Dimuat di Majalah Bravo! edisi Juli 2009
Kelas masih sepi. Pagi-pagi Vanya sudah sampai di sekolah. Ia tidak sabar ingin menceritakan pengalamannya pada Dinda sewaktu ke Pasar Malam hari Minggu kemarin.
Nahhhh itu dia Dinda, teman sebangkunya datang.
“Hei, Din. Sini deh. Aku punya cerita bagus,” mata Vanya berbinar-binar.
“Ada apa?” Dinda langsung duduk di sebelah Vanya.
“Kemarin aku ke Pasar Malam. Asyik deh. Aku berani naik Kincir Angin. Itu lho, ayunan yang tinggi sekali. Naik itu rasanya seperti di lempar ke udara,” kata Vanya semangat sekali.
“Wahh, kamu kok berani?” Dinda terkagum-kagum.
“Iya dong, hebat kan?” sahut Vanya. Lalu Vanya meneruskan ceritanya, sampai bel tanda masuk berbunyi.
“Selamat pagi, anak-anak,” Bu Ani masuk ke kelas.
“Pagi, Bu…,” jawab anak-anak serempak. Kemudian Bu Ani memulai pelajaran. Ia membuka buku Bahasa Indonesia lalu menerangkan tentang kalimat aktif dan kalimat pasif.
“Aku juga masuk ke Rumah Hantu, Din. Seram, deh,” Vanya masih asyik bercerita.
“Di sana, aku juga naik Roller Coster. Aku sampai menahan nafasku waktu Roller Coster itu menukik tajam,” Vanya sengaja berbisik agar Bu Ani tidak mendengar.
Dinda mulai malas mendengarkan cerita Vanya. Ia lebih memilih mendengarkan Bu Ani di depan kelas.
“Aku paling senang naik komidi put…,”
“Vanya! Kamu kok ngobrol terus?” ternyata Bu Ani melihat Vanya. Lalu menegurnya. Semua murid kelas IV-B memandang Vanya. Vanya jadi malu.
“Ayo dengarkan dulu Ibu menjelaskan pelajaran,” kata Bu Ani lagi.
Vanya langsung diam. Ia mendengarkan pelajaran Bahasa Indonesia yang dijelaskan Bu Ani di depan kelas.
“Oh ya Din. Nanti malam aku mau ajak Mamaku ke pasar malam lagi ah,” tak berapa lama, Vanya bercerita lagi. Ia sudah tidak memerhatikan Bu Ani di depan kelas.
“Aku ingin coba masuk ke Tong Setan. Aku penasaran sekali, di dalamnya seperti apa ya ,” Vanya berbisik-bisik pada Dinda.
Dinda hanya senyum-senyum saja menanggapinya. Ia takut ditegur Bu Ani karena mengobrol sewaktu Bu Ani menerangkan pelajaran.
“Kamu sudah pernah ke Pasar Malam belum?” tanya Vanya.
Dinda tidak menjawab. Ia masih tetap memerhatikan Bu Ani.
“Din, Dinda. Dengarkan ceritaku dong,” Vanya menarik-narik tangan Dinda.
“Di sana banyak badutnya. Lucu-lucu deh. Aku paling suka memukul perut badut itu. Hihihi…,” Vanya terkikik sendirian.
Sedangkan Dinda masih menyimak Bu Ani di depan kelas. Sesekali ia menoleh ke Vanya yang asyik bercerita.
“Ada juga Rumah Kaca. Di rumah itu kita harus pandai-pandai mencari jalan keluar. Kalau tidak, kita akan menabrak kaca,” Vanya masih semangat.
Dan cerita terus mengalir dari mulut Vanya, sampai bel istirahat berbunyi.
***
Esok harinya, saat Vanya akan melanjutkan ceritanya pada Dinda, tiba-tiba Bu Ani masuk.
“Selamat pagi, anak-anak. Kumpulkan PR yang kemarin Ibu berikan. Setelah itu kita akan ulangan,”
Semua murid mengumpulkan buku PRnya ke meja guru. Lalu mereka bersiap-siap untuk ulangan.
“Eh? PR? PR apa Din?” Vanya kebingungan.
“PR yang kemarin, Van. Yang ditulis Bu Ani di papan tulis,” jawab Dinda.
“Ha? Yang mana??” Vanya benar-benar bingung. Ia sama sekali tidak tahu kalau Bu Ani memberikan PR.
Kemarin Vanya sibuk bercerita tentang Pasar Malam. Jadi ia tidak sempat memerhatikan Bu Ani memberi soal.
“Dan….Ulangan??? Kok Bu Ani nggak memberitahu dulu sih?” Vanya bersungut-sungut.
“Lho??? Kemarin Bu Ani bilang kok,” sahut Dinda.
Vanya kaget. Rupanya kemarin Vanya terlalu asyik bercerita. Sehingga ia sama sekali tidak mendengarkan Bu Ani.
Duh, Vanya bingung sekali. Saat teman-temannya asyik mengerjakan ulangan, Vanya hanya diam. Ia Cuma memandangi soal-soal ulangannya dan tidak tahu jawabannya.
Bagaimana bisa menjawab soal-soal kalau kemarin ia betul-betul tidak menyimak penjelasan dari Bu Ani?
Vanya gelisah sekali. Ia tidak tahu apa bedanya kalimat aktif dan kalimat pasif. Vanya melirik Dinda. Kelihatannya Dinda lancar sekali menjawab soal-soal itu.
“Din, jawaban soal nomor satu apa sih?” bisik Vanya pada Dinda.
“Vanya! Kamu jangan tengak-tengok. Jangan tanya-tanya teman!” Bu Ani menatap Vanya. Galak sekali.
Vanya langsung menunduk.
“Makanya, kalau Ibu menerangkan pelajaran kamu jangan ngobrol terus,” kata Bu Ani.
Vanya tidak berani memandang Bu Ani. “Kamu juga tidak mengerjakan PR kan?” Bu Ani bertanya lagi.
Vanya mengangguk.
“Ayo kamu maju ke depan. Berdiri di sini sampai jam istirahat,” kata Bu Ani.
Vanya terkejut. Lalu ia ke depan kelas dan berdiri di pojok. Rasanya maluuu sekali pada teman-teman.
Uhh, Vanya menyesal. Besok-besok ia tidak mau mengobrol di kelas lagi. Besok Vanya akan mendengarkan kalau Bu Ani menerangkan pelajaran.
Vanya merasa sebaaalll sekali. Tanpa sadar, air matanya turun satu-satu.
Leave a Reply