• Home
  • About
  • Contact
  • Portfolio
  • Secret!

Nunik Utami

Menulis adalah Merekam Jejak untuk Anak Cucu

  • Artikel
    • Beauty
    • Events
    • Fashion
    • Healthy
    • Tips
  • Finance
  • Parenting
  • Review
    • Book
    • Food
    • Film
    • Hotel
    • Place
    • Product
  • Travel
    • Indonesia
    • Malaysia
    • Thailand
    • Singapore
  • Working
    • Writer
    • Editor
    • Blogger
    • Trainer
  • Story
    • Cerpen
    • Dongeng
  • Savana Hijab
    • Hijab Tutorial
You are here: Home / Artikel / Pijer? Apa itu?

Pijer? Apa itu?

June 17, 2011 Nunik Utami 4 Comments

Saat itu saya masih tinggal di Cibinong. Saya terheran-heran melihat benda yang dijejer di sebuah warung. Benda itu berwarna putih, berbentuk kristal seperti gula, dan dikemas di dalam plastik seperti kemasan garam halus. Bedanya, kemasan plastik ini polos alias tidak bermerk.
Menurut pemilik warung, benda itu bernama pijer. Gunanya untuk memasak. Saya bingung karena belum pernah mendengar nama itu sebelumnya. Pijer? Buat memasak? Mengapa selama ini ibu saya tidak pernah mengenalkan bumbu masak bernama pijer?
Keheranan saya pun saya simpan sendiri. Hingga suatu hari saya berkunjung ke rumah bulek (adik ibu) di daerah Bogor. Kami mengobrol tentang segala hal. Obrolan kami sampai ke urusan dapur. Saat itulah saya mendengar kembali tentang pijer. 
Menurut bulek, orang-orang di daerah tempat tinggalnya sudah akrab dengan pijer. Bumbu masak yang satu itu sering digunakan oleh para tetangga. Kata bulek, salah satu fungsi pijer adalah untuk membuat daun singkong tetap cerah dan tidak menghitam saat direbus.
Dahi saya kembali berkerut. Kalau memang demikian, mengapa dulu ibu saya tidak pernah menggunakan pijer saat merebus daun singkong? Dan yang lebih mengherankan, bulek menyarankan agar saya tidak pernah menggunakan pijer. Alasannya, pijer dapat mengganggu kesehatan. Sayangnya bulek tidak bisa menjelaskan lebih lengkap mengapa pijer dianggap mengganggu kesehatan.
Akhirnya keheranan saya terjawab. Suatu hari adik saya mengirim sms. Isinya singkat. “Nonton TV **** sekarang ya”. Saya pun langsung menyalakan TV. Berita yang ditayangkan membuat saya terperangah.
Dari berita itu saya tahu bahwa pijer adalah boraks. Ya, boraks yang selama ini terkenal sebagai pengawet makanan yang sudah dilarang digunakan.
Kalau boraks dilarang, seharusnya pijer juga dilarang digunakan. Tetapi pada kenyataannya, pijer bisa didapatkan dengan mudah di warung-warung. Bahkan pijer sudah terkenal di kalangan ibu-ibu sebagai “penyedap makanan”.
Sebenarnya boraks berfungsi untuk mengawetkan sekaligus antiseptik untuk kayu. Tetapi telah disalahgunakan untuk membuat makanan seperti lontong, bakso, dan mi basah menjadi lebih kenyal dan tidak mudah hancur.
Selain itu pijer digunakan… oh, sama seperti yang dikatakan oleh bulek saya, untuk membuat daun singkong yang sudah direbus terlihat tetap hijau dan segar!
Ciri-ciri makanan yang mengandung boraks adalah tekstur lebih kenyal, bila digigit tidak langsung putus (pada lontong, mi basah, tahu, dan bakso). Mi basah dapat tahan hingga lima hari dan tahu dapat tahan selama tiga hari di suhu ruangan. Sedangkan bila dimasukkan ke dalam lemari es, kedua makanan itu dapat bertahan selama 15 hari.
Ambang batas pijer atau boraks yang boleh dikonsumsi adalah 3-6 gram untuk bayi dan anak-anak, dan 15-20 gram untuk dewasa. Apabila telah melampaui ambang batas, pijer atau boraks akan menyebabkan gangguan pada kesehatan.
Gangguan jangka pendek yaitu mual, badan terasa tidak enak, lemah, diare, sakit kepala, demam, dan muntah darah. Sedangkan gangguan jangka panjangnya yaitu hilangnya napsu makan, gangguan pencernaan, radang seaput mata, gangguan pada ginjal, anemia, dan kejang-kejang.
Yang lebih mencengangkan, selain dikenal dengan nama pijer, boraks juga dikenal dengan nama bleng dan… gendar!
Jadi?! Kerupuk gendar yang selama ini sering saya konsumsi….?!!
Gambar diambil dari sini

Artikel

About Nunik Utami

Penulis, Editor, Trainer Penulisan, Mommy.

Comments

  1. erikk says

    May 15, 2012 at 09:20

    awal mulanya bleng untuk konsumsi, itu dari jawa tengah (wikipedia)

    Reply
  2. Nisrina says

    June 5, 2020 at 00:08

    Naah betul, persis, ibu saya juga pakai supaya daun singkong tetap hijau dan segar ketika direbus. Sewaktu saya tanya dulu, hanya menjawab “ya biar daun singkongnya tetap hijau”, akhirnya saya masih penasaran sampai saat ini, dan kemarin saya tanya lagi ibu saya sambil saya buka laptop untuk searching, akhirnya beliau mengungkap kalau itu ternyata bleng. Saya kaget agak bingung sembari mengingat-ingat, bukannya itu gaboleh dipakai ya? Sekarang saya bingung gimana caranya supaya ibu saya tidak menggunakannya lagi, kan jadi ngeri makan masakan ibu sendiri, terlebih ibu saya itu punya warung, jadi masak untuk dijual. Sebagai tambahan, sampai saat ini saya ataupun keluarga belum mengalami keluhan kesehatan apapun yang berkaitan dengan itu, bikin saya makin ngeri sapatau dampaknya jangka panjang, atau mungkin karena dosisnya rendah ya?

    Reply
    • Nunik Utami says

      June 5, 2020 at 00:11

      Kalau kita sudah tau dampak negatifnya, pasti lebih memilih daun singkong nggak usah hijau ya. Biar aja hitam yang penting sehat. Mungkin ibu mulai dibilangin pelan2 sambil dikasih tau dampaknya, Mbak. Siapa tau Ibu langsung mengerti dan nggak mau pake lagi.

      Reply
  3. Bayu Segara says

    December 30, 2020 at 18:11

    Lumayan nambah ilmu. Ternyata temannya borax itu si Pijer 🙂

    Reply

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Search Here

Welcome

Penulis, Editor, Trainer Penulisan, Mommy. More…

  • Email
  • Facebook
  • Google+
  • Instagram
  • LinkedIn
  • Twitter

Archive

Top Posts & Pages

  • Pertanyaan yang Sering Muncul Tentang Menerbitkan Buku
  • Pijer? Apa itu?
  • Perbedaan Antara Penerbit Mayor dan Indie
  • Revisi Minor
  • Paket Freedom Internet IM3 Ooredoo, Kuota Habis, Pulsa Tidak Terpotong

Subscribe to Blog via Email

Enter your email address to subscribe to this blog and receive notifications of new posts by email.

Join 4,056 other subscribers

Follow Instagram @nunikutami

nunikutami

Writer

Nunik Utami Ambarsari
Ini enak banget! Biasanya saya masak, tapi hari in Ini enak banget! Biasanya saya masak, tapi hari ini banyak banget kesibukan. Jadinya ambil persediaan Fiesta Ready Meal di freezer. Kali ini pilih yang ayam tandori. 

Cara menyajikannya juga gampang banget. Tinggal bolong-bolongin bagian atas kemasan, lalu panasin pakai microwave. 

Nggak punya microwave? Bisa pakai pengukus, kok. Nggak perlu repot-repot. 

Ini juga praktis banget. Di dalam kemasannya tuh, sudah ada nasinya. Jadi begitu selesai dipanasin, langsung bisa dimakan. 

Udah praktis, enak pula! Harganya juga terjangkau banget  Di freezer masih ada varian lainnya. Ada chicken teriyaki dan kari. Buat persediaan. 

Kamu udah simpan ini di dalam kulkas? 

#FiestaReadyMeal #EnakPraktisTerjangkau #TasteOfTheWorld #SatuRasaBanyakCerita #CharoenPokphandIndonesia
Ngelongok gerbang sedikit, ada hamparan sawah. Jal Ngelongok gerbang sedikit, ada hamparan sawah. Jalan maju sedikit, ada candi. Ke depan sedikit lagi, ada gapura batas desa dengan desain khas Jawa. Ke sanaan lagi, ada rumah joglo. Benteng. Dinding bermotif batik. Baligo bergambar wayang. Gedung berarsitektur khas kolonial yang tidak mencakar langit. Fly over berpemandangan gunung berapi. Papan nama jalan lengkap dengan aksara Jawa. Bangunan peninggalan zaman Jawa kuno. Hamparan pasir yang  masih agak jauh dari pantai. Mbah-mbah yang masih sehat, kuat, dan ceria. Orang tua yang ikut memutar roda perekonomian. Anak-anak berbahasa Jawa.

Lengkap. Pokoknya lengkap. Jogja punya semuanya. Dan, semua itu, sudah berhasil menjadi "support system" untuk saya.

#lifeinjogja #gumukpasirparangkusumo
Iya nih, oseng-oseng mercon memang ngangenin sekal Iya nih, oseng-oseng mercon memang ngangenin sekaligus nakutin. Disebut mercon, karena masakan ini dibuat sangat pedas. Saya sering pengin makan oseng mercon. Suka sih, masakan pedas, tapi sekadarnya aja. Hanya ada rasa pedasnya. Bukan pedas yang pedas banget sampai-sampai malah jadi nggak bisa nikmatin makanannya. 

Oseng-oseng mercon ini bahan utamanya bervariasi. Ada yang menggunakan daging sapi dicampur tetelan, ada yang pakai sandung lamur (daging sapi yang banyak lemaknya), ada juga yang menggunakan kikil. 

Yang di foto ini adalah daging sapi dicampur tetelan. Saya makannya di Kampoeng Mataraman. Enak nih, pedasnya nggak gila-gila amat. 

Dulu di sini makannya sistem prasmanan. Ada penyewaan jarik dan kebaya juga, buat foto-foto di tempat. Sejak pandemi, makannya nggak prasmanan lagi. Nggak ada penyewaan baju-baju Jawa juga. Malah, minggu lalu saya lewat lagi, resto ini tutup. 

Mudah-mudahan kondisi segera membaik. PSBB/PPKM segera berakhir. Biar semua resto di Jogja (dan seluruh dunia) buka lagi seperti biasa.

#osengmercon #kulinerjogja #jogjafood #lifeinjogja
Terbang. Terasa banget, waktu berjalan sangat cepa Terbang. Terasa banget, waktu berjalan sangat cepat, seperti terbang. Kata seorang sahabat, hidup di Jogja bisa terbawa santai. Ritme hidup lebih lambat. Pada kenyataannya, setelah menjalani hidup di kota kelahiran ini, produktivitas saya meningkat. Semua berawal dari rasa semangat. Di sini, kalau capek, istirahatnya nyusurin jalan yang masih banyak hijau-hijaunya. Deretan pohon yang subur, hamparan sawah yang padinya mulai menguning, enak banget buat dipandangi lama-lama. Enak banget buat dihirup udaranya. Kalau mau menikmati Jogja dari ketinggian seperti di foto ini, ya bisa juga. 

Yuk, semangat! 😍

#jogja #yogyakarta #lifeinjogja #lifelessons
Sehat itu anugerah luar biasa. Kalau sehat, kita b Sehat itu anugerah luar biasa. Kalau sehat, kita bisa melakukan apa saja untuk memutar roda kehidupan. Cari nafkah, mendidik anak, bergaul dengan teman-teman, baca buku, nyoba resep masakan, ngepoin instagram seleb, nonton drakor. Pokoknya semuanya.

Sayangnya kita suka lupa. Ketika sehat, lupa bahwa kesehatan itu perlu dijaga. Ketika sakit, baru tersadar kesehatan itu mahal harganya. Selain olahraga teratur dan cukup istirahat, tubuh juga butuh suplemen multivitamin terutama ketika menu makan kita kurang variatif, jarang makan buah & sayur serta tetap harus beraktivitas di luar rumah di masa pandemi ini. 

Karenanya, saya minum Therabex dari Combiphar, satu kaplet sehari setiap pagi. Kualitasnya tak perlu diragukan lagi karena Therabex telah dipercaya Indonesia sejak tahun 1985 & terdaftar di BPOM. Kandungan vit C 500 mg & 6 vit B kompleks dalam Therabex setia menjaga daya tahan tubuh keluarga di tengah pandemi. 

Therabex ini jg sugar-free jadi cocok buat mereka yang mengidap diabetes dan yang terpenting harganya ekonomis. 1 box family pack isi 100 seperti ini bisa untuk konsumsi 3 anggota keluarga selama 1 bulanan.

Nah, kalau Moms yang lain gimana? Sudah minum vitamin hari ini? Therabex nya lagi diskon 15% + ada potongan voucher toko Rp 5.000 lho di Combiphar Official Store di Shopee & Tokopedia. Tapi, kuota vouchernya terbatas nih. Jadi sebaiknya beli sekarang deh, takutnya kehabisan.

#TherabexSetiaMenjaga #Sejak1985 #MultivitaminKeluargaIndonesia #KarenaKeluargaNo1
Aktivitas saya mendukung banget untuk di rumah saj Aktivitas saya mendukung banget untuk di rumah saja. Ngedit novel, bikin naskah komik, jadi juri lomba, dan ngurusin batik, semuanya menyenangkan. Meskipun hujan terus selama belasan jam, tetap aja betah di rumah.

Nanti kalo matanya udah terasa capek karena kelamaan ngeliatin gadget, baru deh, butuh ke luar rumah. 

Mumpung saat ini lagi nggak hujan, jalan-jalan, deh, sambil momong bocah, sambil nyari makanan, sambil ngafalin jalan. Btw, sekarang kalo ke mana-mana udah nggak pake GPS. Udah hafal sebagian jalan utama. 

Hmmm ... Penasaran sih, pengen nyoba ke Solo bawa motor. Etapi, bocahnya malah minta ke Semarang. Lhaaa... Ke Solo aja belum tentu berani, je 😅

#lifeinjogja #yogyakarta #hometown
Load More... Follow on Instagram

Join Us

 Blogger Perempuan
PRchecker.info

Lets Eat

Tag

batik belanja online blog budaya buku cerpen editor fashion film financial planner finansial freelancer hijab hijab tutorial hotel hukumonline hukumpedia indonesia jalan-jalan jawa tengah jilbab kerudung kesehatan keuangan kuliner liburan lombok makanan enak menerbitkan buku mobil muslimah parenting pashmina penulis properti restoran savana hijab seni toko online traveling travelling voucher diskon wisata Writer yogyakarta

Posting Terbaru

  • Green Jobs, Peluang Kerja Sambil Memelihara Lingkungan
  • Penggabungan FWD Life dan FWD Insurance Serta Inspirasi Every Heroes
  • Review Kelebihan dan Kekurangan Realme XT
  • Bisnis Online, Sudah Saatnya Melatih Para Pelaku UMKM
  • Tinggalkan yang Lalu, Sambut 2021 dengan Resolusi Baru

Komentar Terbaru

  • Oca on Menjelajah Sumatera Utara Bersama Anak Tercinta
  • Caroline Adenan on Green Jobs, Peluang Kerja Sambil Memelihara Lingkungan
  • Telkom University on Lewat Pintaria, Kuliah Sambil Kerja Jadi Mudah Terlaksana
  • Nunik Utami on Perbedaan Antara Penerbit Mayor dan Indie
  • Catur on Perbedaan Antara Penerbit Mayor dan Indie
Copyright © 2021 Nunik Utami · Part of Blogger Perempuan. built on the Genesis