Writingthon Asian Games 2018. Keren banget kan, kedengarannya? Kenyataannya pun memang keren. Writingthon adalah program menulis bersama dalam waktu yang sudah ditentukan. Biasanya, waktu yang ditentukan itu singkat saja. Ya, mirip dengan marathon, lah. Disebut Writingthon Asian Games karena program menulis ini temanya adalah Asian Games 2018.
Oh ya, Asian Games kali ini diselenggarakan tanggal 18, tahun 2018, dan ini merupakan Asian Games yang ke-18. Unik banget, kan?
Maskot Asian Games 2018 ini adalah Kaka Si Badak Bercula satu (Rhinoceros sondaicus) yang memakai pakaian bermotif khas Palembang. Kaka melambangkan kekuatan. Ada juga Atung Si Rusa Bawean (Hyelaphus kuhlii) yang memakai sarung motif tumpal khas DKI Jakarta. Atung melambangkan kecepatan. Lalu, ada Bhin – Bhin Si Burung Cendrawasih (Paradisaea apoda) yang memakai rompi bercorak khas Suku Asmat di Papua. Bhin-Bhin melambangkan strategi.
Sebelumnya, di tahun 2015 maskot Asian Games yang terpilih adalah Drawa, Si Burung Cendrawasih. Sayangnya gambar Drawa di maskot tersebut cenderung mirip dengan ayam, bukan burung. Akhirnya Drawa digantikan oleh Kaka, Atung, dan Bhin-Bhin yang namanya diambil dari kata Bhineka Tunggal Ika.
Program writinghon ini merupakan bagian dari dukungan untuk Asian Games 2018. Maklum saja, Indonesia sedang giat-giatnya menyukseskan pesta olahraga terbesar se-asia ini. Karenanya, saat ini sedang berlangsung kampanye DukungBersama yang diinisiasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo).
Peserta writingthon yang diperbolehkan mengikuti program ini, tidak sembarangan. Bitread Publishing bersama Kemenkominfo melakukan seleksi ketat kepada calon peserta. Kesempatan hanya diberikan kepada 34 kategori blogger terpilih dari 34 provinsi di Indonesia. Masing-masing provinsi hanya boleh mengirimkan satu peserta. Selain itu ada juga kategori pelajar dan mahasiswa. Peraturannya sama. Panitia hanya memilih 34 peserta. Total 68 peserta dari dua kategori.
Ternyata, yang berminat mengikuti acara ini ada dua ribuan orang! Kebayang dong, bagaimana ketatnya persaingan? Karenanya, ketika semua peserta sudah terpilih, bukan main bahagianya.
Kebahagiaan ini juga dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia. Sebab, awalnya bukan Indonesia yang mendapat kesempatan menjadi tuan rumah Asian Games 2018, tetapi Vietnam (di Hanoi). Sayangnya, negara itu belum siap dan membatalkan kesempatan tersebut. Dengan bangganya, Indonesia bersedia mengambil kesempatan itu. Karena itulah lahir kesempatan juga bagi para blogger untuk menuliskannya dalam program writingthon ini.
Acara writingthon pun berlangsung seru. Meskipun begitu, bukan berarti tanpa drama, terutama saat keberangkatan menuju lokasi writingthon di Jakarta. Sebanyak 68 peserta yang berasal dari seluruh Indonesia berangkat ke Jakarta pada 15 Agustus 2018.
Mau tahu dramanya apa?
Ada peserta dari Yogya yang kehilangan laptop di bandara! Kehilangan laptop-nya saja sudah bikin hati sesak, apalagi laptop itu akan digunakan untuk bertarung di ajang writingthon. Bagaimana jadinya jika harus membuat tulisan tanpa laptop? Ini ibarat terjun ke medan perang tanpa senjata. Terdengar lebay sih, tapi memang begitu kenyataannya. Untungnya peserta dari Yogya ini tetap kalem tapi gesit bertindak. Dia langsung melapor ke maskapai penerbangan. Pihak maskapai pun langsung menangani. Akhirnya, laptop itu sudah ditemukan dan sedang dalam proses pengiriman ke hotel tempat writingthon berlangsung.
Drama lain, ada lagi. Ada peserta dari Bali yang datangnya terlalu cepat. Bahkan lebih cepat daripada panitia. Bayangkan saja! Registrasi para peserta baru bisa dilakukan pukul 15.00 tapi peserta ini sudah sampai lokasi pukul 09.00! Ternyata alasannya adalah takut terkena macet di jalanan Jakarta yang memang terkenal dengan kemacetannya. Untung saja alasannya masuk akal. Kalau alasannya untuk membantu pantia atau membantu staf hotel beres-beres ruangan, dramanya melebihi garing-nya sinetron nggak, sih?
Itu cerita peserta yang datangnya terlalu cepat. Ada lagi lho, peserta yang datangnya terlalu lama alias terlambat. Registrasi seharusnya sudah selesai pukul 18.00 tapi peserta ini baru datang pukul 19.00, tepat ketika peserta lain sedang makan malam. Padahal lokasinya paling dekat, yaitu di Jakarta, tempat yang sama dengan lokasi writingthon. Untung saja peserta yang terlambat datang ini hadir dengan membawa sekotak martabak, sehingga masih tetap bisa mencairkan suasana. Ya, meskipun peserta yang satu ini jadi terlambat mendapat kamar hotel.
Dramanya sudah cukup?
Oh, belum!
Jangan khawatir, masih ada drama lainnya.
Ada peserta yang terkunci di tangga hotel!
Kejadian ini menimpa peserta dari Provinsi Jawa Barat. Awalnya dia dari kamar akan turun ke bawah lalu ke luar hotel untuk membeli suatu kebutuhan. Ketika keluar dari kamarnya di lantai enam, dia lupa, tetap meninggalkan kartu di slot kunci di dalam kamar. Dia pun melenggang menuju lift tanpa membawa kartu kamar. Sementara, saat memakai lift semua tamu hotel harus membawa kartu kunci sebagai akses. Kalau tidak ada kartu kunci, tamu tidak bisa naik ke lantai kamar. Akibatnya, setelah kembali ke hotel, peserta ini tidak bisa kembali ke kamar melalui lift. Dia pun putar otak dan dapat ide untuk melalui tangga menuju kamarnya di lantai enam. Malangnya, tangga tersebut ternyata terkunci! Untungnya peserta tersebut bertemu dengan peserta lain. Akhirnya peserta itu nebeng kartu kunci dengan peserta lain itu.
Di balik drama yang membuat sulit bernapas, tentu saja banyak kegiatan seru yang akan dijalani oleh seluruh peserta writingthon. Salah satu agenda yang membuat bahagia adalah akan ada gala dinner bersama Menteri Kominfo. Kapan lagi bisa makan bersama salah satu petinggi negeri ini?
Kebahagiaan juga akan berlanjut karena nanti seluruh peserta mendapat kesempatan menyaksikan acara pembukaan Asian Games 2018. Di saat semua orang harus membayar tiket masuk ke pesta pembukaan ajang olahraga terbesar se-Asia ini, para peserta writingthon justru mendapat kesempatan ini tanpa harus pusing-pusing berburu tiket. Gratis pula!
Menonton Asian Games di Indonesia ini mungkin saja hanya bisa terjadi sekali dalam seumur hidup. Begitu juga kesempatan menjadi peserta Writingthon Asian Games seperti sekarang ini. Apalagi, tidak semua orang beruntung bisa mendapatkan kesempatan ini. Jadi, bagi para peserta Writingthon Asian Games 2018 yang terpilih, kurang keren apa lagi, coba?
#dukungbersama #asiangames2018 #writingthonasiangames
Indah Juli says
Ada Arham Kendari juga lolos di writingthon ini, dan satu emak blogger tapi ku lupa namanya.
Senang ya Nik, menang lomba dan menghadiri pembukaan asian games 2018. Tak terlupakan seumur hidup 🙂
ichapista says
Wah senangnya bisa lolos di writingthon ya, Mba, semangat selalu, Mba Nunik 🙂
nunoorange says
Keren! tuh sebelahmu ada Rosiy juga ya? Dia dari Surabaya kalo ga salah. Kebayang serunya seperti apa.