Senang dong ya, kalau main ke desa-desa. Kita bisa melihat sawah, ladang, kebun, yang isinya adalah tanaman-tanaman yang nggak ditanam di Jakarta. Jagung, kelapa, singkong, ubi, kacang panjang, pisang, dan masih banyak lagi. Kalaupun ada di Jakarta, paling kita lihatnya di pasar atau warung sayuran. Bukan dalam bentuk masih ditanam di ladang pinggir jalan atau di dalam desa.
Pada saat melihat tanaman yang berjejer cantik di ladang dan sejenisnya, saya suka mikir: ini dipasarkan di mana, ya? Apakah hasil bumi ini sudah berhasil diekspor? Kalau ya, saya senang. Itu berarti petaninya bisa dapat penghasilan. Negeri ini juga tentu saja jadi dapat pemasukan, dong.
Nggak ada yang meragukan lagi bahwa Indonesia adalah negara yang subur. Hasil buminya banyak. Apapun yang ditanam, bisa berhasil berbuah. Makanya sayang banget kalau nggak melakukan ekspor.
Pencapaian 100 Hari Kerja
Nah, tanggal 31 Januari 2020 lalu, saya ikutan diskusi bersama Pak SyahrulYasin Limpo, Menteri Pertanian Indonesia. Dalam diskusinya, beliau menyampaikan bahwa 100 hari kerja Kementerian Pertanian, sudah berhasil melakukan ekspor sekitar Rp100 triliun, selama periode November – Desember 2019. Bahkan jika dihitung dari semua komoditas, angka ekspor ini sebenarnya adalah Rp160 triliun. Ini berarti nilai ekspor pertanian Indonesia mengalami kenaikan selama kurun waktu tiga bulan.
Hebat juga ya, bisa mengalami kenaikan dalam waktu tersebut. Kata Pak Menteri, semua ini berkat strategi program kerja Gerakan Tiga Kali Ekspor (Geratieks). Maksudnya adalah, semua petani, eksportir, dan para pengusaha, bekerja lebih giat, untuk bisa melakukan kenaikan ekspor sebanyak tiga kali. Satu kali kenaikan nilai ekspor, masih terlalu biasa. Sejak dahulu juga ini sudah terjadi. Lalu, jika kenaikan nilai ekspor terjadi sebanyak dua kali, berarti kinerja pejabatnya masih standar. Nah, yang nilai ekspornya sampai naik tiga kali inilah yang diharapkan. Jadinya kenaikannya signifikan.
Tidak Ada Jalan Lain Selain Maju
Pak Syahrul memang tidak mau tanggung-tanggung dalam bekerja meningkatkan sektor pertanian Indonesia. Pak Syahrul berusaha keras agar pertanian bisa lebih maju dan mandiri secara penuh. Baginya, kalau tidak ada kemajuan, berarti tertinggal. Tidak ada kemajuan, berarti terjadi kehampaan dalam hidup. Makanya, kemajuan sektor pertanian menjadi satu-satunya pilihan.
Pantas ya, nilai ekspornya tinggi. Saya jadi menantikan hasil ekspor di bulan-bulan menatang. Semoga nilainya naik lebih tinggi lagi.
Petani Millennials dan Lapangan Pekerjaan
Dahulu, petani sering diasumsikan sebagai orang yang sudah tua, selalu berkutat dengan lahan becek, dan hidupnya susah. Sekarang, nggak begitu lagi. Banyak petani millennials yang terjun ke lapangan. Tenaga-tenaga muda banyak yang mau berkecimpung di dunia pertanian. Wajar sih, sekarang dunia pertanian memang sudah modern. Alat-alat canggih sudah bertebaran, digunakan untuk meningkatkan hasil pertanian, dan tentu saja ekspor.
Kalau sudah kuat dan mandiri seperti ini, sektor pertanian jadi bisa membuka lapangan pekerjaan. Semakin banyak lapangan pekerjaan, semakin banyak punya tenaga kerja yang terserap. Dengan demikian, bisa membantu mengurangi angka pengangguran di Indonesia.
Diam-diam dunia pertanian semakin maju aja, ya. Sekarang kita bisa melihat anak-anak muda yang ikut peduli dengan pertanian kita. Bangga dong, pastinya. Oh ya, kalau mau ikut melestarikan hasil bumi negeri ini, dari cara yang paling mudah saja, yaitu mengonsumsi hasil bumi asli Indonesia. Ini bisa meningkatkan kesejahteraan petani Indonesia, lho. Setuju, kan?
Leave a Reply