Pernah mengalami kejadian buruk seputar penipuan atas nama bank? Duh, jangan sampai, deh! Bersyukur kalau tidak pernah mengalami penipuan bank. Namun, banyak orang di sekitar kita yang masih saja jadi korban penipuan tersebut. Bahkan di media sosial juga masih sering ada berita tentang orang-orang yang tertipu.
Sebenarnya, semakin lama, sistem pengamanan bank semakin canggih. Sayangnya, semakin canggih sistem pengamanan, semakin cerdas pula para penipu mengakalinya. Yang lebih mencengangkan, ada penipu yang bisa membuat kertas berupa cetak bukti transfer! Kalau tidak teliti, bisa-bisa kamu jadi korban penipuan.
Kita memang tidak mungkin tidak menggunakan bank. Bank itu sudah menjadi lembaga yang penting, yang menunjang dan melancarkan keperluan kita sehari-hari. Kalau begini, kitalah yang harus menjadi nasabah bijak. Kita harus selalu waspada dan bisa mengidentifikasi penipuan.
Ciri-Ciri Penipuan Atas Nama Bank
Agar kita bisa menghindari penipuan yang mengatasnamakan bank, coba deh, pahami ciri-cirinya:
Pura-pura sebagai pihak resmi bank
Penipu biasanya membuat akun palsu di media sosial dan mengaku sebagai customer service. Sering kali penipu ini mencantumkan nomor kontak yang sangat mirip dengan nomor kontak resmi bank. Bahkan sering juga mereka melakukan panggilan telepon ke kita, sebagai jalan untuk menipu. Misalnya, meminta kita mengganti pin, memandu agar kita mentransfer uang ke rekening mereka.
Solusi: usahakan kita sesadar mungkin saat menerima telepon yang mengatasnamakan bank. Jernihkan pikiran dan harus langsung curiga ketika ada pihak yang mengaku bank tertentu, meminta kita melakukan transaksi apapun. Pokoknya harus sadar! Jangan sampai kita terlena mengikuti perintahnya, apapun itu. Sebab, sudah pasti kita diarahkan untuk memindahkan saldo di rekening kita, ke rekening mereka, dengan segala cara. Ingatlah selalu bahwa bank tidak akan pernah meminta kita melakukan transaksi lewat telepon. Pihak bank akan meminta kita transaksi hanya ketika kita datang langsung ke bank dan menghadap customer service. Hafalkan atau catat baik-baik nomor telepon customer service bank yang asli.
Membuat senang atau justru menimbulkan kepanikan
Bertahun-tahun lalu, seorang teman di kantor mendapat telepon. Telepon itu bukan melalui ponsel, tetapi melalui telepon kantor. Kata si penelepon, teman saya ini baru saja menang undian berhadiah dari bank, berupa sepeda motor. Sontak teman saya kegirangan dan bersorak sorai layaknya orang yang baru saja mendapat untung besar. Ya, siapa sih, yang tidak senang kalau tiba-tiba dapat hadiah besar seperti itu? Sayangnya, memanipulasi psikologis seperti ini memang tujuan si penipu.
Usut punya usut, ternyata itu tipuan. Si Teman akhirnya sadar bahwa dia nggak pernah ikut undian apapun di bank manapun. Dia sadar hal ini, karena si penelepon memintanya mentransfer uang yang nilainya cukup tinggi, sebagai pajak hadiah.
Cara lain manipulasi psikologis adalah, si penipu menghubungi kita dengan menciptakan kepanikan. Misalnya, mengabarkan bahwa ada keluarga kita yang mendapat musibah. Bisa juga mengabarkan bahwa kita mendapat hadiah besar dan meminta kita cepat-cepat mengisi link yang mengarah ke situs jebakan. Biasanya disertai “ancaman” seperti, kalau dalam lima menit tidak mengisi data di link tersebut, hadiah tersebut batal diberikan.
Inilah tujuan utama si penipu. Calon korban sengaja dibuat senang, atau sebaliknya, dibuat panik. Mereka sengaja membuat kita tidak bisa berpikir panjang, lalu melakukan hal yang diminta si penipu. Padahal link yang dibagikan biasanya diarahkan untuk membocorkan data pribadi kita dan menjebol akun rekening.
Solusi: jangan cepat senang kalau ada penelepon yang mengabarkan kita dapat hadiah besar. Juga, jangan langsung panik ketika penelepon menyuruh kita cepat-cepat melakukan sesuatu seperti mentransfer biaya dokter karena keluarga kita kecelakaan atau mengisi data lewat link tertentu atau menyebut data apapun. Ingat-ingat dahulu, apakah benar kita pernah mengikuti undian berhadiah di bank tersebut? Apakah benar kita menang undian berhadiah yang diselenggarakan oleh bank? Jangan langsung percaya juga bahwa keluarga kita mengalami kecelakaan. Sudahi telepon dari si penipu tersebut, lalu cepat-cepatlah menghubungi ke bank yang bersangkutan untuk menanyakan kebenaran informasi ini. Juga, memeriksa apakah keluarga kita benar-benar mengalami kecelakaan seperti yang disampaikan si penipu, atau tidak.
Meminta data rahasia
Kamu tahu kan, bahwa no kartu ATM, nomor PIN, kode OTP, nomor CVV, serta nomor token itu sangat rahasia dan nggak boleh diberikan ke orang lain? Salah satu cara penipu menjebak kita adalah dengan meminta data rahasia tersebut.
Ada penipu yang langsung terang-terangan meminta kita membacakan nomor-nomor rahasia tersebut, ada juga yang diam-diam menuntun kita ke mesin ATM dan meminta kita menekan nomor tertentu, yang tentu saja adalah jebakan untuk mentransfer sejumlah uang. Ngeri, kan?
Solusi: jangan pernah menyebutkan nomor apapun. Jangan pernah satu kali pun. Kadang-kadang kita nggak tahu bahwa yang diminta disebutkan oleh si penipu adalah nomor rahasia. Jadi, untuk amannya, jangan pernah mau menyebutkannya. Lalu, jangan mau juga kalau kita diminta pergi ke mesin ATM terdekat. Meskipun mesin ATM itu adanya di depan rumah. Jangan mau juga dipandu membuka internet banking atau mobile banking.
Saya memang bukan orang yang ahli di bidang perbankan atau pakar di dunia digital. Namun, keseharian saya dekat dengan dunia digital, jadi tidak ada salahnya menjadi penyuluh digital yang berbagi sedikit ilmu yang saya ketahui.
Soalnya banyak sekali orang-orang di sekitar saya yang jadi korban penipuan begini. Padahal mereka termasuk orang cerdas dan terpelajar, lho.
Sekarang, sudah tahu kan, ciri-ciri penipuan yang sering mengatasnamakan bank, termasuk BRI? Baca baik-baik solusinya dan praktikkan saat mereka berusaha menipumu, ya.
Leave a Reply