Banyak faktor yang membuat saya yakin film “Rudy Habibie” ini akan mencatat sejarah gemilang dari dunia perfilman Indonesia. Faktor utamanya adalah temanya yang mengangkat kehidupan tokoh besar di tanah air kita.
Kalau kamu sudah nonton “Habibi dan Ainun” beberapa waktu yang lalu, “Rudy Habibie” adalah prekuelnya. Film ini bercerita tentang Habibie yang akrab dipanggil Rudy, pada masa muda.
Film bermula dengan latar zaman penjajahan Jepang di Parepare, Sulawesi. Pasukan Jepang yang menyerang para penduduk menggunakan pesawat terbang justru membuat Rudy kecil menyukai pesawat dan terinspirasi kelak akan membuat pesawat.
Kecerdasan Rudy tidak lepas dari peran kedua orangtuanya. Ayahnya selalu menyisipkan pesan-pesan yang memotivasi dalam setiap kegiatan bersama.
Saat menonton film ini pada acara press screening di CGV Blitz Grand Indonesia, saya semakin menyadari bahwa suksesnya seseorang pasti dilalui dengan penuh lika-liku. Orang sehebat Habibie pun harus mengalami pahitnya hidup, sulitnya diterima masyarakat, alotnya perbedaan pendapat, dan kerasnya persaingan.
Parepare hanya sedikit latar dalam film ini. Yang lebih banyak adalah suasana di Aachen, Jerman, tempat Rudy menghabiskan waktu selama menjadi mahasiswa.
Selain menikmati akting para pemainnya, saya juga begitu menikmati pemandangan Jerman. Mulai dari suasana musim dingin yang tampaknya sangat “mengerikan”, pakaian-pakaian para gadis di Jerman saat musim dingin, sampai bangunan-bangunan kuno yang mirip dengan bangunan yang ada di Kota Tua, Jakarta.
Jangan dikira, setelah sampai Jerman, Rudy sudah bisa hidup lebih nyaman. Di tengah musim dingin yang ekstrem itu Rudy justru harus berjuang lebih keras daripada ketika masih di tanah air. Selain inspiratif, film ini juga memotivasi siapa pun untuk tidak menyerah pada keadaan, bagaimana pun sulitnya.
Film ini didukung oleh para pemain yang hebat, makanya meskipun durasinya agak lebih panjang dari film lainnya, saya betah aja nontonnya. Saya malas nonton film kalau akting para pemainnya kurang bagus.
Nah, di sini, Reza Rahadian membawakan karakter Rudy dengan bagus banget. Menurut saya, kemampuan ini belum tentu dimiliki oleh aktor lain selain Reza. Pasangan mainnya adalah Chelsea Islan. Cewek cantik ini pintar mengimbangi akting Reza, sehingga mereka menjadi pasangan main yang tangguh.
Kejutan lain adalah hadirnya Dian Nitami dan Donny Damara yang ikut bermain sebagai orangtua Rudy. Saya senang melihat dua orang ini main film lagi. Rasanya asyik banget bisa menikmati akting orang-orang terkenal tahun 1990-an.
Manoj Punjabi sebagai produser benar-benar tidak main-main dalam menggarap film ini. Kabarnya, inilah film berbiaya paling tinggi di antara film-film Indonesia yang pernah ada. Bahkan, untuk mendapatkan kualitas suara yang jauh lebih baik, Manoj membawa seluruh pemain ke Hollywood untuk urusan sound. Padahal biasanya urusan ini bisa dilakukan di Bangkok. Pantas saja, selama menonton filmnya, saya merasakan suaranya sempurna.
Di acara ini juga hadir grup vokal CJR dan Bastian Steel, mantan personil grup yang dahulu bernama Coboy Junior. CJR membawakan soundtrack lagu film ini, sementara Bastian berperan sebagai Rudy saat berusia remaja.
Kamu harus nonton film ini, karena inilah film tentang tokoh hebat yang bisa membuatmu jauh lebih semangat. Apalagi, kualitas filmnya juga oke banget.
Silakan nonton di bioskop mulai 30 Juni 2016 ini, ya.
cumilebay says
Reza rahardian mmg juara akting nya, indonesia butuh aktor2 kawakan macam dia
Nunik Utami says
Setuju banget. Itu orang, udah aktingnya bagus, pribadinya juga asyik. Dia semacam “orang betulan” bukan yang ngartis banget.
Raja Lubis says
Film Indonesia Paling Keren tahun ini dari puluhan film yang saya tonton sepanjang 2016
Dee - @HEYDEERAHMA says
Totalitas akting Reza Rahardian memang perlu diapresiasi π
Kayaknya aktor Indo yg paling ketje aktingnya dia utk saat ini π
alligator sky says
Saya belum jadi nonton sampe sekarang hehe
Nunik Utami says
Mungkin nanti akan tayang di TV.
abahadil says
wah bener banget tuh film nya menginpirasi juga bikin baper