• Home
  • About
  • Contact
  • Portfolio
  • Secret!

Nunik Utami

Menulis adalah Merekam Jejak untuk Anak Cucu

  • Artikel
    • Beauty
    • Events
    • Fashion
    • Healthy
    • Tips
  • Finance
  • Parenting
  • Review
    • Book
    • Food
    • Film
    • Hotel
    • Place
    • Product
  • Travel
    • Indonesia
    • Malaysia
    • Thailand
    • Singapore
  • Working
    • Writer
    • Editor
    • Blogger
    • Trainer
  • Story
    • Cerpen
    • Dongeng
  • Savana Hijab
    • Hijab Tutorial
You are here: Home / Working / Trainer / Pekerjaan Penulis tak Hanya Menulis

Pekerjaan Penulis tak Hanya Menulis

September 30, 2013 Nunik Utami 2 Comments

Eh, yang benar saja? Bukankah pekerjaan penulis itu hanya menulis?

Begini.
Dunia menulis dapat dimasuki melalui dua pintu. Pintu pertama, lewat kecintaan membaca. Sering membaca buku otomatis akan membuat kita merasa senang dengan isi yang disajikan. Perasaan kita ikut melayang-layang ketika tokoh di dalam cerita sedang jatuh cinta. Sebaliknya, kita akan merasa sedih saat si tokoh mengalami musibah. Pada akhirnya, kita merasa kagum pada penulis yang menggarap cerita ini. Diam-diam, timbul keingingan untuk dapat membuat cerita seindah kisah ini. Tanpa sadar kita pun tergerak untuk menulis.

Pintu kedua, terjun langsung ke dunia menulis. Banyaknya lomba penulisan membuat kita semangat mengikutinya. Lomba-lomba ini juga sekaligus sebagai ajang untuk mengukur kemampuan menulis kita. Dari sini, kita belajar berbagai teknik menulis. Lama kelamaan, kita terbiasa menulis.

Dari dua pintu itu, akhirnya kita benar-benar menjadi penulis. Buku kita terbit setiap bulan. Berbagai media pun memuat karya tulis kita.

Tak hanya itu. Profil kita juga muncul di banyak media. Mereka ingin kita berbagi kreativitas dan ilmu menulis.

Setelah itu, apa lagi?

Kejutan-kejutan bermunculan. Banyak pihak yang menawarkan pekerjaan baru.

Wait! Pekerjaan baru? Ya. Tentu saja masih berhubungan dengan dunia menulis. Misalnya:

Proofreader
Tugasnya adalah memeriksa naskah penulis lain. Kita harus memastikan tidak ada kesalahan dalam naskah tersebut, baik dari segi pemilihan kata (diksi), kesalahan penulisan (typo), atau tanda baca. Tampaknya sepele, ya. Tapi, pekerjaan ini lumayan menantang. Seorang proofreader dituntut memiliki ketelitian yang tinggi. Bagi saya, posisi sebagai proofreader berada di beberapa tingkat lebih tinggi dibandingkan penulis.

Editor
Nah, posisi ini saya anggap sebagai atasan seorang penulis. Pandangan saya, jika penulis sudah menjadi editor, itu berarti penulis tersebut sudah “naik pangkat”.
Mengapa?
Editor-lah yang menentukan naskah kita layak terbit atau tidak. Editor harus jeli, bagian naskah yang harus dihapus, ditambah, atau diubah. Belum lagi soal orisinalitas dan keakuratan data. Editor ibarat saringan yang harus benar-benar menyeleksi tulisan penulis.
Berat? Tentu saja. Itu pun yang saya rasakan ketika menjadi editor lepas naskah karya anak-anak. Tapi, posisi sebagai editor lepas ini masih jauh lebih ringan, karena ada editor in-house yang menuntun saya dalam bekerja.

Salah satu hasil editan saya.
Salah satu hasil editan saya.

Trainer
Semakin banyak buku karya kita yang terbit, semakin banyak pula sahabat, kerabat, dan kenalan yang minta diajarkan menulis. Inilah yang saya rasakan. Akhirnya, saya menjadi trainer penulisan. Ada rasa senang ketika teman-teman antusias belajar. Apalagi jika karya hasil belajar mereka berhasil diterbitkan atau dimuat di media. Dari sini, pelan tetapi pasti, kita melangkah menjadi trainer penulisan. Jangan terkejut jika setelah itu tawaran mengajar mengalir deras. Berbagai instansi, komunitas, atau perorangan, menunggu kesempatan belajar pada kita.

Selain profesi-profesi tersebut, masih banyak lagi yang merupakan bagian dari pekerjaan seorang penulis. Misalnya, penerjemah, penulis skenario, dan guru ekskul menulis.

Jadi, pekerjaan penulis itu sangat luas dan banyak pilihan.

Mau coba yang mana?

Trainer, Working

About Nunik Utami

Penulis, Editor, Trainer Penulisan, Mommy.

Comments

  1. Ratna says

    June 21, 2015 at 16:03

    Mau nyoba jadi editor, gimana caranya ?

    Reply
    • Nunik Utami says

      June 22, 2015 at 01:06

      Bisa tanya-tanya ke kantor penerbit, Mbak. kirim email, tanyakan apakah penerbit tersebut sedang membutuhkan editor atau tidak. Atau cari lowongan di internet. Good luck ya, Mbak πŸ™‚

      Reply

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Search Here

Welcome

Penulis, Editor, Trainer Penulisan, Mommy. More…

  • Email
  • Facebook
  • Google+
  • Instagram
  • LinkedIn
  • Twitter

Archive

Top Posts & Pages

  • Pertanyaan yang Sering Muncul Tentang Menerbitkan Buku
  • Pijer? Apa itu?
  • Perbedaan Antara Penerbit Mayor dan Indie
  • Revisi Minor
  • Paket Freedom Internet IM3 Ooredoo, Kuota Habis, Pulsa Tidak Terpotong

Subscribe to Blog via Email

Enter your email address to subscribe to this blog and receive notifications of new posts by email.

Join 4,056 other subscribers

Follow Instagram @nunikutami

nunikutami

Writer

Nunik Utami Ambarsari
Ini enak banget! Biasanya saya masak, tapi hari in Ini enak banget! Biasanya saya masak, tapi hari ini banyak banget kesibukan. Jadinya ambil persediaan Fiesta Ready Meal di freezer. Kali ini pilih yang ayam tandori. 

Cara menyajikannya juga gampang banget. Tinggal bolong-bolongin bagian atas kemasan, lalu panasin pakai microwave. 

Nggak punya microwave? Bisa pakai pengukus, kok. Nggak perlu repot-repot. 

Ini juga praktis banget. Di dalam kemasannya tuh, sudah ada nasinya. Jadi begitu selesai dipanasin, langsung bisa dimakan. 

Udah praktis, enak pula! Harganya juga terjangkau banget  Di freezer masih ada varian lainnya. Ada chicken teriyaki dan kari. Buat persediaan. 

Kamu udah simpan ini di dalam kulkas? 

#FiestaReadyMeal #EnakPraktisTerjangkau #TasteOfTheWorld #SatuRasaBanyakCerita #CharoenPokphandIndonesia
Ngelongok gerbang sedikit, ada hamparan sawah. Jal Ngelongok gerbang sedikit, ada hamparan sawah. Jalan maju sedikit, ada candi. Ke depan sedikit lagi, ada gapura batas desa dengan desain khas Jawa. Ke sanaan lagi, ada rumah joglo. Benteng. Dinding bermotif batik. Baligo bergambar wayang. Gedung berarsitektur khas kolonial yang tidak mencakar langit. Fly over berpemandangan gunung berapi. Papan nama jalan lengkap dengan aksara Jawa. Bangunan peninggalan zaman Jawa kuno. Hamparan pasir yang  masih agak jauh dari pantai. Mbah-mbah yang masih sehat, kuat, dan ceria. Orang tua yang ikut memutar roda perekonomian. Anak-anak berbahasa Jawa.

Lengkap. Pokoknya lengkap. Jogja punya semuanya. Dan, semua itu, sudah berhasil menjadi "support system" untuk saya.

#lifeinjogja #gumukpasirparangkusumo
Iya nih, oseng-oseng mercon memang ngangenin sekal Iya nih, oseng-oseng mercon memang ngangenin sekaligus nakutin. Disebut mercon, karena masakan ini dibuat sangat pedas. Saya sering pengin makan oseng mercon. Suka sih, masakan pedas, tapi sekadarnya aja. Hanya ada rasa pedasnya. Bukan pedas yang pedas banget sampai-sampai malah jadi nggak bisa nikmatin makanannya. 

Oseng-oseng mercon ini bahan utamanya bervariasi. Ada yang menggunakan daging sapi dicampur tetelan, ada yang pakai sandung lamur (daging sapi yang banyak lemaknya), ada juga yang menggunakan kikil. 

Yang di foto ini adalah daging sapi dicampur tetelan. Saya makannya di Kampoeng Mataraman. Enak nih, pedasnya nggak gila-gila amat. 

Dulu di sini makannya sistem prasmanan. Ada penyewaan jarik dan kebaya juga, buat foto-foto di tempat. Sejak pandemi, makannya nggak prasmanan lagi. Nggak ada penyewaan baju-baju Jawa juga. Malah, minggu lalu saya lewat lagi, resto ini tutup. 

Mudah-mudahan kondisi segera membaik. PSBB/PPKM segera berakhir. Biar semua resto di Jogja (dan seluruh dunia) buka lagi seperti biasa.

#osengmercon #kulinerjogja #jogjafood #lifeinjogja
Terbang. Terasa banget, waktu berjalan sangat cepa Terbang. Terasa banget, waktu berjalan sangat cepat, seperti terbang. Kata seorang sahabat, hidup di Jogja bisa terbawa santai. Ritme hidup lebih lambat. Pada kenyataannya, setelah menjalani hidup di kota kelahiran ini, produktivitas saya meningkat. Semua berawal dari rasa semangat. Di sini, kalau capek, istirahatnya nyusurin jalan yang masih banyak hijau-hijaunya. Deretan pohon yang subur, hamparan sawah yang padinya mulai menguning, enak banget buat dipandangi lama-lama. Enak banget buat dihirup udaranya. Kalau mau menikmati Jogja dari ketinggian seperti di foto ini, ya bisa juga. 

Yuk, semangat! 😍

#jogja #yogyakarta #lifeinjogja #lifelessons
Sehat itu anugerah luar biasa. Kalau sehat, kita b Sehat itu anugerah luar biasa. Kalau sehat, kita bisa melakukan apa saja untuk memutar roda kehidupan. Cari nafkah, mendidik anak, bergaul dengan teman-teman, baca buku, nyoba resep masakan, ngepoin instagram seleb, nonton drakor. Pokoknya semuanya.

Sayangnya kita suka lupa. Ketika sehat, lupa bahwa kesehatan itu perlu dijaga. Ketika sakit, baru tersadar kesehatan itu mahal harganya. Selain olahraga teratur dan cukup istirahat, tubuh juga butuh suplemen multivitamin terutama ketika menu makan kita kurang variatif, jarang makan buah & sayur serta tetap harus beraktivitas di luar rumah di masa pandemi ini. 

Karenanya, saya minum Therabex dari Combiphar, satu kaplet sehari setiap pagi. Kualitasnya tak perlu diragukan lagi karena Therabex telah dipercaya Indonesia sejak tahun 1985 & terdaftar di BPOM. Kandungan vit C 500 mg & 6 vit B kompleks dalam Therabex setia menjaga daya tahan tubuh keluarga di tengah pandemi. 

Therabex ini jg sugar-free jadi cocok buat mereka yang mengidap diabetes dan yang terpenting harganya ekonomis. 1 box family pack isi 100 seperti ini bisa untuk konsumsi 3 anggota keluarga selama 1 bulanan.

Nah, kalau Moms yang lain gimana? Sudah minum vitamin hari ini? Therabex nya lagi diskon 15% + ada potongan voucher toko Rp 5.000 lho di Combiphar Official Store di Shopee & Tokopedia. Tapi, kuota vouchernya terbatas nih. Jadi sebaiknya beli sekarang deh, takutnya kehabisan.

#TherabexSetiaMenjaga #Sejak1985 #MultivitaminKeluargaIndonesia #KarenaKeluargaNo1
Aktivitas saya mendukung banget untuk di rumah saj Aktivitas saya mendukung banget untuk di rumah saja. Ngedit novel, bikin naskah komik, jadi juri lomba, dan ngurusin batik, semuanya menyenangkan. Meskipun hujan terus selama belasan jam, tetap aja betah di rumah.

Nanti kalo matanya udah terasa capek karena kelamaan ngeliatin gadget, baru deh, butuh ke luar rumah. 

Mumpung saat ini lagi nggak hujan, jalan-jalan, deh, sambil momong bocah, sambil nyari makanan, sambil ngafalin jalan. Btw, sekarang kalo ke mana-mana udah nggak pake GPS. Udah hafal sebagian jalan utama. 

Hmmm ... Penasaran sih, pengen nyoba ke Solo bawa motor. Etapi, bocahnya malah minta ke Semarang. Lhaaa... Ke Solo aja belum tentu berani, je πŸ˜…

#lifeinjogja #yogyakarta #hometown
Load More... Follow on Instagram

Join Us

 Blogger Perempuan
PRchecker.info

Lets Eat

Tag

batik belanja online blog budaya buku cerpen editor fashion film financial planner finansial freelancer hijab hijab tutorial hotel hukumonline hukumpedia indonesia jalan-jalan jawa tengah jilbab kerudung kesehatan keuangan kuliner liburan lombok makanan enak menerbitkan buku mobil muslimah parenting pashmina penulis properti restoran savana hijab seni toko online traveling travelling voucher diskon wisata Writer yogyakarta

Posting Terbaru

  • Green Jobs, Peluang Kerja Sambil Memelihara Lingkungan
  • Penggabungan FWD Life dan FWD Insurance Serta Inspirasi Every Heroes
  • Review Kelebihan dan Kekurangan Realme XT
  • Bisnis Online, Sudah Saatnya Melatih Para Pelaku UMKM
  • Tinggalkan yang Lalu, Sambut 2021 dengan Resolusi Baru

Komentar Terbaru

  • Oca on Menjelajah Sumatera Utara Bersama Anak Tercinta
  • Caroline Adenan on Green Jobs, Peluang Kerja Sambil Memelihara Lingkungan
  • Telkom University on Lewat Pintaria, Kuliah Sambil Kerja Jadi Mudah Terlaksana
  • Nunik Utami on Perbedaan Antara Penerbit Mayor dan Indie
  • Catur on Perbedaan Antara Penerbit Mayor dan Indie
Copyright © 2021 Nunik Utami · Part of Blogger Perempuan. built on the Genesis