Olahan daging sudah tidak asing bagi saya sebagai ibu rumah tangga. Namun nama Fiva Food rasanya belum terlalu sering saya dengar. Padahal, produknya sama dengan yang biasa saya pakai sehari-hari sebagai lauk, seperti sosis, rolade, kornet, dan sejenisnya. Ketika mendapat undangan dari pengusaha Fiva Food, barulah saya benar-benar mengenal merk ini berikut produknya.

Suasana pabrik dan kantor Fiva Food berkesan sangat rumahan. Lokasinya pun di perumahan, di daerah Jatibening, Bekasi. Layaknya kantor, di bagian depan terdapat pos satpam yang menjaga tempat tersebut. Begitu masuk, saya melihat beberapa bangunan yang juga seperti rumah. Belakangan saya tahu, itu adalah pabrik pengolahan produk-produk Fiva Food. Lebih jauh ke dalam, ada kandang agak besar yang berisi kucing. Mas Hazmi sempat memberitahu saya, kucing-kucing itu adalah musuh utama perusahaan ini. Namun, mereka malah dikumpulkan dan dipelihara oleh pemilik Fiva Food dengan memberinya tempat.
Usaha olahan daging ini memang masih masuk katagori UKM (Usaha Kecil dan Menengah). Setidaknya, begitulah kata Bu Betsy, pemilik Fiva Food. Wanita yang masih gesit dan hebat dalam menjalankan usaha ini menyambut saya dan teman-teman undangan di rumahnya yang bersebelahan dengan pabrik serta kantor, tepat di samping kolam renang.

Perjalanan Panjang Fiva Food
Bu Betsy hadir memberikan penjelasan tentang perusahaan ini. Awalnya, beliau yang lulusan Teknologi Pangan di sebuah perguruan tinggi terkemuka, bekerja menjadi konsultan pangan perusahaan swasta. Ayahnya sering mewanti-wanti agar Bu Betsy tidak terlalu lama bekerja pada orang lain, tetapi bekerjalan dengan membuka usaha sendiri.
Berkat nasihat itu, Bu Betsy mulai merintis usahanya sendiri. Berhubung beliau sangat dekat dengan dunia pangan, bisnis yang ditangani pun seputar pangan. Tahun 1983 Bu Betsy memulai dengan membeli daging sapi dalam jumlah besar dan menyimpannya di lemari es. Pada masa itu tidak semua orang memiliki lemari es. Jadi, Bu Betsy menjual daging sapi tersebut dalam ukuran sekali masak, sehingga para tetangga bisa membelinya dan langsung mengolahnya. Jadi, para tetangga tidak memiliki risiko daging sapi tersebut cepat rusak.
Usaha tersebut pun terus berlanjut. Jumlah pegawai yang semula hanya dua orang, seiring dengan pesatnya perkembangan perusahaan, saat ini pegawainya sudah ada 78 orang. Kini, perusahaan yang masih berbentuk CV ini sudah diwariskan ke anaknya, Mas Yosi.

Menyasar Horeka dan B to B
Fiva Food sudah memiliki banyak pelanggan tetap. Saya kagum dengan merk ini karena sudah berhasil menembus katering bandara, bahkan produknya bukan lagi digunakan kalangan intern bandara melainkan sebagai menu untuk semua penumpang. Pelanggan lain adalah hotel, restoran, dan kafe (horeka) terkemuka di Indonesia. Beberapa supermarket dan katering untuk acara besar juga menggunakan produk Fiva Food. Jadi, Bu Betsy selama ini bergerak secara B to B (business to business). Saya yang pernah bekerja di bidang kuliner selama 15 tahun tahu, betapa sulitnya meloloskan produk kepada perusahaan-perusahaan terkemuka. Bukan hanya perlu kerja keras dan kepercayaan dari konsumen, tetapi juga harus ada dokumen penunjang yang pembuatannya terbilang rumit.

Bukti keseriusan Bu Betsy semakin terlihat karena perusahaan ini sudah mengantungi sejumlah izin dari pemerintah. Bukan hanya lulus tes Badan POM dan sertifikat halal, tapi perusahaan ini juga sedang dalam proses sertifikasi HACCP (Hazard Analytic Critical Control Point). Lagi-lagi saya jadi flash back ke masa lalu. Saya tahu persis sulitnya proses sertifikasi HACCP ini. Semua dicek sampai hal terkecil. Misalnya, bulu kuas untuk mengoles mentega pada produk, tidak boleh mengandung bahaya sama sekali. Itu baru bulu kuas lho, ya. Belum alat, proses, dan sistem yang lebih besar dan luas lagi. Mas Yosi juga memberitahu, setelah sertifikasi HACCP, perusahan olahan daging ini akan lanjut membuat sertifikasi ISO agar dapat mengekspor produk ke luar negeri. Luas biasa! Ini sih, sudah bukan UKM lagi namanya.
Eh iya, pertanyaan saya, mengapa bentuk perusahaan ini tidak segera diubah menjadi PT, ya?

Idealisme, Komitmen, dan Gizi
Bu Betsy tetap memegang teguh idealismenya dalam memproduksi olahan daging Fiva Food. Pemerintah menetapkan produk daging harus mengandung 4% daging. Bu Betsy justru memasukkan daging sebanyak 8% pada produk-produk Fiva Food. Beliau memang berkomitmen, tidak sekadar berjualan, tetapi juga ingin masyarakat Indonesia tercukupi kebutuhan proteinnya.
Tibalah waktu icip-icip. Saya yang sudah terkagum-kagum dengan perjalanan Fiva Food, penasaran juga dengan rasa produknya. Mengenai harga, produk-produk ini memang lebih mahal dibandingkan produk sejenis yang ada di pasar tradisional. Tapi, nggak lebih mahal daripada produk sejenis dengan merk yang lebih terkenal, kok.

Nah, saya suka dengan rasa rolade, kornet, dan sosisnya. Rasa dagingnya terasa, tapi tidak ada rasa penyedap yang terlalu kuat. Pas banget untuk anak-anak tanpa takut mereka mengonsumsi produk dengan MSG terlalu banyak. Rasa gurihnya juga nggak berlebihan. Makan banyak juga nggak apa-apa, karena penuh nutrisi dan cara mengolahnya juga mudah banget.
Satu hal lagi, sekarang kita bisa order produk Fiva Food secara online di web fivafood.com. Praktis, kan?






Wah, saya sudah cerita tentang olahan daging ini terlalu banyak, ya. Nggak apa-apa, deh. Semoga ibu rumah tangga di mana pun berada bisa terinspirasi dalam memilih bahan makanan. Apalagi, sebentar lagi puasa. Persediaan daging olahan Fiva Food di lemari es harus cukup, nih.
Mmmh semua daging olahannya kelihatan enak nih mba Nunik :), Nanti kalo blanja bulanan mau coba hunting Fiva food ini juga ah.
Wih 78 orang dan sudah berdiri dari 1983 ya Mbak Fiva food ini, nyummyyy kornet ayamnya 🙂
Wah saya pun baru denger nih merk fiva food…
Lihat kornet daging ayamnya bisa semirip itu sama daging sapiiii *kagum* !
Hebat sekali fiva food udah mendapatkan sertfikat HALAL, HACCP, dan menuju sertifikat ISO.
menakjubkan! Karena saya tahu sekali susahnya mendapatkan sertifikat halal dan haccp gimana hhuhuhuhu……. jaman kuliah pengalaman sekali dikasih tugas begitu.
menentukan titik kritis, titik bahaya, pencemaran dll.. *mendadak mengenang kuliah*
jadi pengen nyari produk iniii deh! harus beli online ya?
Salam kenal ya mbak!
Salam kenal juga :D. Sebenarnya di beberapa Carrefour juga ada. Mau beli online pun bisa. Betul, mendapat sertifikat itu persyaratannya banyak. Perlu keseriusan dan kerja keras untuk mewujudkan. Makanya di sini saya juga sudah langsung berpikir, Fiva Food sudah bukan level UKM 🙂
Dan, FvaFood jadi salah satu produk yang nanti akan memeriahkan menu ramadhan keluarga saya. Akan diolah jadi masakan yang pasti anak-anak suka. Karena, memang pada dasarnya anak-anak suka banget sama frozen food seperti ini. Saya suka konsep bisnis dari FivaFood ini yang membuat produknya halal dan thoyib. Jadi, udah pasti aman dikonsumsi.