Satu ibu bisa merawat sepuluh anak. Tetapi, sepuluh anak belum tentu bisa merawat satu ibu.
Begitu melihat kutipan-kutipan di awal film, saya langsung tahu bahwa film ini memiliki pesan yang dalam.
Cerita dimulai dengan adegan Ramadhan kecil (diperankan oleh Raihan Khan) yang diminta ceramah di hadapan teman-teman pengajiannya. Ramadhan yang bandel ternyata bisa menyampaikan kisah sahabat nabi, Uwais Al-Qarni, dengan baik, sampai ke kutipan kedua yang membuat saya kembali terharu.
Meskipun menggendong ibumu keliling dunia ini dengan berjalan kaki, kamu tidak akan bisa menebus satu tetes darah pun yang dikorbankan ibu ketika melahirkanmu.
Ramadhan yang bercita-cita menjadi penceramah terkenal, dikirim ke pesantren oleh Abuya/ayahnya (diperankan oleh Khairul Budi) dan Umi/ibunya (diperankan oleh Elma Theana). Mereka sedih saat melepas Ramadhan. Namun, Abuya memiliki tekad kuat agar kelak Ramadhan menjadi orang yang sukses dan sangat mengerti tentang agama. Dia pun serius menitipkan Ramadhan kepada Ustadz Athar (diperankan oleh Ustadz Al Habsyi).
Di pesantren, Ramadhan bertemu dengan dua temannya, yang akrab hingga dewasa. Selama belajar di pesantren, banyak adegan haru yang membuat saya tak kuat menahan air mata. Di sinilah pesan film ini mulai terlihat. Betapa kita selama ini susah payah mencari jalan ke surga, padahal ada “surga” yang sangat dekat, yaitu ibu.
Cita-cita masa kecil Ramadhan untuk menjadi orang terkenal, semakin kuat ketika pesantren digunakan sebagai tempat syuting film. Di sini, Ramadhan yang sudah dewasa (diperankan oleh Husein Alatas) bertemu dengan Kirana (diperankan oleh Zeezee Shahab), yang menjadi salah satu pemeran di film tersebut. Tak disangka, Kirana memberi jalan kesuksesan bagi Ramadhan, untuk menjadi orang terkenal, namun dengan jalan yang berbeda.
Inti utama dari cerita ini adalah membuka mata penonton bahwa kita memiliki ibu, sebagai “lahan” yang mudah untuk mendapatkan surga. Juga, ada ayah yang telah bersusah payah mengusahakan agar kita menjadi “orang”. Cerita dibumbui dengan kisah cinta segitiga, antara Ramadhan, Kirana, dan Naila (diperankan oleh Nina Septiani). Yang saya sukai, cerita tentang kisah cinta segitiga ini tidak terlalu menonjol, sehingga aman bila ditonton anak-anak.
Meskipun saya kurang puas dengan ending tentang cinta segitiga yang tidak terselesaikan ini, saya tetap tercengang dengan sebuah rahasia yang terkuak antara Abuya dengan Ustadz Athar, yang disampaikan di akhir film.
Selain cerita yang bagus dan penuh pesan, saya juga sangat menikmati setting film ini yang menyajikan keindahan Palembang. Sungai Musi, Jembatan Ampera, dan rumah panggung yang cantik, turut memperindah adegan-adegan dalam film ini. Akting para pemainnya juga enak ditonton. Jujur, saya baru tahu kalau Husein bisa akting. Tadinya saya pikir dia hanya jagoan dalam bidang tarik suara.

Saya menonton film ini bersama para pemain, produser, dan sutradaranya. Sempat reuni juga dengan beberapa teman yang berada di balik pembuatan layar lebar ini. Pada kesempatan itu Husein mengatakan, selama syuting dia menangis terus menerus karena teringat ibunya, dan lupa bahwa dia anak metal. Yang lebih menakjubkan adalah pengalaman dari penata musiknya. Selama bekerja di industri perfilman, dia tidak pernah terhanyut dengan musik-musik yang dibuat. Tapi, begitu menciptakan musik untuk film ini, dia teringat ibunya. Dia pun tak peduli bahwa saat itu sudah tengah malam, dan langsung menelepon ibunya.


Betapa dahsyatnya pesan yang disampaikan oleh film ini. Jadi, jangan sampai ketinggalan. Ajak anak-anak dan keluarga, untuk menyaksikan film yang tayang di bioskop mulai 2 April 2015 ini.
Oh ya, jangan lupa, siapkan tissue yang banyak!
besarnya kasih sayang ibu itu tanpa batas tanpa nilai tampa imbalan… hanya satu keinginan disetiap ibu untuk anak, menjadi anak yang berbakti untuk orang tua nya
Nice review nik……keep write with your love n passion 😉
Thanks, Die… apa kabaaarr?? ^_^
Aku malu malu meong mak deketin hussain ketika gala premierre-nya, pengen minta futu bareng.. Sekarang baru nyesel.. Hahahha
Liat judul film ini aja udah baper aku, mba.
Menyentuh banget sih memang.