Duh, baru terasa betapa tidak enaknya menunda. Akhir-akhir ini saya selalu mengirim tulisan saat deadline hampir tiba.
Begitupun saat ada lomba novelet tabloid Nyata. Saat baru diumumkan, saya langsung membeli tabloidnya untuk mendapatkan kupon lomba. Saya juga sibuk memikirkan ide cerita. Setelah dapat ide, saya malah terlena. Parahnya, saya tidak mulai-mulai untuk menggarap.
Begitu deadline tinggal dua hari lagi, saya kalang kabut. Saya langsung melanjutkan naskah yang baru jadi beberapa halaman saja. Tapi percuma! Membuat naskah novel kan tidak sama dengan membangun Candi Prambanan yang hanya butuh satu malam. Bahkan saat naskah novelnya jadipun tetap harus di review dan dipoles lagi.
Akhirnya saya relakan lomba itu lewat begitu saja, dengan hati yang sesak penuh penyesalan.
Ya, menunda itu benar-benar tidak enak!
Leave a Reply