Saat datang ke ultah Mizan, film Laskar Pelangi belum diputar di bioskop. Di acara itu diumumkan bahwa film yang ditunggu-tunggu banyak orang itu akan diputar di bioskop mulai tanggal 25 September.
Saat itu gw pengen buru-buru nonton. Dalam hati udah ada niat mau nonton secepatnya. Ternyata.. Walahhhh.. Untuk dapat tiketnya aja mesti antri! Antri bukan sembarang antri. Sampai inden pula! Pesan tiket hari ini, dapatnya jadwal nonton besoknya. Haduhhh….
Akhirnya gw pendam keinginan untuk nonton film fenomenal itu. Gw berusaha sabar dan gak panas saat dengar teman-teman kantor teriak-teriak senang mengabarkan bahwa mereka udah nonton. Memang sih, gw keki berat. Gw baca bukunya sebelum teman-teman baca. Gw ketemuan sama pemain-pemain, sutradara, juga penulisnya. Gw juga foto-foto sama para pendukung film itu. Masa gw blom nonton filmnya sih? Apa gak panas?
Mau nonton pulang kerja, ya kalo langsung dapat tiket. Kalo ternyata tiketnya untuk pertunjukan besok, gimana dong? Gw sampe telpon beberapa bioskop untuk memastikan ketersediaan tiket. Halahh.. Penuhhhhh
Sabtu kemarin, akhirnya gw bisa nonton Laskar Pelangi di Mega Bekasi. Asyiikk.. Udah nggak penuh lagi. Mungkin karena udah sebulan lebih film itu diputar kali yaaa..
Saat itu juga pertama kalinya nonton bioskop buat Rexy. Sepanjang nonton, gw berusaha bujuk-bujuk Rexy biar dia nggak bosan dan rewel. Kata-kata seperti “Tuh sapi…..”, “Ehh.. Naik sepeda tuhhh…”, “Eh, ada ayam…ada kambing….,” selalu keluar dari mulut gw. Tapi tetep aja, beberapa menit sebelum film selesai, Rexy ngantuk. Akibatnya jadi rewel deh. Gw bolak-balik ke depan dan ke belakang bioskop untuk menghibur Rexy, sambil tetap memerhatikan film.
Menjelang film habis, Rexy tertidur.
Hmm… Untunglah awal-awalnya gw nggak terlalu memaksakan diri cari tiket nonton. Menurut gw, film Laskar Pelangi kurang bagus. Kurang bagus disini bukan berarti hasil kerja Mira Lesmana dkk nggak bagus. Tapi menurut gw, jauuhhh lebih enak baca novelnya. Gw yakin, kalau nggak baca bukunya (langsung nonton filmnya tanpa baca bukunya dulu), pasti banyak adegan yang nggak bisa dimengerti.
Misalnya adegan Flo hilang. Di film nggak diceritakan kenapa Flo bisa hilang. Tiba-tiba ada adegan Flo dicari-cari. Hmm.. Pasti yang nggak baca bukunya, susah untuk ngerti kenapa ada adegan itu. Gw maklum sih, menuangkan isi buku menjadi film kan nggak gampang. Mesti pintar-pintar milih adegan mana yang harus ditampilkan. Seandainya durasi film bisa diperpanjang, pasti jalan ceritanya lebih mudah dimengerti dan lebih enak dinikmati. Tapi kan nggak mungkin film berdurasi sampai empat jam, misalnya…
Banyak orang yang merasa terharu saat adegan Lintang keluar dari sekolah karena ayahnya meninggal (yang mengakibatkan Lintang harus kerja untuk menghidupi diri dan adiknya). Tapi gw hampir nangis saat Mahar dkk menampilkan tarian ala Mahar yang dipentaskan bareng sekolah yang lain. Entah kenapa ya….
Satu hal lagi, kenapa ya gw merasa “dekat” sama Laskar Pelangi? Padahal gw gak kenal sama Andrea Hirata. Juga gak kenal sama para pemain-pemainnya (wong cuma numpang foot bareng). Apa karena…Ngg.. Ngg….Nggg… Ah, sudahlah.. Nanti aja ceritanya…
Leave a Reply