Sudah lama saya nggak dengar tentang sunat perempuan. Yang masih saya tahu, sunat perempuan ini memang dilakukan sejak dulu. Bahkan, dulu alm mama saya pernah cerita tentang proses sunat pada adik-adik saya. Kenapa ya, sekarang gaungnya nggak terdengar lagi?
Beberapa waktu lalu saya hadir dalam diskusi tentang sunat perempuan. Diskusi ini dihadiri oleh narasumber yang sangat kompeten di bidangnya. Ada Anhari Sulthoni (pandangan khitan perempuan dari sisi agama Islam dan legalitas) dan dr. Diany Nursandriyanti (khitan perempuan dari sisi medis). Saya dan teman-teman juga sempat berdiskusi tentang mekanisme sunat perempuan, dengan dr. Rivo.
Sunat Perempuan dari Sisi Agama Islam
Sebetulnya sunat perempuan ini sudah dilakukan sejak zaman Rasulullah. Pada pemaparannya, Pak Anhari mengatakan, Rasulullah berkata bahwa sunat itu dilakukan pada laki-laki dan perempuan. Pada perempuan, sunat akan membuat wanita berwajah berseri-seri dan laki-laki merasa senang.
Menurut Pak Anhari, Rasulullah hanya mengatakan seperti itu. Tidak ada perkataan sunat perempuan hukumnya sunah atau wajib. Sejak Rasulullah berkata seperti itu, sunat perempuan menjadi hal yang dilakukan, hingga saat ini. Di kemudian hari barulah para ulama memiliki pendapat masing-masing tentang hukumnya. Ada yang menganggapnya wajib, ada yang sunah.
Di Indonesia, sunat perempuan sudah dilakukan juga sejak dahulu. Cara melakukannya yaitu hanya membuka selaput klitoris dan bukan merusak atau menghilangkan bagian tersebut.
Sementara, di Afrika, sunat perempuan dilakukan dengan menghilangkan bagian dari vagina, seperti klitoris, bahkan labia minora-nya. Di Indonesia, hal itu tidak dilakukan karena merupan female genital mutilation (FGM).
Duh, serem amat, ya. Makanya dunia banyak yang nggak setuju dengan sunat perempuan, kalau masuknya ke FGM. Di Indonesia nggak menerima yang kayak gini. Bahkan, Pak Anhari cerita, pernah ada perempuan dari luar negeri yang minta disunat dengan cara seperti itu. Tentu saja di Indonesia tidak akan dilayani.
Jadi, di Indonesia, sunat perempuan ini merujuk pada kata-kata Rasulullah dan ditujukan untuk hal yang baik. Salah satunya adalah keharmonisan rumah tangga.
Sunat Perempuan dari Sisi Medis
Dari sisi medis, dr. Diani memaparkan bahwa sunat perempuan bermanfaat untuk menjaga kebersihan daerah klitoris. Sebab, mungkin saja ada kotoran yang menumpuk di daerah ini, lalu berpotensi menyebabkan penyakit. Salah satunya adalah infeksi saluran kencing (ISK).
Selain itu, menggores atau membuka selaput yang menutupi klitoris berguna untuk membuat perempuan lebih mudah mencapai orgasme saat berhubungan intim kelak setelah menikah.
dr. Rivo juga menambahkan, proses sunat perempuan simpel banget, kok. Dibius lokal baru dilakukan penggoresan pada selaput klitoris. Pulihnya juga cepat.
Nah, dari sini, sudah jelas bahwa sunat perempuan memang banyak manfaatnya. Jadi, yuk, hidupkan lagi sunat perempuan. Tenang, perempuan itu sunatnya pas masih bayi kok, jadinya “nggak terasa” kayak sunat laki-laki.
Lalu, di mana tempat yang melayani sunat perempuan? Ada di Rumah Sunatan. Sebenarnya anak saya juga sunat di tempat ini, dengan metode clamp. Tapi saya baru kali ini tahu ada sunat perempuan, setelah mendengar para narasumber dalam diskusi ini. Sudah ya, jangan ada keraguan lagi dalam melakukan sunat perempuan.
Leave a Reply