Hampir tiga tahun saya menjadi freelancer atau pekerja lepas, setelah delapan tahun menjadi sekretaris di sebuah perusahaan bidang kuliner. Tujuan utama saya resign dari kantor adalah ingin bekerja di rumah sambil mengawasi anak, mengantar-jemput, dan mendampingi ketika anak melakukan kegiatan di sekolah.
Jadi freelancer itu asyik. Nggak perlu pergi ke kantor pagi-pagi sambil bermacet-macet ria. Nggak perlu beli blazer setiap bulan. Bisa tidur siang. Bisa ke mall di jam kerja. Bisa nongkrong di cafe ketika semua orang kantoran sedang sibuk meeting bersama bos besar.

Namun, di balik keasyikan itu, ada hal yang harus kita pikirkan, sebelum benar-benar terjun ke dunia freelancer. Juga, ada tips yang perlu dipelajari.
Apa saja sih, tips untuk menjadi freelancer? Ini dia!
Perhatikan Waktu

Tadi sudah saya sampaikan bahwa menjadi freelancer itu nggak terikat dengan hal-hal yang biasa mengikat para pekerja kantoran. Tapi, bisa gawat lho, kalau kita kebablasan menikmati “kebebasan” itu. Menjadi freelancer itu ibaratnya hanya memindahkan tempat kerja, dari kantor ke rumah. Jadi, walaupun berada di rumah, kita tetap harus bekerja. Memang, kita bisa ke mall pada jam kerja. Tapi, tetap harus menyelesaikan pekerjaan. Kita juga bisa tidur siang. Hanya, nggak boleh lupa kalau ada pekerjaan yang harus diselesaikan hari itu juga. Ini belum termasuk membagi waktu kalau anak ngajak main, minta disuapi, minta ditemani belajar, dan lain-lain.
Gimana? Sudah kebayang cara membagi waktu kalau suatu saat nanti jadi freelancer?
Pandai Mengatur Uang
Jadi freelancer itu, kondisi keuangannya nggak pasti. Kadang dapat beberapa kali lipat dibandingkan gaji orang kantoran dalam sebulan, kadang juga nggak sebanyak itu. Semua tergantung banyaknya pekerjaan yang kita kerjakan. Dulu, sewaktu masih jadi orang kantoran, saya pernah merasakan, bobot pekerjaan tidak terlalu berat, tapi tetap menerima gaji utuh. Kalau freelancer, dapat uang hanya dari pekerjaan yang sudah diselesaikan. Nggak kerja ya nggak dapat uang.
Jurus ampuh: pandai-pandailah mengatur uang, baik ketika sedang mendapat uang banyak, maupun ketika keuangan menipis. Simpan uang lebih banyak, untuk cadangan kalau nanti kondisi keuangan sedang menurun.

Tahan Godaan
Jadi freelancer itu banyak godaannya, lho. Begini. Sebagai ibu-ibu yang bekerja di rumah, saya nggak bisa tutup mata kalau rumah berantakan. Lalu, lantai yang belum dipel. Belum lagi baju kotor yang menumpuk. Sore-sore, harus angkat jemuran. Dan, mau pingsan lihat gunungan baju yang belum disetrika. Rasanya gatel aja pengen mengerjakan itu semua, satu per satu. Padahal, deadline pekerjaan utama (nulis naskah buku dan ngedit), sudah di depan mata. Kadang-kadang saya tergoda untuk mencuci baju, di saat deadline sudah dekat. Ya, meskipun setelah itu jadi merasa bersalah, karena seharusnya saya menyelesaikan tugas utama dulu.
Godaan lainnya adalah, ketika sedang asyik-asyiknya mengerjakan pekerjaan utama, tiba-tiba datang keluarga, ngajak makan di luar atau belanja keperluan sehari-hari. Atau, sedang serius mengerjakan tugas, tiba-tiba ada tetangga yang datang, atau teman yang telepon, sekadar untuk menggosip!

Jurus ampuh: berpikirlah realistis, pilih mana yang harus dilakukan terlebih dahulu. Pikirkan juga dampaknya kalau kamu tidak berhasil menyelesaikan tugas tepat waktu. Satu lagi, kamu harus tahan godaan yang menggiurkan, dan harus berani menolak jika ada teman yang datang sekadar untuk menggosip.
Tahan Pada Omongan
Nggak semua orang bisa mengerti kondisi freelancer. Bagi yang tahu, jam kerja freelancer justru cenderung lebih panjang dan tidak ada istirahatnya, nyaris 24 jam non stop. Tapi, bagi yang tidak mengerti, akan mengira bahwa kita “tidak bekerja”. Jadi, siapkan mentalmu karena pasti ada yang berkomentar “Kok, nggak kerja tapi nggak pernah keluar rumah, sih?” atau “Nggak kerja tapi nggak pernah gabung di perkumpulan kompleks sini, ya. Sombong amat, sih”.
Kamu yang ingin jadi freelancer juga harus tahan pada omongan, jika ada anggota keluarga besar yang cenderung menggampangkan untuk memerintah ini itu, karena mereka menganggap kita “nggak kerja”. Misalnya, “Si A aja yang disuruh antar ke bandara, kan, dia nggak kerja”. Padahal, deadline pekerjaan kita sedang mepet-mepetnya.
Jurus yang paling ampuh: tutup telinga rapat-rapat dari omongan orang, dan jelaskan kondisi pekerjaan kita pada keluarga besar.
Itulah beberapa tips untuk menjadi freelancer.
Bagaimana? Siap untuk resign dari kantor?
Gak gampang ya mbak trnyata jd freelancer, harus kudu pinter bagi2 waktu.
Iya, perlu tekad yang kuat, Mel. Banyak yang harus dipikirkan dulu.
Waktu dapat diatur sendiri dan harus disiplin ya Mak. Kalau Dl sering ngumpet di perpuskah? Wk wk.
Betul, Mak. Ngumpet di perpus? Hahaha, seriing …
freelancer is the best, pengen jadi kayak gini, amin2
Aamiin … sekarang puas-puasin dulu jadi pekerja kantoran ya, Man 🙂
Time management emang penting banget, apa pun jenis kerjaannya. Kalo tentang omongan orang sih saya dari awal emang kerja sendiri, jadi orang udah gak ngomongin lagi haha
Wah, berarti mentalnya udah siap banget jadi freelancer, ya 🙂
saya tergolong orang yang ngga tahan sama godaan dan sudah pasti gagal hehe.. begitulahhh aku..
Memang butuh usaha keras untuk jadi freelancer, Mas. Godaannya itu, lhoo …Hehehhe …
Rumput tetangga lebih hijau syukuri aja apa yg didapat
mau freelanc atau tetap nikmatin aja yg penting halal
Pastinya, dong. Suatu saat mungkin aja saya kerja ngantor lagi. Yg penting halal.
Aku pikir enaknya jadi freelancer sih, bisa menikmati waktu lebih banyak di rumah, melihat tumbuh kembang si kecil dengan maksimal, dan sekaligus dapat pemasukan (meski penghasilan kadang nggak tetap)… ^ ^
Salam kenal ya mbak Nunik
Pada kenyataannya aku malah makin terlalu sibuk saat jadi freelancer, Mbak Nisa. Hanya masalah jadwal saja yang agak fleksibel. Kadang-kadang juga nggak bisa memantau tumbuh kembang anak, karena sering ditinggal-tinggal meeting. Banyak juga plus minusnya sih, ya. Hehehe … salam kenal juga, Mbak Nisa. Keren deh, pinter merajut 🙂
hooo, kayaknya tergantung dari banyak faktor juga ya… jam terbang, jenis pekerjaan, dll *manggut2
^ ^
Iya, Mbak Nisa. Banyak faktor yang menentukan berhasil atau tidaknya dan tahan atau tidaknya seseorang jadi freelancer 🙂
Wah, keren deskripsinya. Mak, ada tips how to start freelancing-nya sekalianka? Kadang yg baru resign trs mau freelance suka bingung mesti ngapain? Boleh contohnya di dunia kepenulisan hehehe *rikues*
Wah.. Untung diingatkan. Jadi freelancer alias kerja sendiri itu malah butuh lebih disiplin dan usaha lebih besar daripada jadi karyawan yah. Perlu siap mental ya, Mbak.
Betul banget, Mbak. Semangat nggak boleh putus. Hehehe
Thanks for tips mbak, jd merasa tertampar nih. Semacam reminder.. Dulu, 2010, hanya 1 th aja sy full jd seorg freelance writer mb, ikut agency naskah, menulis buat penerbit tertentu, dan bbrp buku antologi. 2011-2015 kerja, totally ga nulis, maklum target marketing ketat euy.. Dan br 4 bln ini memilih untuk full freelance lagi. Dan memang, memulai lagi itu rasanya beraaattt bangetttt, management waktu antara ngurus RT, ngelola rumah baca yg riweuh anak2, dan dealine. *curcol*
Untung ada orang2 kayak mb Nunik, mb Indah Juli yg nyemangati gini….sering2 yah mbak :)) *jadibaper
Mba lowongan kerja freelancer ada ga?
Keren Mba tipsnya. Mungkin saya akan jd freelancer kalau ikut suami, dan tips ini berguna sekali
Bagaimana cara memulainya? Kadang ini terlintas loh Mba di dalam pikiran saya, pengen jadi freelance tapi masih takut pendapatan belum sesuai sama pekerjaan di kantor sekarang hehehehe…
Tips super keren…. Terimakasih telah berbagi, Mbak Nunik
Berguna banget nih, bwt freelancer ala2 sperti saya ??
Hmmm…. Jadi mikir-mikir buat ga kerja nine to five lagi deh Mba ?
Jadi freelancer ternyata lebih berat dari rindu ya mbak, duh si Dilan harus dikasih tau nih. hhe
Sebelum aku kerja di kantor sekarang, sempet juga jadi freelancer. Emang enaknya soal waktu sih klo jadi freelancer, karena kita yg atur sendiri waktunya. Yang penting kerjaan selesai. Sama klo jadi freelancer yang kerja di rumah itu enaknya kita bisa fokus kerja. Enggak keganggu sama orang yg berisik ngobrol dll. Klo di kantor kan kadang suka banyak godaan juga. Cuma yg bikin nyesek, ya soal keuangan. Klo lagi gak ada job bener2 pusing hehe.
Wah, kalo jadi freelancer sih masih mikir” saya, hehehehe. Pengen jadi blogger proffesional aja dulu. Thanks for sharing mbak
Menjadi seorang freelancer itu butuh perjuangan…
Banget. Apalagi kalau jadi tulang punggung ya 😀