Ketika saya menjadi narasumber atau pembicara, banyak peserta yang bertanya seputar menerbitkan buku. Uniknya, dari acara yang satu ke acara yang lain, pertanyaan yang sering muncul, ya itu-itu saja. Bahkan, pertanyaan-pertanyaan ini juga dilontarkan oleh orang-orang yang berbeda, melalui email atau inbox di media sosial saya.
Inilah pertanyaan yang sering muncul tentang menerbitkan buku, berikut jawaban yang saya berikan:
Tanya: Bagaimana cara menerbitkan buku?
Jawab: Caranya, buatlah naskah buku, lalu kirimkan ke penerbit.
Tanya: Bagaimana cara mengetahui alamat penerbit dan jenis naskah yang mereka terbitkan?
Jawab: Sebagai (calon) penulis, sebaiknya kita aktif mencari info. Pergilah ke toko buku. Pada setiap buku tercantum nama penerbit dan alamatnya. Catat alamat itu. Lalu, pelajari isi buku yang mereka terbitkan. Ada penerbit yang hanya menerbitkan cerita untuk anak. Ada juga penerbit yang hanya menerbitkan naskah non-fiksi (seperti parenting, panduan travelling, atau tentang komputer). Pilih penerbit yang buku-bukunya sesuai dengan naskah yang ingin kita buat. Selanjutnya, buatlah naskah, lalu kirim ke penerbit yang sesuai. Jangan pernah mengirim naskah novel ke penerbit yang hanya menerbitkan buku resep masakan, misalnya. Bagaimana kalau tidak sempat ke toko buku? Hari gini, semua hal bisa kita dapatkan di internet. Begitu pula info-info tentang penerbit.
Tanya: Sebaiknya mengirim naskah berupa outline (poin-poin penting saja) atau naskah untuh?
Jawab: Kalau ingin mengajukan naskah non-fiksi seperti kesehatan, parenting, panduan travelling, atau naskah sejenis, kita bisa mengajukan outline terlebih dahulu. Jika disetujui, barulah kita membuat naskah lengkapnya. Tapi, kalau naskah yang kita buat berupa novel atau kumpulan cerpen, sebaiknya kirim berupa naskah utuh. Berdasarkan pengalaman, editor novel dan cerpen merasa lebih mudah menilainya jika naskah sudah jadi secara utuh. Sebab, novel dan cerpen baru terlihat bagus kalau sudah bisa dibaca secara keseluruhan.
Tanya: Naskah yang dikirimkan, sebaiknya berupa print out atau soft file?
Jawab: Saya pribadi paling malas kalau diminta mengirimkan naskah berupa print out. Karena, nge-print-nya, menyiapkan berkasnya, dan datang ke agen pengirimannya, memerlukan waktu khusus. Rasanya jadi kurang praktis. Saya lebih suka mengirim naskah berupa soft file dan hampir tidak pernah mengirimkan berupa print out. Tapi, ada penerbit yang mewajibkan kita mengirimkan naskah berupa print out. Atau, ada panitia lomba menulis yang mensyaratkan kita mengirimkan naskah berupa print out. Kalau begini, tentu saja kita harus mematuhinya.
Tanya: Kirim naskah berupa soft file? Bagaimana kalau ide atau naskah kita dicuri oleh editor yang menerima soft file naskah itu?
Jawab: Ya, kekhawatiran ini terjadi pada semua penulis dan calon penulis. Kemungkinan ide atau naskah dicuri, pasti ada. Tapi, kekhawatiran kita tidak perlu terlalu dalam. Inti kerja sama antara penulis dengan editor adalah saling percaya. Saya pernah menanyakan hal ini pada narasumber (yang merupakan orang-orang hebat dalam dunia menulis, seperti editor, penulis novel, penulis skenario, dan sutradara), pada workshop-workshop yang saya ikuti.
Mereka menganggap penulis adalah aset yang sangat berharga. Tanpa penulis, mereka tidak akan bisa menjadi seperti ini. Justru, dari penulis lah mereka bisa bertahan dengan pekerjaannya. Kasarnya, berkat penulis lah mereka bisa mencari nafkah. Oleh karena itu, mereka sangat berhati-hati dan menghargai hasil kerja penulis. Mereka tidak mau sekali pun membajak dan mencuri naskah milik penulis. Kalau hal ini dilakukan, runtuhlah karir mereka. Apalagi, akhir-akhir ini penerbit justru kesulitan mendapatkan penulis.
Jadi, kesimpulan saya, carilah penerbit yang profesional, sehingga orang-orangnya pun bekerja secara profesional dan sedikit pun tidak mau mengganggu hasil kerja penulis. Itu sebabnya, ada penerbit yang mewajibkan penulis mengirimkan naskah berupa hard copy. Mereka tidak mau calon penulis menuduh mereka mencuri ide atau naskah milik penulis.
Tanya: Sebaiknya kirim naskah ke penerbit mayor atau indie?
Jawab: Penerbit mayor. Untuk menjadi penulis, kita harus merasakan perjuangan dari menulis naskah sampai dapat diterbitkan oleh penerbit mayor. Ada kepuasan tersendiri jika kita dapat membuat buku yang diterbitkan oleh penerbit jenis ini. (Oh ya, saya akan ulas tentang perbedaan antara penerbit mayor dan penerbit indie, di tempat terpisah, ya. Sebab, ini adalah salah satu pertanyaan yang sering muncul, tapi memerlukan penjelasan yang agak panjang).
Tanya: Kalau ingin mengirimkan naskah, sebaiknya kita kirim email pengantar terpisah terlebih dahulu, atau langsung kirim naskahnya?
Jawab: Alamat emailnya sudah pasti milik penerbit yang dituju? Langsung saja kirim naskahnya. Tuliskan email pengantar di badan email, dan sertakan naskah di lampiran (attachment). Kalau kita kirim email pemberitahuan dahulu, lalu tunggu jawaban, dan kemudian baru mengirimkan naskahnya, akan memakan waktu lama. Perlu diketahui, editor tidak punya banyak waktu, karena mereka harus menyeleksi ratusan naskah yang masuk setiap harinya.
Tanya: Berapa lama waktu yang diperlukan untuk mendapat kabar nasib naskah kita?
Jawab: Paling cepat tiga bulan. Jadi, setelah kirim naskah, jangan buru-buru tanya kabarnya, ya. Kalau kita terlalu cepat menanyakan kabar naskah, apalagi kalau kita menanyakannya setiap hari, editor malah pusing dan akhirnya malas menyeleksi naskah kita. Tiga bulan adalah waktu yang paling tepat untuk menanyakannya. Saya pribadi kadang-kadang sudah mendapatkan kabar naskah kurang dari tiga bulan, tapi ada juga penerbit yang baru bisa mengabari setelah enam bulan hingga satu tahun. Sambil menunggu, sebaiknya kita menulis naskah lagi untuk dikirimkan ke penerbit lain.
Tanya: Kalau naskah diterbitkan, kita harus membayar berapa?
Jawab: Gratis! Bahkan, kita akan dibayar oleh penerbit, karena naskah kita akan diterbitkan menjadi buku, didistribusikan ke toko-toko buku, dan dibeli oleh pembaca. Dari situlah penerbit membayar penulis, dengan sistem royalti atau beli putus. (Penjelasan sistem royalti dan beli putus juga akan saya ulas di tempat terpisah, ya).
Itulah pertanyaan yang sering muncul tentang menerbitkan buku.
Ada pertanyaan lain?
Wah informatif banget, makasih sharenya ya mak Nunik. Ditunggu pembahasannya soal penerbit mayor dan indie ya :
Sama-sama, Mak Winny. Siip, ditunggu, ya π
Luar bisa mencerahkan Mak. Makasi yaaa… **langsung catet dan di-bookmark**
Sama-sama, Mak Nurul. Semoga bermanfaat ^^
sepertinya mudah ya.. berarti perlu tekad dan percaya diri.. thanks ilmunya mak π
Betul banget, Mak. Harus percaya diri dan sedikit nekad. Hehehe ….
Ingin menerbitkan buku dan editor mbak nunik utami bisa dukung saya
berguna banget, mak, infonya.. apalagi yang bagian kirim email itu. aku menunggu yang penerbit mayor sama indie ya, mak π
Oce oce ^^
Saya dulu juga sering bertanya-tanya cara menerbitkan buku.
Akhirnya jadi ketagihan menulis
Salam hangat dari Surabaya
Menulis itu memang mengasyikkan ya, Pakde Cholik π
Tulisannya keren & informatif.
Thanks infonya ya mbak.
Eh ya, salam kenal dari Bekasi π
Salam kenal juga, Mbak Endah. Aku sering bolak-balik ke Bekasi, lho. My second hometown. Hehehe
Mak Nunik, informasi yang memang selalu dicari nih. Makasih. Btw, kapan lagi ya bisa belajar model berhijab yang lain, selain yang paling simpel itu, hehe…
Nanti pas ketemu ya, Bun π
Nggak bosen mampir ke sini, tenggelam dengan gaya bahasanya #sambil belajar
Hehehe makasih. Semoga bermanfaat π
mbak, misal kita ingin menerbitkan kumpulan cerpen. ketika kirim ke penerbitnya kita cukup kirim satu naskah atau minimal berapa naskah untuk dinilai penerbitnya? makasih..
Kumpulan cerpen itu biasanya sekitar 20an cerpen. Enaknya sih udah sekalian semua cerpen dikirim dalam satu file. Biar penerbit bisa langsung menilai cerpennya pas atau tidak dengan gaya si penerbit π
ini luar biasa sekali infonya, buat saya yang masih amatiran banget nulisnya. makasihh maak
Saya menulis buku non fiksi tentang lanjut usia dan parenting dengan menyertakan daftar referensi (end notes), daftar indeks dan glossary. Apakah itu menambah nilai buku dari segi marketability?
Terima kasih.
Best regards,
Zulkarnain
selamat siang
sebelumnya, tulisan ini sangat membantu saya untuk menemukan solusi bagaimana caranya untuk menerbitkan naskah saya, tetapi setelah saya surveynuntuk beberapa penerbit, ada salah satu penerbit yang meminta biaya penerbitan sebesar 400.000
apakah bisa kita percayai naskah kita ke penerbit tersebut??
sekian terimakasih
Sebenarnya kalau penerbit mayor, nggak perlu membayar, Mbak. Justru kita diberi honor karena sudah membuat dan menerbitkan buku di sana. Kalau diminta membayar, berarti itu penerbit indie, di mana kita akan dibantu cetak buku, tapi mendistribusi, memasarkan, dan mempromosikan sendri, Mbak. Kalau Mbak berkenan, bisa saja. Lihat dulu kredibilitas penerbitnya. Penerbit yang sudah sering menerbitkan buku, biasanya terpercaya π
Setuju.
tapi semua balik lagi ke pnulisnya.
http://www.sastrawacana.com/2017/02/simak-perbedaan-penerbit-mayor-dengan.html
Mbak Nunik terimakasih untuk saran praktisnya.
Keren mbak nunik makasih informatif sekali.. dari dulu mbak nunik memang penginspirasiku banget..
Waahh pas betul ini infonya, pas aku lagi bikin outline & sinopsis untuk dikirim ke penerbit. Makasih Mba
Makasihh kaka,infonya sangat membantu sekali,berarti kita ngga perlu byr klo mau nerbitin buku ?,dan kalo penerbit yg aman itu peberbit apa y ka?
Infonya sangat membantu sekalii^-^,berarti kita ngga perlu byr klo mau nerbitin cerita kita y ka?,dan penerbit yang aman itu apa y ka?
Jadinya misal kita ngirim naskah trus diterima penerbit apa gak ada kontrak kerja sama gitu kak?? Trus kita harus bayar brp gitu tiap periodenya??
Kalau kita ngirim naskah ke penerbit dan diterima, ada kontrak kerja sama. Nah, isi kontrak itu adalah kita dibayar sesuai buku yang laku, tiap periode. Bukan membayar.
Informasi sangat membantu dan mencerahkan sekali bu nunik..
Salam kenal dan terima kasih.
Informasinya sangat bermanfaat. Kira-kira bagaimana ya bisa mendapatkan waktu untuk menulis di tengah kesibukan?
Terima kasih.
Pada intinya, kita harus menyediakan waktu untuk menulis. Bukan menunggu ada waktu. Sebagai awal bisa mencoba membiasakan menulis satu jam setiap hari. pilih pagi hari, sebelum melakukan aktivitas rutin yang lain. Semakin lama, bisa ditambah jam menulisnya.
terima kasih Mbak. Informatif banget.
Salam kenal tante, saya penulis pemula yg baru saja memulai serta masih bertanya tanya tentang cara dan syarat naskah agar di lirik penerbit, cari cari ahirnya masuk ke blog tante ninik
Terima kasih infonya kak sangat bermanfaat