Sudah pernah membaca kisah hidup Cut Nyak Dhien? Saya sudah. Bahkan, sudah pernah menuliskan kembali kisahnya dalam bentuk buku cerita untuk anak. Selama research dan menulis kisah tersebut, adegan demi adegan yang dialami oleh Cut Nyak Dhien saat berjuang melawan penjajah dahulu, sangat terbayang di pelupuk mata. Sampai saat ini saya juga masih ingat kisah perjalanan hidup tersebut.

Nah, kali ini saya bisa menyaksikan langsung. Cut Nyak Dhien muda yang gigih berjuang sampai tua, hingga akhirnya salah seorang pengikutnya yang bernama Pang Laot, berkhianat. Pang Laot melaporkan keberadaan Cut Nyak Dhien pada tentara Belanda, sebenarnya karena kasihan melihat orang tua itu kepayahan dan tidak berdaya karena sakit-sakitan. Pada cuaca yang sangat buruk, hujan deras disertai gluduk, tentara Belanda menangkap Cut Nyak Dhien. Terasa sekali hati saya sedih melihat peristiwa ini. Saya mendadak jadi baper. Membayangkan kisahnya dengan membaca buku dan menyaksikan adegannya langsung, rasanya beda banget!

Tidak hanya adegan penangkapan Cut Nyak Dhien. Masih banyak adegan yang saya saksikan, seperti ketika kali pertama pasukan Belanda mendarat di Sulawesi dan Sultan Hasanuddin menentang keras pendudukan mereka, Christina Marta Tiahahu menyaksikan ayahnya yang tewas di tangan Belanda, sampai detik-detik proklamasi kemerdekaan.



Semua ini disajikan dalam bentuk pementasan teater berjudul Drama Musikal Khatulistiwa. Pementasan ini adalah puncak acara dari rangkaian peringatan Hari Pahlawan yang jatuh pada November ini.
Gala premiere Drama Musikal Khatulistiwa ini diselenggarakan di Teater Utama Taman Ismail Marzuki, Jum’at, 18 November 2016. Pemainnya dari segala usia, jadi drama ini cocok untuk semua usia. Tampak beberapa aktor dan aktris terkenal ikut mendukung acara ini, yaitu Rio Dewanto, Epy Kusnandar, Tika Bravani, Sita Nursanti, dan Kelly Tandiono.
Perasaan saya campur aduk melihat pementasan yang megah ini. Para pemain yang terlatih, tata musik yang keren, setting panggung yang bisa diubah-ubah sesuai suasana, serta gerak tari dan blocking yang rapi, mengingatkan saya pada pentas-pentas teater yang pernah saya lakukan belasan tahun yang lalu. Bedanya, kalau dulu saya jadi pemain, sekarang bagian yang nonton. Saya pun jadi anteng nonton pertunjukan berdurasi empat jam ini di gold section. Lumayan deh, untuk nostalgia π




Pementasan ini didukung oleh Sun Life Financial Indonesia. Kalau Teman-Teman belum tahu, Sun Life Financial Indonesia (Sun Life) adalah perusahaan penyedia layanan keuangan. Sejak 1995, Sun Life memiliki program untuk masyarakat Indonesia berupa pengelolaan kekayaan berikut proteksinya, asuransi kesehatan, pendidikan, perencanaan hari tua, dan asuransi jiwa.
Acara puncak #AksidariHati ini diproduksi oleh Josodirjo Foundation. Mereka sengaja membuat tema kepahlawanan karena berkat jasa para pahlawan itulah kita bisa menjadi bangsa Indonesia yang merdeka. Saat ini, kita tinggal meneruskan perjuangan para pahlawan, tentu saja dengan cara yang berbeda. Cara kita masing-masing. Tanpa disadari, kita semua adalah pahlawan, lho. Bisa pahlawan untuk diri sendiri, keluarga, juga orang lain yang bahkan belum mengenal kita.






Dari keseluruhan tokoh pahlawan yang ditampilkan selama pementasan, saya bertanya-tanya, kenapa dua tokoh besar seperti Jenderal Sudirman dan Pangeran Diponegoro nggak ikut ditampilkan, ya?
Apapun itu, saya bangga banget ada pihak yang peduli dan niat banget mengangkat tema seperti ini untuk sebuah pementasan drama yang megah.
Kalau ada lagi yang edukatif begini, mau nonton, ah.


Kemarin itu aku ga ngebalin Rio dewanto lho yang jadi Sisingamaraja hehe kerennn make up nya sampe ga ngenalin gt.
Aku ngenalinnya juga pas di backstage. Iya, gara-gara make up-nya bagus banget. Bikin pangling π
Wah Mba Nunik ternyata penulis buku cerita anak-anak tho, pasti menghayati banget kemarin nonton teaternya :).
Btw kameranya oke juga nih Mbak, hasil foto-fotonya tajam dan jernih ;).
Hihihi iya, menghayati banget, sampe bengong pas lihat Cut Nyak Dhien ditangkap dan pas Christina Marta Tiahahu lihat ayahnya wafat. Kamera? Pake Sony Alpha, Mbak π
Wah keren keren gambarnya, sayangnya engga bisa ikutan,
btw itu acaranya rutin ya tiap setahun sekali kah?
Fotonya apik nih, lensa ku belum tele jd ga bs nangkep dengan jelas huhu.
Tp emang bener deh, tata panggungnya oke, apalagi video grafisnya sbg latar belakang.
Lensaku standar aja, Timo. Bawaan dari kameranya. Hehehe. Iya, suka banget juga sama video grafisnya. Keren-keren.
Ini nih yang anakku bilang, aku khan tau bun Nunik Utami hahahaha.
Berasa nostalgia ya nik nonton begini, secara pernah jadi anak teater, akrab dengan panggung
Suka banget dengan bagian Cut Nyak Dien dengan efek hujan itu.
Iya, geluduknya juga bikin makin ngerasa kita ada di tempat kejadian aslinya.