terobosan baru dalam pengobatan kanker yaitu imunoterapi yang disebut atezolizumab. Namanya saja imunoterapi, sudah bisa ditebak, cara kerjanya adalah dengan melibatkan sistem imun atau sistem kekebalan tubuh.
Kelebihan imunoterapi atezolizumab ini adalah hanya menggempur sel kanker. Sel-sel lain yang ada di sekitarnya tidak ikut dihancurkan, sehingga tidak terjadi kerusakan pada sel yang sehat. Rambut tidak ikut rontok, bagian tubuh lain juga tidak terkena dampak signifikan.
Cara kerja imunoterapi
Cara kerja imunoterapi atezolizumab ini adalah mengaktifkan sistem imun pada tubuh. Sederhananya, begini. Sebenarnya sistem imun atau kekebalan tubuh, dapat melawan dan menghancurkan sel kanker. Sayangnya, sel kanker ini tergolong sel yang cerdas. Sel ini bisa bersembunyi di balik salah satu zat yang ada pada obat kanker. Sistem imun pun tidak bisa membaca keberadaan sel kanker. Akhirnya sistem imun gagal menghancurkan sel kanker.
Nah, pada imunoterapi atezolizumab ini, yang “diutak-atik” adalah sistem imunnya. Sistem imun dibuat sedemikian rupa agar bisa lebih aktif dan lebih pandai dari kanker. Pada intinya, sistem imun dikondisikan bisa membuat sel kanker tidak lagi berkolaborasi dengan zat lain atau tidak bisa bersembunyi di balik zat lain. Dengan demikian, sistem imun yang sudah jauh lebih aktif dan cerdas ini bisa “menaklukkan” sel kanker. Selanjutnya, sel kanker bisa hancur oleh obat yang masuk.
Efek samping penggunaan imunoterapi
Tidak ada obat yang tidak memiliki efek samping. Obat imuniterapi atezolizumab ini juga memiliki efek samping, tetapi tidak sedahsyat obat kemoterapi. Setelah menjalani imunoterapi, pasien mungkin mengalami efek samping seperti demam, alergi kulit, diare, dan atau konstipasi. Tapi efek samping ini masih bisa ditoleransi oleh tubuh, kok.
Kelebihan imunoterapi dalam mengobati kanker
Selain efek samping yang masih dalam batas wajar, imunoterapi atezolizumab memiliki kelebihan lain dalam mengobati kanker dibandingkan dengan pengobatan lain, yaitu:
- Dosisnya tetap, sehingga tidak perlu menyesuaikan dengan berat badan pasien atau massa kanker. Pasien juga tidak perlu melakukan pemeriksaan sel kankernya lagi. Pasien akan lebih nyaman dalam menjalani pengobatan, dokternya pun akan lebih mudah saat memberikan pengobatan.
- Respons terapinya bisa sampai 13 bulan. Misalnya, minggu ini diberikan imunoterapi. Nah, pengobatan ini bisa bertahan hingga 13 bulan. Berbeda dengan kemoterapi yang respons terapinya hanya bisa survive selama 6 bulan. Jadi kemoterapi harus diberikan lagi setelah 6 bulan dari pemberian kemoterapi terakhir.
Kapan imunoterapi bisa digunakan?
Di Indonesia, imunoterapi atezolizumab ini hanya diterapkan pada pasien dengan stadium tinggi atau yang sudah tidak bisa lagi menjalani operasi karena kondisi kankernya. Namun, di Amerika, saat ini metode ini sudah bisa diterapkan pada pasien yang kankernya sudah mencapai stadium tinggi, untuk selanjutnya menjalani operasi.
Adanya imunoterapi atezolizumab ini merupakan terobosan besar, yang memberikan harapan bagi para penderita kanker. Pengobatan ini bisa didapat di R.S. Dharmais, sebagai rumah sakit rujukan utama untuk penyakit kanker.
Leave a Reply